Surat al-Baqarah, Jurus Ampuh Melawan Sihir

Orang jujur sulit ditemukan. Di zaman seperti sekarang. Dengan gaya hidup hedonisme yang berkembang liar. Banyak orang belum puas dan cukup dengan apa yang dimilikinya. Hingga hak dan wewenang orang lain juga diserobotnya. Semua itu sekadar untuk memenuhi nafsu serakahnya.

Seperti kesaksian kali ini. Apa yang dialami Jarwoto adalah sesuatu yang lumrah dan sering kita dengar. Persaingan yang tidak sehat dalam dunia kerja. Padahal secara materi sebenarnya gaji mereka lebih dari cukup. Itu kalau mau jujur.

Daryono bukanlah seorang pegawai rendahan. Tapi nafsu serakah telah menguasai dirinya. Apa yang ada dalam genggaman terasa masih belum cukup. la masih menyerobot hak orang lain. Karena di sana, tersimpan uang jutaan rupiah.

“Apa di situ ada wewenang Bapak?” teguran Jarwoto yang merasa dilangkahi wewenangnya belum menyadarkannya. Sebaliknya teguran itu dianggap sebagai bentuk perlawanan.

Daryono makin gelap mata, melalui buah melon dan wafer tango Daryono mencedarai teman kerjanya. Sungguh sadis, bila syetan telah menguasai jiwa orang-orang yang tamak. Akibatnya bisa disaksikan Jarwoto harus menjalani rawat inap hingga berminggu-minggu. Keanehan-keanehan dalam rumah tangganya pun terus berlanjut.

Dalam kisah Jarwoto ada dua pelajaran yang bisa diambil. Pertama, menyadari bahwa sakit adalah bagian dari skenario Allah untuk menguji keimanan hamba-Nya. Untuk menghapus sebagian dosanya. “Tidak satu pun yang menimpa muslim berupa capek, sakit, susah, sedih, gangguan, gundah, sampai duri yang menusuknya, kecuali Allah pasti menghapuskan dosa-dosanya.” (HR Bukhari)

Tapi jangan sampai salah langkah. Alih- alih menghapus dosa, tapi justru menambah daftar dosa baru. Seperti yang dilakukan oleh kakak dan istri Jarwoto dengan mendatangi dukun adalah suatu kesalahan. Karena ia telah terjatuh kepada kemusyrikan. Imam Muslim meriwayatkan dalam shahihnya, “Barangsiapa datang kepada seorang dukun, kemudian dia bertanya sesuatu maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari.”

Jarwoto akhirnya menyerah, ia yang tadinya masih tidak percaya dengan perdukunan akhirnya terjatuh juga. Hanya Karena tidak mau mengecewakan kakaknya, ia rela menelan racun. Air yang telah diberi jampi-jampi itu pada hakekatnya bukanlah madu, tapi racun yang mengerıkan. Ini adalah kesalahan fatal yang tidak seharusnya terjadi. Keselamatan aqidah jauh lebih utama dari sekadar keselamatan fisik.

Perjalanan hidup Jarwoto selanjutnya semakin kelam. Kegagalan dukun dan medis dalam mendiagnosa penyakit membawanya kepada pengembaraan baru. Ia masuk ke perguruan Rama yang secara nyata bertentangan dengan Islam. Semua agama sama yang dikembangkan aliran ini adalah sesuatu yang fatal. Beruntunglah Jarwoto segera tersadar dari kesalahannya dan melepaskan diri.

Yang kedua, sebenarnya Jarwoto bukan sakit biasa. Kisah seputar mimpinya yang hampir disembelih dengan gergaji oleh seorang dukun perempuan, merupakan indikasi yang kuat bahwa Jarwoto terkena gangguan jin. Karena mimpi buruk berasal dari syetan. Seperti diriwayatkan Bukhari dalam kitab shahihnya “Mimpi yang baik itu datangnya dari Allah, sedangkan mimpi buruk itu dari syetan.”

Bukan berarti setiap orang yang bermimpi buruk dapat dipastikan terkena guna-guna. Ini baru diagnosa awal. Selanjutnya, perlu diperhatikan kejadian- kejadian lain yang menimpa seseorang. Seperti yang dialami Jarwoto, ia mengalami sesak nafas setiap dijenguk oleh Daryono. Satu hal yang tidak terjadi bila dikunjungi orang lain.

Ibarat seorang dokter, bila sumber penyakit sudah ditemukan, tinggal mencari obatnya. Untuk kasus Jarwoto sebenarnya tidak diperlukan biaya hingga jutaan rupiah. Karena penyakitnya bisa disembuhkan dengan tanpa biaya. Tidak juga dengan mendatangi dukun atau paranormal kondang.

Sihir itu bisa dibatalkan dengan ruqyah syar’iyah. Seperti dengan bacaan surat al- Baqarah misalnya. “Jangan biarkan rumah- rumah kalian seperti kuburan. Karena sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah, maka syetan akan lari dari rumah itu.” (HR. Muslim).

Syetan yang berada di dalam rumah sudah lari. Berarti syetan atau jin kiriman tukang sihir juga tidak akan berani masuk. Mereka ketakutan dan tidak bisa menembus pagar ghaib surat al-Baqarah. Bila kita membaca surat al-Baqarah dengan benar dan dengan niatan yang tulus, maka jaminan itu akan kita dapatkan. “…. Bacalah surat al-Baqarah, karena dengan membacanya terlimpah keberkahan, meninggalkan bacaan surat al-Baqarah adalah suatu kerugian dan tukang sihir tidak akan bisa melawannya.” (HR. Ahmad)

Begitulah seharusnya seseorang melawan sihir. Bukan dengan meminta bantuan paranormal, atau tempat-tempat yang dianggap keramat. Tapi bila memang sibuk dan tidak bisa membaca keseluruhan surat al-Baqarah, maka janganlah lewatkan untuk membaca minimal sepuluh ayat.

Seperti yang tersebut dalam atsar dari Ibnu Mas’ud yang diriwayatkan oleh Ad- Darimi, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari surat al-Baqarah, maka syetan tidak akan memasuki rumah tersebut pada malam itu. Empat ayat di awal surat al-Baqarah, ayat kursi dan dua ayat sesudah ayat kursi serta tiga ayat terakhir dari surat al-Baqarah.”

Kisah Jarwoto menjadi cermin tersendiri, bagaimana ia melawan serangan sihir seorang dukun yang mencoba membunuhnya melalui jarak jauh. la menggagalkan upaya mbah dukun yang ingin membunuhnya. Kekuatan sihir itu menjadi lemah ketika Jarwoto melantunkan surat al-Baqarah di tengah malam.
Ghoib, Edisi No. 32 Th. 2/ 1425 H/ 2005 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN