“Seringkali Seorang Intelektual Sangat Primitif dalam hal Keyakinan

Di tengah hiruk pikuknya kampanye pemilu, reporter Majalah Ghaib berkesempatan menemui Ahmad Heryawan Lc., anggota DPRD yang juga caleg PK Sejahtera di rumahnya di daerah Kampung Melayu Besar. Dengan ramah ustadz yang berani menolak LPJ Sutiyoso ini menjawab pertanyaan seputar kemistikan di kalangan anggota legislatif maupun caleg. Berikut cuplikannya:

 

Apa saja bentuk-bentuk kesyirikan yang Anda lihat dari beberapa pejabat, aleg ataupun caleg di negeri kita?

Sebetulnya permasalahan ini tidak sepenuhnya saya ketahui karena pertemuan kami terbatas di kantor yang biasanya diisi dengan perdebatan terhadap berbagai persoalan di kantor sehingga apa yang mereka lakukan di luar kantor tidak tahu kita. Kelihatannya sih seperti umumnya masyarakat. Ya masyarakat begini keadaannya pejabatpun begitu, mungkin perbedaannya hanya bahwa untuk kalangan pejabat lebih intelektual, itupun sebagian, sebagian yang lain mungkin lebih modern. Untuk urusan-urusan kepercayaan atau keyakinan seringkali terjadi kontradiksi, kemodernan bertemu dengan keprimitifan dalam urusan aqidah. Seringkali intelektualitas itu tidak kemudian membuat seseorang itu rasional dalam masalah aqidah. Kadang-kadang seseorang itu sarjana atau bahkan pakar di bidangnya tapi pada urusan- urusan keghaiban masih datang ke dukun atau tukang sihir sehingga kelihatan sangat kontradiksi. Kontradiksi karena koq rasionalitas yang seharusnya bekerja pada seseorang yang sarjana S1, S2, atau S3 malah rasionalitas itu tidak berjalan. Dan itu terjadi dimana-mana.

 

Apa contoh sederhana dari kemajuan inte- lektual yang bertemu dengan keprimitifan?

Di Hongkong umpamanya, betapa maju mereka dalam bidang ekonomi, pertumbuhannya luar biasa tapi ketika dihadapkan pada urusan-urusan keyakinan mereka sangat primitif dan sangat tidak rasional. Umpamanya mereka itu di sebuah tempat rekreasi yang di situ ada patung besar, lalu mereka berkeyakinan bahwa kalau mereka itu menaruh uang di tempat-tempat tertentu di antara patung-patung itu akan mendatangkan keberkahan tertentu, keberkahan itu disimbolkan dengan uang. Padahal mereka itu berada di kota maju dan rasional, masyarakatnya punya hitung- hitungan yang sangat matematis, dagang dihitung untung ruginya sangat detail. Namun sekali lagi pada urusan keghaiban mereka sangat primitif. Ini yang sering kali terjadi. Meskipun mereka itu ahli di bidang tertentu tapi pada masalah keghaiban mereka itu sangat bodoh, sangat jahil terhadap masalah yang sebenarnya sangat mendasar. Tidak heran jika mereka itu akhirnya terjajah dengan dogma, agenda, mitos, dan kepercayaan- kepercayaan tertentu.

 

Anda sebagai salah seorang anggota legislatif apa saja yang Anda temui di kalangan anggota legislatif?

Untuk kalangan legislatif saya melihat gelagat sama dengan gejala-gejala yang ada di masyarakat, ada yang masih mempercayai benda-benda tertentu yang diyakini punya kekuatan magis. Walaupun di luar mungkin lebih dari itu meskipun saya tidak mendiskripsikan dengan jelas sebab ada kehidupan yang tidak terselami yaitu kehidupant pribadi dan keluarga di rumah masing-masing. Sebatas pertemuan kita adalah pertemuan resmi seperti rapat, kemudian koordinasi, tinjauan lapangan, sehingga tidak terungkap. Apalagi kalau saya berada di fraksi, fraksi kami yang bersih darihal-hal seperti itu, sedangkan keakraban seseorang khan biasanya di fraksi itu, sehingga hal- hal seperti itu tidak begitu kelihatan wong kita berada di tempat yang homogen, orang-orang kita sendiri.

Sedangkan di komisi sendiri hanya ketemu di rapat-rapat saja. Setelah itu kembali ke habitatnya masing-masing. Sehingga tidak sempat kelihatan. Namun gejala-gejala masih tetap ada seperti yang ada di masyarakat.

 

Apa contoh benda yang mereka yakini memiliki kekuatan?

Contoh kecil dari apa yang mereka percayai adalah ada dia antara mereka yang percaya bahwa cincin yang dipakainya mempunyai kekuatan magis tertentu. Walaupun kalau ditanya dia hanya mengaku bahwa dia tidak percaya pada cincin tapi yakin bahwa Allah memberikan kekuatan pada cincin itu. Pada waktu terjadi sedikit perdebatan antara kami, saya katakan jangankan cincin, Kabah saja tidak punya kekuatan. Saya ceritakan kisah Umar bin Khattab ketika selesai thawaf menghampiri hajar aswad dan mengatakan, “Aku tahu engkau hanyalah batu hitam yang tidak mampu memberikan manfaat ataupun mudharat. Sekiranya saja saya tidak melihat Rasulullah mencim kamu maka aku tidak akan mencium kamu.” Ini menandakan bahwa benda semulia hajar aswad ataupun kabah saja tidak mampu memberikan manfaat bagaimana lagi dengan benda-benda lain.

Pengalaman lain pernah ada salah seorang anggota dewan yang mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta. Dalam proses pencalonannya ini dia didampingi oleh penasehat spiritualnya yang kemana-mana selalu bersamanya. Hampir setiap apa yang hendak dilakukan cagub ini harus seizin penasehat spiritualnya. Umpamanya duduk dulu atau tidak, ataukah di mana harus duduk, pergi atau tidak. Tokoh pendamping spiritual cagub ini kepada cagub mengaku bahwa berdasarkan “hakikat” (tingkatan di atas syariat) nama cagub ini sudah tercatat di atas arsy akan menjadi gubernur DKI, terrnyata yang terpilih tetap Sutiyoso, ha..ha..haa. Saya sendiri oleh tokoh spiritual tadi dianggap sudah mencapai tingkat hakikat. Alasannya saya sudah bisa menjauhi syubhat, bisa menjauhi barang haram, berbicara sesuatu yang baik, sudah memikirkan kepentingan orang banyak. Saya ketawa saja mendengarnya.

 

Secara umum apa yang mendorong seseorang ingin menjadi anggota legislatif?

Menurut saya karena setiap aktifis itu punya idealisme. Dan rata-rata yang terjun ke dunia politik itu adalah aktifis baik dari kalangan organisasi Islam maupun organisasi nasionalis. Pada awalnya mereka memang membawa idealisme untuk mensejahterakan, tapi sejalan dengan itu idealisme mereka berbenturan dengan kebutuhan perut sehingga motivasinya berubah menjadi motivasi campuran karena diawal mereka membawa motivasi idealisme kemudian bertemu dengan side effect (efek samping) berupa penghasilan materi. Dan seringkali side effect itu lebih menggiurkan maka terjadilah sebuah perebutan. Dan karena itulah mereka bersedia mengeluarkan ratusan juta dari harta yang mereka miliki untuk mendapatkan nomor-nomor awal. Tidak heran pada akhirnya side effectnya itulah yang lebih menonjol.

 

Dampaknya?

Dampaknya karena merasa sudah mengeluarkan banyak biaya untuk memdapatkan kursi berukuran 50 cmx 50 cm itu akhirnya mereka berpikir bagaimana segera mengembalikan modal. yang telah mereka keluarkan. Itu di tahun pertama tahun berikutnya tinggal menikmati hasil. Itu yang sering kali terjadi. Yang bisa terselamatkan hanyalah orang yang betul-betul punya idealisme yang tinggi dan tidak luntur. Dan yang tidak luntur itu biasanya ketika idealisme itu dirawat. Perawatan idealisme itu memang sangat berat dan itu adalah perjuangan dan perlawanan terhadap berbagai godaan. Perlawanannya itu bisa berbentuk pengawasan ataupun bimbingan moral yang terus menerus dari luar dirinya.

 

Apakah tidak ada pengawasan dari pihak partai yang mengusungnya menjadi anggota legislatif?

Entahlah yang jelas kalau di Partai Keadilan Sejahtera itu ada bentuk pengawasan terhadap anggota legislatifnya. Seperti ada laporan penghasilan, ada pemantauan dari materi yang didapat, ada pemotongan progres yang terus naik. Kalau tidak demikian maka saya yakin idealisme itu cepat atau lambat akan hilang. Yang mau merawat itu sangat sedikit tapi saya yakin ada beberapa. Di PKS sendiri itu ada karena secara institusi memang dirawat, kalau yang lain mungkin meraratnya secara pribadi.

 

Sebegitu besarkah side effect itu yang ada di kalangan legislatif sehingga seakan membutakan banyak anggotanya?

Sebetulnya ukuran besar kecilnya itu sangat tergantung pada bagaimana pemanfaatan dari harta tersebut. Kalau digunakan untuk kepenting an pribadi ya bisa foya-foya. Tapi kalau dipakai untuk kemaslahatan ummat maka harta itu akan bernilai pahala.

Saya sendiri kayaknya sudah cukup capek menjadi anggota dewankalau bukan karena amanah mendingan saya berbisnis saja. Apalagi saya sebagai anggota dewan tetap saja dibebani partai dengan jabatan-jabatan lain, tetap membina majlis talim padahal kerja di kantor saja kadang belum beres. Seperti baca proposal sekian lembar melakukan lobi dan sebagainya.

 

Bagaimana tinjauan syari dalam masalah klenik di kalangan legislatif ini?

Saya kira ini cukup jelas bahwa penyimpangan- penyimpangan seperti itu di luar konteks aqidah Islam, mengganggu ketawakkalan, mempercayai kekuatan selain kekuatan Allah. Dalam hadits jelas dikatakan barang siapa yang mendatangi dukun dan mempercayainya maka dia telah kufur tehadap apa yang didatangkan oleh Muhammad saw.

 

Apakah mereka yang terlibat klenik dan perdukunan ini layak dipilih oleh masyarakat?

Sayangnya kriteria ini tidak masuk dalam kriteria politisi busuk. Padahal menurut saya kalau itu merupakan pelanggaran agama maka itu layak disebut politisi busuk.

 

Biodata

  • Nama               : Ahmad Heryawan, Lc.
  • TTL                    : Sukabumi, 19 Juni 1966
  • Pendidikan   : LIPIA (S1)
  • Jabatan           :
            1. Anggota DPRD DKI Jakarta Fraksi Reformasi
            2. Ketua DPW PK Sejahtera DKI Jakarta

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 15 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN