Inilah yang harus kita lakukan terhadap tempat-tempat syetan tersebut.
1. Singkirkan Anjing dari Rumah
Ternyata, rumah memang memiliki peranan besar dalam menentukan hitam dan putih-nya anggota keluarga. Karena rumah adalah ajang rebutan bagi malaikat dan syetan. Dua kekuatan yang masing-masing mewakili dua kubu yang tidak akan pernah bertemu. Kekuatan hitam dan putih.
Suatu saat Aisyah bercerita, “Suatu ketika malaikat Jibril berjanji untuk menemui Rasulullah di rumahnya. Waktu terus berlalu, namun malaikat Jibril tidak kunjung datang. Hingga waktu yang telah disepakati pun lewat. Rasulullah merasa kesal. Kemudian beliau melemparkan tongkat yang saat itu ada di tangannya. Sambil berkata, “Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Demikian pula halnya dengan. utusan-utusan-Nya.” Kemudian Rasulullah menoleh. Tiba-tiba. beliau melihat seekor anjing yang bersembunyi di bawah ranjangnya. “Ya Aisyah! Kapankah anjing ini masuk?” tanya Rasulullah kepada Aisyah. “Demi Allah, aku tidak tahu,” jawab Aisyah. Kemudian Rasulullah menyuruhnya untuk mengusir anjing itu keluar rumah. Dan tidak lama setelah itu, malaikat Jibril pun datang menemui Rasulullah. “Engkau telah berjanji untuk menemuiku, Kemudian saya menunggumu, tapi kamu tidak datang juga,” kata Rasulullah. “Anjing yang berada di rumahmlah, sebenarnya yang menghalangiku. Karena kami (para malaikat) tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada anjing dan gambar,” jawab malaikat Jibril.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ini wajar saja. Karena anjing memang binatang yang najis. Dan tidak layak mengiringi keseharian seorang muslim. Terlebih lagi malaikat. Belum lagi bila ditinjau dari sisi medis. Keberadaan anjing di sekitar kita menimbulkan berbagai jenis penyakit. Penyakit anjing gila. misalnya. Karenanya, mau tak mau anjing memang harus tersisihkan dari rumah kita. Bila kita masih ingin menjadikan rumah sebagai surga.
2. Jangan Miliki atau Bunyikan Lonceng
Lonceng adalah alat yang dipakai untuk menandai permulaan dan penutupan dari ritual sebuah agama. Dan bagi kita umat Islam, lonceng tidak memiliki nilai apa-apa. Justru sebaliknya, keberadaannya di rumah seorang muslim menjadi petaka tersendiri. Bagaimana tidak. Bila keberadaannya menjadi penghalang datangnya malaikat. Demikianlah yang didengar Aisyah dari Rasulullah, “Saya mendengar Rasulullah bersabda, “Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada lonceng.” (HR. Abu Dawud).
menjadi penghalang masuknya malaikat ke dalam rumah, berarti lonceng menjadi media pengundang syetan. Syetan yang akan berpesta pora di rumah dengan menjadikan lonceng sebagai serulingnya. Kita tidak tahu bagaimana syetan meniupnya. Walau suaranya tidak terdengar oleh telinga kita, bukan berarti hal itu mustahil dan tidak mungkin terjadi. Yang meniup juga syetan, makhluk yang tidak terlihat. Jadi wajar saja, bila suaranya juga tidak terdengar. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Lonceng adalah seruling-seruling syetan.” (HR. Muslim).
Lebih jauh dari itu, petaka lonceng bukan hanya terbatas dalam rumah. Tapi merembet ke wilayah yang lain. Di mana malaikat tidak akan menyertai rombongan musafir yang di dalam rombongan itu ada anjing atau lonceng. Sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim.
3. Jauhkan Hidup dari Seruling
Seruling, kemerduannya beriring alat musik lain membuat banyak orang terbuai. Celakanya, seruling ini juga diajarkan kepada anak-anak kita di sebagian sekolah dasar. Padahal dalam kajian Islam, seruling harus dimusnahkan dari keseharian kita. Lihatlah! bagaimana Abdullah bin Umar harus berjalan sambil menutup kedua telinganya, saat la melewati seorang penggembala yang sedang memainkan serulingnya. Apa yang dilakukan Ibnu Umar ini adalah upayanya mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah, saat beliau mendengar suara seruling.
Dalam hadits lain, Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, “Ada dua suara yang terlaknat di dunia dan akhirat. Suara seruling saat memperoleh nikmat dan teriakan histeris saat mendapat musibah.” (HR. Bazzar). Hadits ini dihassankan oleh Syaikh Nashiruddin al-Albani.
Sebagian besar ulama menafsirkan seruling di sini tidak sebatas pada alat seruling itu sendiri. Tapi memperluas maknanya pada setiap alat musik selain duf (Sejenis rebana).
4. Jangan Berkendaraan dengan Alunan Musik
Memang menyenangkan, bila bepergian jauh dengan kendaraan apapun. Baik kendaraan darat, laut maupun udara bila diiringi dengan alunan sesuatu yang menghilangkan kejenuhan, letih maupun lesu. Dan menggantinya dengan perasaan gembira, riang atau setidaknya ada sesuatu yang menarik perhatian kita.
Namun, satu hal yang perlu diperhatikan. Jangan sampai sesuatu itu pada akhirnya mengundang datangnya syetan. Syetan yang menjadi biang keladi dari berbagai perangai buruk. Sebaliknya yang harus dilakukan adalah mengundang datangnya malaikat, dengan berdzikir misalnya. Sehingga perjalanan itu membawa berkah. Kalau toh, Allah menakdirkan terjadinya kecelakaan, setidaknya kita telah menghiasi detik-detik akhir hidup kita dengan lantunan dzikir dan yang pasti tidak mendapat murka dari-Nya.
Uqbah bin Amir meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Tidak seorang pun yang senantiasa berdzikir dengan menyebut nama Allah dalam perjalanan, melainkan malaikat akan ikut menyertainya. Dan tidak seorang pun yang senantiasa mengumandangkan syair atau sejenisnya dalam perjalanan, melainkan syetan akan menyertainya.” (HR. Thabrani).
5. Berhati-hatilah Saat Berada di Lautan
Iblis sebagai raja diraja kekuatan jahat, membangun istananya di tengah lautan. Di sanalah Iblis mengatur pasukan dan menyebarkannya ke seluruh penjuru. Disana pula Iblis menerima laporan hasil kerja para syetan.
Poin ini bukan berarti memperkuat keyakinan masyarakat akan keberadaan Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Selatan sebagai sosok penguasa yang harus ditakuti dan harus selalu diberi sesaji setiap tahun. Tapi memang demikian berita yang kita terima dari hadits shohih bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Iblis membangun istananya di atas air. Kalau ia menyebar pasukannya. Anggota yang paling dekat hubungannya dengan Iblis adalah mereka yang paling dahsyat dan paling banyak melakukan fitnah (penyesatan) pada manusia.” (HR. Muslim).
Dalam peristiwa perang Badar, Iblis yang menyerupai wajah salah seorang Quraisy kabur dari peperangan ketika seribu malaikat mulai turun membela umat Islam. Dan Iblis itu pergi masuk ke dalam lautan yang membatasi wilayah Badar.
Dari lautanlah segala bentuk kesesatan dan rencana jahat dimulai. Maka, banyaklah memohon perlindungan Allah saat berada di tempatnya dan ketika hati mulai ingin durhaka kepada Allah.
Ghoib, Edisi No. 12 Th. 2/ 1424 H/ 2004 M