1. Kamar Kosong
Tidak jarang dalam rumah kita ada ruangan yang tidak terpakai. Ruangan yang dibiarkan kosong. Padahal tanpa kita sadari, dengan membiarkan sebuah ruangan itu kosong berarti kita telah menyediakan tempat istimewa bagi syetan untuk berdiam diri di sana. Tempat khusus bagi syetan untuk selalu mengamat-amati gerak-gerik anggota keluarga setiap hari, bahkan setiap detik.
Jabir mengatakan bahwa Rasulullah berkata, “Satu kamar untuk suami, satu kamar lagi untuk istrinya, dan kamar ketiga untuk tamu, sedang kamar keempat adalah kamarnya syetan.” (HR Ahmad, Muslim dan Abu Dawud).
Itulah makna yang tersirat dari hadits ini, meski pada akhirnya ada sebagian ulama yang menafsirkannya dengan makna lain. Bahwa maksud dari kamar keempat adalah kamarnya syetan menunjukkan larangan untuk bersifat boros, terlebih dalam suatu kondisi yang saat itu membutuhkan banyak dana untuk dakwah, atau dalam kondisi krisis ekonomi seperti yang melanda negeri ini. Sehingga larangan untuk berlaku boros itu bermakna luas, tidak sekedar membiarkan kamar itu kosong.
Namun, penafsiran manapun yang kita ambil, yang jelas kita harus tetap semaksimal mungkin memanfaatkan ruangan yang ada. Dan tidak berlaku boros, Dan, bila memang di rumah kita ada kamar yang kosong, putarlah kaset mengaji atau seringkali jadikan tempat itu sebagai tempat untuk beribadah sehingga pada akhirnya syetan pun tak kuasa bertahan di kamar kosong itu.
2. Bersihkan Rumah dari Patung
Selanjutnya bersihkan rumah dari patung yang menghalangi masuknya malaikat. Kalau malaikat sendiri enggan memasukinya maka secara otomatis, tanpa perlawanan akhirnya rumah itu menjadi tempat syetan. Rasulullah bersabda, “Malaikat tidak memasuki rumah yang di dalamnya ada patung atau gambar-gambar.” (HR. Muslim).
Untuk menjelaskan gambar apa yang sebenarnya dilarang itu dan apa alasannya, perhatikan sebuah atsar dari Said bin Abu Hasan. Suatu saat ia bersama dengan Ibnu Abbas. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki seraya berkata, “Wahai Ibnu Abbas, sesungguhnya penghasilan saya berasal dari buah karya tangan saya. Dan saya membuat lukisan-lukisan ini.” Ibnu Abbas lalu berkata, “Saya tidak akan mengatakan kecuali apa yang saya dengar langsung dari Rasulullah.” Rasulullah berkata, “Barangsiapa menggambar sesuatu, maka Allah akan menyiksanya sampai ia meniupkan ruh kepada apa yang dilukisnya. Padahal ia tidak akan pernah bisa menghidupkannya. Demi mendengar itu, maka laki-laki tadi nampak marah sekali, Ibnu Abbas berkata “Celaka, bila kamu tidak mau meninggalkan apa yang kamu lakukan maka lukislah pohon atau apa saja yang tidak bernyawa” (HR Bukhari dan Muslim).
3. Hindari Tidur dengan Sebagian Badan Terkena Sinar Matahari Sementara Sebagian Badan Lainnya Terlindung oleh Bayang-bayang Pohon.
Memang, matahari yang merambat naik, semakin mempertajam sinarnya, seakan mencabik- cabik kulit yang tak berbaju. Saat seperti itu, enak rasanya bila berteduh sejenak di bawah rindangnya pepohonan, dengan semilir angin yang menerpa halus kulit kita. tapi ingat dalam kondisi demikian hindarilah untuk membiarkan sebagian anggota badan kita kepanasan sementara anggota badan yang lain berada di tempat yang teduh. Rasulullah melarang demikian karena itu adalah majlisnya syetan.
Rasulullah melarang seseorang berteduh di bawah bayang-bayang pohon tapi separuh badannya masih terkena sinar matahari. Rasulullah berkata, “Itu adalah majlisnya syetan.” (HR. Ahmad dan Hakim)
Ibnu Qayim berkata, “Ini merupakan peringatan untuk tidak tidur di tempat seperti itu karena tidur dalam keadaan demikian ternyata tidak baik.”
Hal ini diperkuat dengan pernyataan DR Abdul Razaq al- Kailani yang menjelaskan alasan pelarangan ini dari sudut ilmiah. DR Abdul Razaq berkata, “…Sinar matahari yang menyinari badan akan menimbulkan terciptanya sinar-sinar lain yang tidak terlihat mata biasa. Di antara sinar itu adalah sinar infra yang mengalirkan hawa panas sehingga tubuh menjadi hangat dan panas. Serta sinar biru yang membuat kulit menjadi merah. Bila sinar-sinar ini menimpa sebagian anggota badan sementara yang lain tidak, maka akan menimbulkan kerancauan dalam peredaran darah, akibatnya anggota-ang- gota badan tidak bisa berfungsi secara normal dan terjadilah kekacauan di sana.”
4. Di Pungggung Unta.
Mungkin, kita terpana saat mendengar berita bahwa syetan berada di punggung unta. Tapi, itulah berita yang disampaikan Rasulullah, dalam hadits shahih, sebagaimana diriwayatkan oleh Hamzah bin Amr al-Aslami bahwa Rasulullah berkata, “Di setiap punggung unta itu ada syetan. Karena itu bila kalian naik unta maka sebutlah nama Allah.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).
Secara lebih jauh Al-Munawi menjelaskan alasan mengapa unta menjadi tunggangan syetan. la mengatakan bahwa unta diciptakan dari jin, sebagaimana syetan merupakan jenis jin juga. Bila demikian, tidaklah mengherankan kalau unta menjadi tunggangan syetan.
Nah, bila kebetulan kita sedang ke kebon binatang dan sempat naik unta, janganlah lupa untuk menyebut nama Allah, saat menaikinya. Dengan demikian syetan yang sebelumnya telah berada di punggung unta, akhirnya harus mengalah dan menyingkir.
5. Jarak yang Ada antara Dua Orang yang Sedang Shalat
Ini dia, yang sering ditemukan dalam barisan shalat. Jarak antara satu orang dengan orang di sebelahnya agak renggang, bahkan tidak jarang terlihat suatu barisan yang sangat longgar sehingga memungkinkan orang lain untuk melewatinya. Tanpa sengaja, karena ketidaktahuan semacam inilah sehingga kita membuka peluang syetan untuk mengganggu orang yang sedang shalat. Bila demikian, pantas shalat kita sering tidak khusyu.
Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, “Rapatkan barisan kalian, karena sesungguhnya syetan itu berdiri di antara barisan yang renggang (tidak rapat).” (HR. Ahmad)
Karena itu, seyogyanya seorang imam selalu mengingatkan makmum untuk merapatkan barisan, sebelum memulai shalat. Demikian pula diharapkan partisipasi dari setiap makmum untuk saling merapatkan diri mereka. Bukan sebaliknya acuh tak acuh ketika melihat barisan shalat itu renggang. Caranya dengan merapatkan pundak satu sama lain, atau dengan menyamakan dan merapatkan kaki masing-masing.