Tayangan yang melibatkan jin dalam kehidupan manusia di televisi semakain marak. Bentuk acaranya pun semakin beragam. Ada yang berupa film, sinetron, drama kolosal, reality show, infotain- ment dan kartun anak-anak. Mereka berusaha untuk mevisualisasikan sosok jin dan syetan dengan cara mereka sendiri, berdasarkan pemikiran dan pemahaman yang ada atau berdasarkan cerita rakyat yang tersebar dari mulut ke mulut, yang kebenarannya masih harus dipertanyakan. Mereka berusaha mengemasnya dalam bingkai tontonan dan hiburan. Simaklah sebagaian materi tayangan televisi tentang jin atau syetan yang telah diciptakan oleh Allah sebagai makhluq ghaib berikut ini.
Arwah Penasaran Tidak Bisa Dikalahkan?
“Di pinggir jalanan yang sepi, ada empat anak muda berandalan lagi mabuk sambil main kartu. Di tengah keasyikan mereka, lewatlah seorang gadis. Spontan perhatian mereka beralih ke gadis tersebut. Sapaan genit dan teguran nakal pun keluar dari mulut mereka. Gadis itu tak menghiraukannya, dia mempercepat langkahnya untuk menjauhi mereka. Tapi empat pemuda itu malah mengejarnya sampai akhirnya berhasil menangkap gadis malang tersebut. Kemudian terjadilah apa yang seharusnya tidak terjadi. Mereka secara bergantian menggilir gadis tersebut di semak-semak. Lalu membunuhnya dan melemparkannya ke jurang untuk menghilangkan jejak.
Lalu pada malam berikutnya, salah seorang dari mereka didatangi seorang wanita berambut panjang dan merayunya untuk berduaan. Saat berdua itulah, si wanita berubah wujud, mulutnya bertaring dan menerkam pemuda tadi lalu membunuhnya. Malam-malam berikutnya menjadi malam yang menegangkan bagi ketiga temannya, setelah mereka mengetahui temannya mati mengenaskan. Mereka dihantui ketakutan, ada yang tidak berani tidur di rumahnya karena takut didatangi. Ada yang pergi ke dukun untuk minta jimat penangkal syetan. Dan ada pula di antara mereka yang tidak takut dengan cerita mistik semacam itu. Sampai akhirnya dua temannya mati terkoyak-koyak oleh hantu wanita yang diyakini sebagai arwah penasaran dari wanita yang mereka bunuh. Maka tinggallah ia sendirian.
Sampai pada suatu malam ia didatangi seorang hantu wanita dengan pakaian yang acak- acakan dan mukanya menakutkan. Hantu itu berusaha untuk menerkam dan membunuhnya, kepala hantu itu bisa lepas sendiri, tangannya bisa memanjang. Tapi Pemuda itu tidak mau menyerah, dia berusaha melakukan perlawanan dengan menembakkan senjata apinya ke arah hantu wanita tersebut, tapi hantu itu tidak mempan dia hanya tertawa terbahak-bahak. Pertempuran tersebut berjalan sangat seru, sampai akhirnya datanglah sekolompok orang yang dipimpin oleh seseorang yang dipanggil kyai untuk menolong pemuda tadi. Kyai berjubah dan bersorban dengan tasbih di tangannya berusaha untuk menasehati hantu tersebut agar menghentikan aksi balas dendamnya, supaya arwahnya tenang di alam baka ‘Biarlah pihak yang berwajib yang akan menghukumnya’, tutur kyai tersebut. Tapi hantu itu tidak menurut, akhirnya terjadilah adu ‘kesaktian’ antara kyai dan hantu. Lalu dengan ‘tasbih saktinya’ sang kyai berhasil membakar hantu tersebut.” Itulah salah satu alur cerita serial mistik televisi yang pernah ditayangkan oleh salah satu televisi swasta negeri ini. Mereka memberi judul tayangan tersebut dengan judul ‘Arwah Penasaran’.
