“Setiap Kami Dikawal Minimal Dua Jin”

Wahyu (18-Instruktur Pria Lembaga Khaikal Fattah Khikan) :

Saya gabung dengan lembaga ini sudah sekitar empat tahun yang lalu. Saya sendiri dibuka hijabnya secara kolektif dengan beberapa teman seangkatan saya di malam hari sekitar jam 21.00 WIB. Saya tidak ingat tepatnya tanggal berapa. Waktu dibuka hijab, saya tidak merasakan apa-apa. Hanya disuruh buka mulut selama kurang lebih tiga puluh detik. Lalu saya disuruh baca syahadat tiga kali, al-Fatihah tiga kali, dan shalawat nabi tiga kali yang semuanya didahului dengan tarik nafas terlebih dahulu. Lalu dilanjutkan dengan olah raga senam, yang diakhiri dengan tarik nafas lagi dan ditahan di perut lalu duduk dan mulai berbahasa (red: mengucapkan kosa kata apa saja yang terlintas dalam benaknya). Kemudian pada pertemuan berikutnya Ustadz mendekati kami dan berkonsentrasi sambil menekan kepala atau bahu kami, spontan kami rasakan hawa dingin masuk mengalir ke dalam tubuh, anehnya mulai saat itu berbahasa kami jadi lebih cepat dan lancar. Saya sendiri waktu itu tidak baca wirid apa-apa, ustadz pun saya dengar tidak baca apa-apa.

Banyak suka-duka yang saya alami selama bergabung dengan lembaga ini dan bermacam- macam cobaan serta tantangan. Dulu sewaktu kami latihan, biasanya pulang larut malam sekitar jam 01.00 atau jam 02.00 WIB. Padahal saya tinggal didaerah pedalaman, yang harus melewati jalanan lengang tak berpenghuni di sekitarnya serta masuk menyusuri hutan-hutan, yang katanya banyak dihuni makhluk halus. Tapi alhamdu- lillah saya tidak pernah diganggu sama sekali.

Di samping ikut belajar bahasa, saya juga ikut kebatinan yang diketuai oleh Bang Fakhri. Angkatan kami (para senior) memang diberi kesempatan untuk belajar lebih dari lima bahasa, karena diproyeksikan sebagai instruktur.

Bagi saya, ustadz adalah sosok seorang ayah. Suka memberi nasehat, kadang bercanda, kadang serius. Saya sering mimpi bertemu dengan beliau untuk memberi peringatan atau nasehat-nasehat. Tak jarang sehabis saya melakukan kesalahan, ustadz hadir dalam mimpi saya memberikan teguran. Kadang juga tidak secara langsung, tapi melalui mimpi teman yang lain. Lalu teman tersebut menceritakan kepada saya bahwa semalam ustadz hadir dalam mimpinya memberikan teguran kepada saya masalah ini dan itu. Dan terkadang juga ustadz menegur saya dengan cara langsung bertemu. Terkadang juga tegurannya itu berbentuk lain, misalnya sehabis kita melakukan kesalahan, tiba-tiba kita mengalami kecelakaan, itu juga merupakan teguran dari ustadz. Saya juga pernah bermimpi bertemu dengan wali-wali Allah yang berjubah dan tidak menampakkan mukanya atau mengenalkan identitasnya, mereka memberikan beberapa nasehat kepada saya.

Banyak yang saya kagumi dalam diri ustadz, terutama pada kemampuan spiritualnya. Mobilnya Ustadz saja dijaga empat jin, sewaktu dia pergi ke daerah Bujun, ada seseorang yang mengirim jin untuk mencelakai ustadz. Lalu jin Ustadz berkelahi dengan jin kiriman tersebut, karena dahsyatnya perkelahian sampai kaca depan mobil ustadz pecah, tapi saya sendiri tidak melihat langsung kejadian itu, hanya mendengar cerita dari ustadz sendiri. Di rumah beliau juga banyak jin yang menjaganya, termasuk di kantor kerjanya. Di kantor sini (lembaga bahasa) ada satu jin yang menungguinya dan dua ekor hari- mau, tepatnya berada di ruangan ustadz sendiri, begitulah cerita ustadz kepada kami. Ada seorang murid kebatinan yang pernah melihat jin itu, ia melihat ada jin yang tinggi besar mengikuti ustadz dari belakang.

Saya dan teman-teman lainnya juga pernah diusap muka kami. Waktu itu kami sedang latihan, kami melihat ada makhluk hitam yang perawakannya tinggi besar terus mengawasi kami latihan, kurang lebih selama satu jam. Biasanya penampakan seperti itu tujuannya untuk menambah keyakinan kita kepada Allah akan adanya makhluk- makhluk gaib. Tiap anggota yang aktif di sini dikawal minimal dua khadam, termasuk saya. Makin banyak kami melakukan amalan-amalan, maka makin banyak khadam yang mengawal dan mengawasi kami. Kalau kami berbuat macam-macam, maka khadam itu melapor ke ustadz. Ustadz juga selalu berusaha untuk memproteksi kami. Kalau mengadakan acara-acara yang menantang dan seram di tempat yang angker dan keramat, terlebih dahulu beliau memasang ‘pagar’ dan minta izin ke penghuni setempat agar mereka tidak mengganggu kami. Pokoknya kami senang bergabung dengan lembaga ini, dan merasa aman bila bersama Ustadz.
Ghoib, Edisi No. 20 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN