Katanya, bila telapak tangan gatal adalah pertanda baik, karena tidak lama lagi akan menerima uang yang cukup besar nilainya.
Bagi orang-orang yang percaya dengan mitos katanya ini, dia akan cengar-cengir bila tiba-tiba telapak tangannya gatal. “Wah… akan dapat rizki nomplok nih.” Dalam hatinya dia bertanya- tanya darimana gerangan rizki itu datang sambil harap-harap cemas. Atau bahkan sudah membuat rencana, mau dikeranakan uang itu nantinya. Maklum rizki ini akan datang tanpa diduga alias tidak perlu bersusah payah.
Entahlah, apa hubungan antara gatal dan uang. Secara logika jelas tidak ada hubungannya. Keduanya seperti utara dan selatan, atau barat dan timur. Praktis tidak bisa disatukan. Tapi mengapa pula mitos ini berkembang di berbagai wilayah di kepulauan Indonesia, mulai dari Jawa hingga Sulawesi.
Kalau mau diotak-atik biar mathuk, yang menjadi jembatan antara datangnya uang dan gatal hanyalah telapak tangan. Karena pemberian orang lain dalam bentuk apapun harus diterima dengan telapak tangan.
Memang, tidak mungkin orang menerima uang dengan kaki. Karena bila ada seseorang diberi uang kemudian diterima dengan kaki, bisa dijamin sang pemberi uang akan mengurungkan niatnya. Atau bisa jadi dia langsung marah besar. Masih mending bila hanya dimarahi tapi kalau sampai kaki dan tangan melayang, urusannya bisa gawat. Pak polisi akan ikut campur tangan. Betul kan…
Tapi mengapa hanya telapak tangan yang dijadikan pathokan dan bukan pula anggota badan lainnya. Kepala misalnya. Bukankah dari otak segala hal bisa dipola? Sedangkan otakkan bersemayam di kepala.
Nah, enakkan bila yang gatal itu kepala.. Dengan mitos semacam ini tinggal sebut keinginannya. Dan tak lama kemudian apa terbayangkan itu akan terkabul Tapi itulah kenyataannya, mitos yang mengasyikkan ini tidak ada kenyataannya. Karena si pembuat mitos tidak berani. Coba kalau ada yang berani menyebarkan mitos ini, bisa dijamin kebohongannya akan langsung terbongkar.
Ngomong-ngomong tentang masalah rizki, sesungguhnya setiap orang sudah jelas ketentuan bagiannya. Hanya memang kita tidak tahu seberapa banyak rizki untuk kita kecuali setelah turun. Kisah Umar bin Khothob sangat menarik untuk dijadikan pelajaran. Suatu hari dia terpesona melihat seseorang yang khusyu’ berdoa di masjid. Tapi kemudian rasa senangnya semakin pudar ketika dia melihat orang itu berhari-hari hanya duduk berdoa di masjid tanpa mau bekerja. Sehingga keluarlah kata- kata bijak, “Sesungguhnya langit tidak akan menurunkan hujan emas.”
Kisah ini sejalan dengan mitos telapak tangan gatal. Artinya menunggu sampai satu bulan pun bila tidak diiringi dengan kerja tentu tidak ada yang memberi kita uang. Kalaupun ada, itu hanya karena belas kasihan dan sekedar untuk jajan. Karenanya jangan sampai membuat seseorang bermalas-malasan.
Nah, bagaimana pula kalau setelah telapak tangan gatal, benar-benar ada yang mengantarkan rizki? Tentu ini adalah kebetulan. Karena dari sekian kali telapak tangan kita gatal, mungkin harya satu atau dua yang kebetulan benar dengan mitos katanya ini. Kebetulan bukanlah sandaran hukum.
Yang jelas, kalau gatal harus digaruk. Atau periksalah, jangan-jangan ada kutu air atau penyakit kulit lainnya. Harus segera dicarikan obatnya. Dan bukan dikait-kaitkan dengan mitos yang bisa membahayakan keimanan.
Ingatlah! Jangan sampai mitos ‘katanya’ ini merusak akhirat dan dunia kita, karena terlena oleh impian harta.
Ghoib, Edisi No. 19 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M