Tema tayangan televisi tersebut merupakan gambaran dari salah satu bentuk keyakinan masyarakat yang menyimpang. Dengan banyaknya tayangan mistik yang alur ceritanya semacam itu, akan menjadikan keyakinan masyarakat yang salah terhadap ruh atau arwah penasaran semakin kuat. Bahkan tayangan itu bisa menjadi legalitas untuk membenarkan mitos yang selama ini mereka yakini. Benarkah orang yang matinya tidak wajar akan menyebabkan ruh-ruh mereka gentayangan? Untuk membalas dendam atau menyingkap misteri kematiannya? Dan manusia tidak akan sanggup mengalahkannya, kecuali dengan jimat kesaktian? Inilah kesalahan dalam mengimani yang ghaib dan harus segera diluruskan.
Syetan hanya Takut pada Jimat?
“Suatu ketika datanglah sekelompok pemuda dan pemudi ke sebuah rumah. Konon rumah itu angker dan di belakangnya ada sumur tua. Kabarnya di rumah itu ada syetan penghuni sumur tua. Kebenaran berita itu semakin mereka rasakan ketika Ocha (salah seorang personil mereka) hilang di belakang rumah, Mereka bersepakat untuk mencari Ocha, hanya saja Arjuna (salah satu anggota kelompok) keberatan untuk ikut. Lalu Arjuna pergi ke kamar mandi dia melihat penampakan yang menyeramkan yang membuatnya pingsan. Waktu siuman, dia melihat sosok laki-laki hitam berbadan gempal hendak mencengkram pundaknya, sehingga tidak bisa bergerak. Untuk mencari jejak Ocha dan Arjuna, maka Siska (temannya) memainkan kartu ramalan. Dan hasilnya menyatakan keduanya dalam kekuasaan syetan. Mereka kaget saat mendengar jeritan Arjuna melengking dari arah kamar mandi, mereka pun segera berhamburan ke asal suara untuk menyelamatkan Arjuna, dan berhasil.
Saat kelompok pemuda dan pemudi itu mencari jejak Ocha di bibir sumur tua, tiba-tiba salah satu dari mereka seakan ada yang menarik ke dalam sumur, lalu terjatuh ke dalam nya. Dan setelah itu, muncullah syetan laki-laki berwajah hitam menakutkan dari dalam sumur. Langkah kakinya kuat menghentak bumi, sehingga terjadi goncangan yang hebat seperti gempa. Lalu dua orang pemuda mengeluarkan jimat yang sudah disiapkannya untuk melawan syetan itu. Yang satu berbentuk kalung yang terdiri dari butiran seperti tasbih. Ketika dilepas dari leher, kalung itu bersinar. Sedangkan satunya berbentuk kayu yang panjangnya sekitar 30 cm dan ujungnya lancip, yang sengaja disiapkan untuk menghadapi syetan. Walaupun pada awalnya syetan ketakutan dengan kedua jimat tersebut, tapi ternyata keduanya tak cukup ampuh untuk menghalau keganasan syetan yang hendak membunuh mereka. Lalu jimat kalung dan kayu digabungkan, dan ternyata berhasil, syetan itu lemas setelah tertusuk jimat itu. Kemudian mereka mengambil tali karet timba sumur tua, dan menjerat syetan tersebut dan ditarik ke sumur kembali. Akhirnya sukseslah kelompok pemuda dan pemudi tadi untuk mengalahkan syetan penghuni sumur tua. Kemudian berakhirlah cerita sinetron “Di Sini Ada Setan” episode hari itu.” Inilah sepenggal cerita sinetron tersebut pada malam terakhir di penghujung bulan Februari yang sempat kami amati.
Lagi-lagi kita disuguhi tontonan yang mengajarkan ke pada kita untuk mengalahkan syetan dengan jimat. Tidak ada satu pun lantunan ayat atau hadits yang diucapkan sekelompok ABG itu dalam menghadapi teror syetan. Mereka merasa cukup dengan benda-benda yang mereka yakini ‘bertuah’ untuk menaklukkan syetan.
Menangkap Hantu dan Memasukkannya ke Botol?
Dalam rumah gedung yang besar dan mewah, sekelompok orang berjubah dan bersorban berkumpul dan didampingi oleh seorang wanita pembawa acara. Kelompok tersebut berkumpul untuk memanjatkan doa, lalu dilanjutkan dengan ritual ‘pemagaran ghaib’ agar hantu dari luar tidak nyelonong masuk. Dengan gerakan gerakan yang menyerupai jurus- jurus silat serta komat-kamit ritual pemagaran selesai. Setelah itu mereka menugasi seorang dari kelompoknya untuk melukis sosok hantu penganggu di atas kanfas dengan mata tertutup oleh kain hitam.
Kemudian dipilihlah seseorang untuk menjadi mediator, guna mengetahui biodata hantu pengganggu. Berdasarkan pengakuan hantu melalui mediator itulah mereka mendapat data sosok-sosok hantu yang akan diburu. Mulailah mereka menyisir ruang demi ruang yang ada dalam bangunan rumah. Tidak jarang dalam proses penyisiran itu, pemirsa dikejutkan dengan kejadian yang menegangkan. Misalnya, salah satu dari tim terpental dan terbanting, atau ada kru dan penghuni rumah yang kesurupan. Yang kesemuanya memberikan kesan semakin kuat kepada pemirsa bahwa rumah itu betul-betul angker dan banyak hantunya.
Dengan ‘kemampuan spiritual’ mereka berusaha mengurung dan meringkus ‘hantu’, kadang mereka berjibaku sampai bercucuran keringat untuk menangkap hantu yang ada, pemirsa spontan membayangkan bahwa hantunya besar dan tangguh. Tapi anehnya begitu tertangkap, dengan mudahnya mereka memasukkan hantu yang tadinya dibayangkan besar itu ke botol yang kecil, lalu ditutup dan diikuti proses penguncian. Setelah ritual pembersihan dianggap selesai, mereka menempelkan stiker di rumah yang bertuliskan bahwa rumah itu dalam pengawasan. Jika berselang dua minggu dan penghuni rumah tidak lagi mengalami gangguan, maka mereka menempelkan stiker yang bertuliskan bahwa rumah itu bebas hantu.
Itulah ragam dari acara realiti show yang ngetrend di salah satu stasiun televisi swasta. Dengan penampilan yang kelihatan religius, mereka berusaha memikat dan meyakinkan pemirsanya bahwa yang mereka lakukan tidak menyimpang dari syari’at. Padahal cara pengusiran hantu yang dilakukan oleh seseorang, kebenarannya tidak bergantung corak dan jenis pakaian yang dipakai. Karena Rasulullah sendiri sudah mengajarkan cara pengusiran hantu dalam rumah, cara Rasulullah itulah yang kita jadikan standar kebenaran. Bila ada cara yang berlainan dan menyimpang, siapapun pelakunya dan seputih apa pun pakaiannya maka harus kita jauhi dan kita tinggalkan. Cukuplah bagi kita ajaran Rasulullah sebagai panduan.
Sebetulnya masih banyak lagi, tayangan seputar alam ghaib terutama kehidupan jin yang berusaha disingkap oleh media cetak, khususnya televisi. Namun sayang sekali tayangan yang biasanya disuguhkan pada prime time (waktu utama, jam 19.00 sampai 22.00) diramu dengan formulasi yang kurang mempertimbangkan rambu- rambu syari’at. Akhirnya rentan terjadi penyimpangan yang berkaitan dengan aqidah seorang muslim. Sehingga tidak jarang kita jumpai dampak dari tayangan tersebut justru menggiring pemirsanya lebih takut kepada syetan daripada takut kepada Allah, lebih suka pergi ke dukun daripada ke ulama yang mumpuni ilmu agamanya. Dan dampak negatif yang lebih fatal adalah tercampurnya aqidah dengan klenik dan khurafat, yang mengajak korbannya untuk mengimani dunia ghaib tidak sesuai dengan syari’at Islam. Padahal hanya syari’at Islam yang bisa kita jadikan sebagai parameter kebenaran yang absolut dan mutlaq.
Ghoib, Edisi No. 36 Th. 2/ 1426/ 2005 M