Masih saja ada orang yang berani menghina pakaian muslimah. Ada saja alasan mereka. Ada yang menggunakan bahasa sangat sederhana dan tidak takut siksa Allah, bahwa pakaian muslimah yang menutup seluruh tubuh itu panas dan tidak cocok di alam tropis.
Kita tidak akan menguras tenaga untuk menjawab pernyataan yang sangat lemah itu. Karena justru sinar ultraviolet matahari yang membahayakan kulit itu, sudah seharusnya ditahan dengan pakaian yang menutupi kulit. Kalaulah benar bahwa pakaian itu panas dan lebih sejuk dengan bertelanjang ria, maka tentunya kita tidak lupa ayat, “Katakanlah: Api neraka Jahannam itu lebih sangat panasnya. Jika mereka mengetahui.” (At- Taubah: 81). Lebih baik kepanasan di dunia daripada hangus di neraka.
Panasnya neraka bukan saja disebabkan apinya yang memang sangat panas. Pakaian penghuni neraka yang seharusnya bisa menahan panas itu malah ikut membakarnya. Sebab pakaian itu sendiri telah menghasilkan hawa panas. Tempatnya saja di neraka, tentu bahan baku pakaiannya juga bukan seperti pakaian biasa.
Pakaian mereka terbuat dari tembaga. Demikianlah Al-Qur’an menggambarkan pakaian neraka dengan kata, “Qathiran” yang ditafsirkan Ibnu Abbas dengan tembaga yang mencair.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. Pakaian mereka adalah dari pelangkin/ter (Qathiran) dan muka mereka ditutup oleh api neraka.” (QS. Ibra- him: 49-50).
Naudzubillah. Pakaian itu terbuat dari tembaga Jenis logam yang cepat meleleh bila dipanaskan. Sementara kulit manusia itu sangatlah sensitif. Sedemikian sensitifnya sehingga saat terkena sengatan bara rokok saja, mulut sudah berteriak kesakitan. Meraung dan bila perlu mencaci yang bukan-bukan. Tergores pisau sedikit saja juga sudah berdarah. Atau tertempel plastik yang panas meleleh, bukan main panasnya.
Meski kulit penghuni neraka itu sudah jauh lebih tebal dari kulit kita sekarang, tetap saja tidak bisa menahan panasnya baju dari tembaga. Sungguh mengerikan. Baju yang lengket dengan kulit itu terus terbakar. Hingga mencair. lalu meleleh …. dan naudzubillah menggelontorkan kulit dan daging sampai ke mata kaki. Sebuah penderitaan yang tidak ada bandingnya. Penderitaan yang terus berulang dan takkan berakhir.
Sedemikian panasnya pakaian itu sehingga dalam ayat lain, Allah tidak lagi menyebutnya terbuat dari Qathiran (ter/tembaga yang mencair). Allah langsung mengatakan bahwa pakaian itu terbuat dari api. Perhatikan firman Allah, “Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian- pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke kepala mereka.” (QS. Al-Hajj: 19).
Kita, yang masih bisa merasakan hangatnya pakaian duniawi ini, sudah selayaknya menjauh dan berlari dari segala hal yang mengantarkan kita pada pakaian tembaga itu. Hentikan segala bentuk sikap berani dan sok pintar di hadapan Allah. Lakukan perintah Allah seberapa pun sulitnya. Karena perintah-Nya sudah diukur dengan kemampuan hamba. Jangan terpengaruh dengan sekedar ucapan dan caci makian orang. Islamikan pakaian kita di dunia. Biarlah panas di sini asal di akhirat kita tidak dipaksa memakai baju tembaga yang mendidih. Islamikan seluruh sendi kehidupan kita.
Berita tentang baju tembaga bagi penghuni surga sudah seharusnya membuat hati ini terbuka. Bahwa kebahagiaan dunia yang sesaat ini tidak ada rasanya begitu baju tembaga itu ditempelkan. Semoga Allah selalu melindungi kita dari segala bentuk kemaksiatan walaupun sangat menggiurkan.
Ghoib, Edisi No. 14 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M