1. Ngantuk Ketika Shalat
Ngantuk ketika shalat? Memang hal ini tidak seharusnya terjadi. Namun dalam keseharian kita betapa sering ditemukan seseorang yang terkantuk-kantuk ketika sholat. Saat pelaksanaan shalat Jum’at atau Shubuh misalnya, tidak jarang kita menemukan orang-orang yang terkantuk- kantuk ketika shalat, bahkan ada yang hampir terjatuh. Sungguh kesalahan yang tidak boleh terulang oleh siapapun.
Bisa jadi rasa kantuk itu tidak sekedar kelelahan fisik, tapi bisa juga karena ulah syetan yang tidak rela seseorang shalat dengan khusyu’. Seperti yang tersebut dalam hadits, “Ludah, ingus, haidh dan rasa kantuk ketika shalat itu dari syetan.” (HR. Ibnu Majah)
Dari sini sudah sewajarnya bila kita menaruh perhatian yang lebih menjelang shalat, termasuk juga persiapan fisik. Dan kalau toh memang rasa kantuk itu tetap tidak bisa ditahan, ada baiknya untuk tidur sejenak. Sepuluh atau lima belas menit mungkin sudah cukup. Hal ini untuk menghindari kesalahan yang mungkin terjadi. Kesalahan bacaan misalnya. Yang lebih parah bila kesalahan itu melahirkan celaan atau doa yang buruk untuk diri kita sendiri, seperti yang dihawatirkan Rasulullah.
“Apabila seseorang mengantuk ketika shalat maka hendaklah ia tidur dahulu hingga hilang kantuknya. Karena bila ia tetap shalat dalam keadaan mengantuk maka dihawatirkan bila ia minta ampunan Allah maka yang terjadi adalah celaan untuk dirinya sendiri.” (HR. Abu Dawud).
Walau rasa kantuk ini tidak sampai membatalkan shalat, namun sudah sewajarnya ia tidak hadir di tengah-tengah munajat kita kepada Allah.
2. Kesalahan dalam Menjawab Pertanyaan
Syetan memang licik. Dalam berbagai kesempatan dia mengeksploitasi segala potensi yang dimiliki seseorang dan menariknya agar mengikuti dirinya (syetan) tanpa disadari. Semua orang tidak ada bedanya di mata syetan. Dalam arti, kesemuanya menjadi target godaan, baik orang pintar maupun bodoh.
Untuk orang pintar misalnya, yang sering menjadi rujukan pertanyaan sekian banyak warga. Syetan melihat dengan jeli bahwa ini adalah kesempatan yang tidak boleh terlewatkan, Kesempatan yang tidak datang setiap saat. Bila ada yang bertanya masalah agama, maka syetan akan menyusup dan mempengaruhi si orang pintar agar tidak merujuk kepada dalil al-Qur’an maupun hadits.
Syetan terus menggodanya sehingga si orang pintar hanya berputar-putar dengan logikanya. semata. Sungguh, keadaan semacam ini sedang menggejala di negeri yang dikenal sebgai negara dengan berpenduduk Islam terbesar di dunia ini. Kita melihat betapa mudah orang-orang yang dianggap sebagai tokoh intelektual Islam banyak berfatwa dengan mendasarkan pemikirannya pada akal semata.
Apa yang kita saksikan sekarang sangat jauh berbeda dengan pribadi-pribadi sahabat yang digembleng langsung oleh Rasulullah. Sebut saja Abdullah bin Mas’ud, seorang sahabat yang tidak diragukan lagi kedalaman pemahaman agamanya harus berhati-hati memberi jawaban atas pertanyaan warga yang bertanya tentang hak seorang wanita yang ditinggal mati suaminya. Sementara sang wanita belum sempat disetubuhi dan belum ditentukan berapa besar maharnya.
Abdullah bin Mas’ud masih enggan menjawab. Setelah sebulan lamanya warga terus memberondong Abdullah bin Mas’ud dengan pertanyaan yang sama hingga akhinya keluarlah pernyataan yang sangat melegakan. “Saya akan menjawab pertanyaan itu dengan ijtihad saya. Bila jawaban itu benar, maka sesungguhnya jawaban yang benar itu dari Allah tapi bila salah maka kesalahan itu dari saya dan syetan. Allah dan rasul-Nya terbebas dari kesalahan jawaban ini.”….” (HR. Abu Dawud).
Kita merindukan orang-orang pintar semacam Abdullah bin Mas’ud yang tidak sekedar berbicara dengan logika semata dan tidak menganggap dirinya paling pintar dan paling bisa menyelesaikan masalah.
3. Berpencar Ketika Tiba di Tempat yang Baru
Saat musim liburan sekolah, biasanya diiringi dengan meningkatnya acara study tour ke kawasan wisata alam. Ya, hitung-hitung menghilangkan beban setelah sekian lama anak-anak disibukkan oleh rutinitas sekolah yang kadang menjemukan. Kondisi alam yang menarik perhatian itu jangan sampai membuat anggota rombongan terpisah satu sama lainnya.
Karena terpencarnya anggota rombongan menjadi pertanda terlibatnya syetan. la berusaha memecah belah anggota rombongan. Sebagaimana tersebut dalam riwayat Abu Tsa’labah al-Khusyani yang mengatakan, “Dahulu orang-orang bila tiba di suatu tempat mereka berpencar di jalan-jalan pegunungan dan lembah. Kemudian Rasulullah berkata, “Sesungguhnya berpencarannya kalian di jalan pegunungan dan lembah-lembah ini adalah dari ulah syetan.” Setelah peristiwa ini, bila mereka tiba di suatu tempat, maka mereka berkumpul hingga dikatakan seandainya selembar kain dilemparkan kepada mereka, niscaya akan menutupi semua orang yang berkumpul itu.” (HR. Abu Dawud).