Syetan Menjerat dengan Syahwat

Diriwayatkan bahwa Iblis berkata, “Saya telah menyesatkan mereka dengan dosa-dosa, tapi mereka mengalahkan saya dengan istighfar. Maka ketika saya mengetahui hal itu, saya kalahkan mereka dengan hawa nafsu. Maka mereka menganggap bahwa diri mereka itu benar, hingga mereka tidak lagi beristighfar.” (Wiqayatul Insan minal Jinni Wasysyaithan:243)

Pengakuan Iblis ini patut direnungkan. Dalam setiap aktifitas kita, tidak seharusnya hawa nafsu mengalahkan akal. Hawa nafsu berperan lebih besar dalam menentukan setiap keputusan kita. Akibatnya tinggal penyesalan yang menyesakkan dada. Tapi apalah daya. Nasi telah menjadi bubur.

Kesaksian edisi ini kembali menegaskan betapa pentingnya mengedepankan pikiran yang jernih. Menimbang masalah dengan kepala dingin sebelum palu dijatuhkan. Terlebih bila menyangkut masalah pernikahan.

Kisah Vita menjadi pelajaran berharga. la semula menghindar ketika Ogan, seorang sopir taxi yang pernah mengantarkannya ke kantor mencoba mendekatinya. la menganggap Ogan seperti sopir taxi yang lain. Sekali antar sudah tidak ada lagi hubungan yang lebih mendalam. Sementara di kantor, ia mengalami masalah yang serupa tapi tak sama. Serupa karena ada laki-laki yang juga tertarik. Kadir namanya. Tak sama karena ia sudah kenal baik dengan Kadir.

Masalahnya, Vita menganggap Kadir sebagai teman biasa yang bekerja dalam satu tugas yang sama. Tapi tidak demikian halnya dengan Kadir. la melihat ada kelebihan Vita yang tidak dimiliki istrinya. Hingga Kadir pun berusaha membujuk Vita agar sudi menjadi istrinya. Ini adalah konsekuensi dari pergaulan bebas di negeri ini. Setiap orang bebas bertemu dengan lawan jenisnya di tempat kerja.

Orang bilang itu adalah cinta lokasi. Meski Kadir harus bertepuk sebelah tangan. Cintanya ditolak. Tapi Kadir tetap nekat. Vita yang semula tegas menolak kehadiran Ogan yang baru dikenalnya, sekarang berbalik. Masalahnya dengan Kadir yang terus meruncing membuatnya tidak lagi berpikir dengan jernih.

Ogan yang belum jelas siapa jati dirinya, menjadi tumpuan harapan. Kehadirannya di tengah kegalauan jiwanya, bagai obat penawar dahaga. Hingga Vita pun terlena.

Baru beberapa minggu kenalan, ia sudah nekat ingin menikah dengannya. Berbagai pertimbangan dari orang-orang terdekat dianggapnya angin lalu. la tidak lagi menghiraukannya. Pukulan orangtuanya semakin membuatnya hilang kendali. Bepergian dengan yang bukan muhrim pun menjadi pelariannya. Hingga larut malam. Padahal ia telah tahu bahwa itu dilarang agama.

Di sinilah syetan benar-benar berperan. Syetan telah membutakan mata hati Vita hingga tidak lagi bisa berpikir dengan jernih. Beberapa minggu sebelumnya, ia telah menyadari bahwa pancaran wajah Ogan mengisyaratkan sifat tidak baik yang dipendamnya. Tapi semua bayangan itu dihapusnya seketika.

Pernikahan. Bukanlah masalah sepele. Segala hal harus dipertimbangkan dengan matang. Sifat, karakter, keluarga, wajah, kekayaan dan yang lebih utama adalah agamanya.

Namun, semua itu tidak lagi menjadi pertimbangan. Karena yang ada dalam benak Vita hanyalah menikah dan menikah. Baginya itu adalah solusi atas masalah yang dihadapinya.

Wahid Abdul Salam Bali dalam bukunya yang terkenal Wiqayatul Insan minal Jinni Wasysyaithan, halaman 246 mengatakan, “Bila hawa nafsu telah memenangkan pertempuran melawan akal, maka orang akan mabuk. la tidak lagi membedakan yang hak dan batil. Bahkan bisa lebih jauh dari itu. Hawa nafsu bisa merubah pola berpikirnya sehingga yang benar menjadi salah dan salah menjadi benar.”

Bila seseorang telah kehilangan pertimbangan seperti Vita, maka dibutuhkan perhatian yang berlebih dari orang-orang di sekitarnya. Vita dan orang-orang yang senasib dengannya tidak bisa dibiarkan memutuskan masalahnya sendiri. Ini adalah masalah pernikahan. Masalah besar dalam fase kehidupan seseorang. Orangtua memiliki hak untuk mengurus masalah pernikahan anak perempuannya. Dia adalah wali yang sah.

Sungguh menarik pernyataan salah seorang tabiin kepada Hasan bin Ali. la meminta nasihat beliau kepada siapa anaknya kelak harus dinikahkan. “Sesungguhnya aku telah memiliki seorang anak perempuan maka siapakah pria yang menurut pendapatmu cocok untuk kunikahkan putriku dengannya?” Hasan bin Ali menjawab, “Nikahkahlah putrimu itu dengan pria yang bertakwa kepada Allah. Jika ia mencintai putrimu maka ia akan memuliakan putrimu. Jika ia marah pada putrimu maka ia tidak akan mendzalimi putrimu.”

Konsekuensi dari keputusan yang hanya memperturutkan hawa nafsu sudah harus dipetik, tatkala pernikahan baru seumur jagung. Sikap Ogan langsung berubah. Tidak ada lagi kehangatan seperti dulu. Uang belanja pun kadang diberi lain waktu tidak. Bahkan sikapnya jauh menyimpang dari tipe suami ideal. Vita harus menelan pil pahit tatkala melihat suaminya berciuman dengan wanita lain.

Masih belum cukup. Untuk kedua kalinya, sang suami mengkhianatinya. la berselingkuh. Kali ini ia tertangkap basah oleh warga. Syetan telah memenangkan pertarungan ini. Keputusan yang diawali dengan memperturutkan hawa nafsu berakhir dengan perpisahan.

Panji-panji syetan telah berkibar. Iblis memberikan penghargaan yang tinggi kepada syetan yang berhasil memisahkan Vita dan suaminya. Seperti yang tertera dalam hadits riwayat Muslim.

“Sesungguhnya Iblis membangun singgasananya di atas laut. Kemudian ia mengirim bala tentaranya (menggoda manusia). Maka syetan yang paling dekat dengan Iblis adalah yang paling besar menciptakan fitnah (di antara manusia). Salah seorang syetan datang. “Saya telah mela-kukan ini dan itu,” katanya. “Kamu belum melakukan apa-apa,” jawab Iblis. Kemudian ada lagi yang datang, “Saya tidak meninggalkannya hingga ia menceraikan istrinya.” Kemudian Iblis menyuruhnya mendekat seraya berkata, “Kamulah yang terbaik.”

Jangan biarkan syahwat bebas tanpa kendali, karena ia bisa ditunggangi syetan dan melibas norma agama. Jeratan ini harus cepat diputus dengan mempertebal keimanan.
Ghoib, Edisi No. 60 Th. 4/ 1427 H/ 2006 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN