Garam yang sering digunakan dalam makanan biasa disebut garam dapur. Secara saintifiknya ia dikenali sebagai natrium klorida. Garam telah digunakan oleh manusia sejak dahulu kala, terutama untuk mengawetkan makanan. Oleh kerana sudah terbiasa dengan garam, makanan akan terasa hambar apabila terasa kurang asin.
Dalam haditsnya, Rasulullah SAW. pernah bersabda, “Bumbu yang paling pokok pada makanan atau lauk adalah garam.” (HR. Ibnu Majah).
Tubuh manusia sangat memerlukan garam karena ia mengandung natrium, yang berfungsi mengganti zat makanan lama dengan zat makanan baru. Kelancaran penukaran zat makanan bergantung kepada kadar natrium dalam darah yang beredar ke seluruh tubuh dengan menumpang pada sel darah merah. Bila kekurangan natrium, maka sel darah merah akan mengkerut. Tapi bila kelebihan natrium, maka sel darah akan mengembang sehingga bisa melukai pembuluh darah itu sendiri. Jadi kandungan natrium dalam darah haruslah seimbang.
Tubuh manusia hanya memerlukan sekitar dua gram atau setengah sendok teh garam dalam sehari. Apabila berlebihan, akan menyebabkan tekanan darah tinggi, mempercepat osteoporosis pada wanita, menimbulkan gangguan pada sel tubuh, bahkan dapat mematikan fungsi sel. Umumnya kita mengkonsumsi garam 5-6 gram sehari, lebih-lebih kalau kita makan lauk seperti telur asin atau ikan asin, maka kadar garam perlu dikurangi.
Garam sebagai Obat
Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah menyitir sebuah riwayat yang berasal dari Abdullah bin Umar bin Khatthab, bahwa Rasulullah SAW. pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menurunkan empat macam keberkahan dari langit ke bumi; besi, api, air dan garam.” (Kitab Thibbun Nabawi: 310).
Selanjutnya Imam Ibnul Qayyim rnenambahkan, “Garam sangat diperlukan tubuh manusia dan merupakan unsur utama dalam makanan. Banyak benda yang kita pakai memerlukan garam dalam perawatannya. Seperti emas dan perak. Garam mengandung zat yang bisa menjadikan emas semakin nampak warna kuningnya, dan perak semakin kinclong warna putihnya. Bisa juga untuk memutihkan gigi, menguatkan gusi, menetralisir bahaya racun, mencegah menjalarnya luka atau borok, serta banyak manfaat lainnya.” (Lihat Kitab Thibbun Nabawi: 310).
Seorang muslim yang dinobatkan dunia sebagai pakat dan pelopor ilmu kedokteran, Ibnu Sina, berkata, “Garam berfungsi untuk menetralisir racun yang ada akibat sengatan Kalajengking (binatang berbisa lainnya). Karena dalam garam ada zat yang bisa menyedot dan menetralisir racun. Racun akibat sengatan Kalajengking mengandung unsur panas. Maka dari itu Rasulullah memadukan antara air yang dingin dengan garam yang bisa meneralisir. Dan ini merupakan pelajaran bagi kita, bahwa pengobatan penyakit yang diakibatkan racun adalah dengan mendinginkan dan mentralisirnya.” (Kitab Faidhul Qadir: 5/270).
Obat Garam dalam Tinjauan lslam
Setelah kita mengetahui bahwa garam itu sangat bermanfaat dalam kehidupan manusia, marilah kita membuka kembali referensi utama kita setelah al-Qur’an, yaitu as-Sunnah. Dalam beberapa riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW. menganjurkan kita untuk menggabungkan antara pengobatan Ilahi dengan Alami yang telah disediakan Allah dimuka bumi ini. Misalnya, hadits berikut, “Hendaklah kalian menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan al-Qur’an.” (HR. Hakim dan dishahihkannya).
Lalu bagaimana dengan garam? Benarkah Rasulullah pernah menjadikan garam sebagai obat? Berikut ini ada beberapa hadits yang menjelaskan hal itu. Ternyata Rasulullah pernah menjadikan garam sebagai obat ditambah bacaan ruqyah syar’iyyah. Beliau menggabungkan unsur Alamiyyah dengan unsur Ilahiyyah dalam mencari kesembuhan sakit yang pernah dialaminya.
Rasulullah Mengusap dengan Air Garam
Bagaimana metode yang pernah dilakukan Rasulullah saat menjadikan garam sebagai media pengobatan Riwayat berikut ini memberitahukan kepada kita bahwa beliau pernah melakukan beberapa cara dalam menerapi dirinya dengan memadukan antara garam dan ruqyah syar’iyyah.
Pertama adalah mengusap luka dengan air garam seraya membaca bacaan ruqyah syar’iyyah. Ali bin Abi Thalib berkata, “Ketika Rasulullah sedang shalat, beliau disengat Kalajengking. Setelah beliau selesai shalat, beliau bersabda, ‘Semoga Allah melaknat Kalajengking yang tidak membiarkan orang yang sedang shalat atau yang lainnya.’ Lalu beliau mengambil sewadah air dan garam. Kemudian beliau usap bagian anggota badan yang disengat Kalajengking, seraya membaca surat al-Kafirun, al-Falaq dan anNas.” (HR. Thabrani dan dishahihkan Syekh al-Albani dalam Kitab as-Silsilah, no. 548. Imam al-Haitsami mengatakan: ‘Sanad haditsnya hasan (baik)’. Lihat Kitab Majma’uz Zawaid: 5/111).
Rasulullah Mengguyur dengan Air Garam
Metode yang kedua adalah dengan mengguyur luka atau bagian tubuh yang sakit dengan air yang telah bercampur garam, seraya membaca bacaan ruqyah syar’ iyyah. Sebagaimana yang disampaikan Imam al-Baihaqi dalam riwayat berikut.
Ali bin Abi Thalib berkata, “Pada suatu malam, ketika Rasulullah sedang shalat, saat beliau meletakkan tangannya di atas tanah (sedang sujud), ada Kalajengking yang menyengatnya. Kemudian beliau mengambil sandal (terompahnya), lalu membunuhnya. Setelah selesai, beliau bersabda, ‘Semoga Allah melaknat Kalajengking yang tidak membiarkan orang yang sedang shalat atau yang lainnya, juga tidak pandang nabi atau lainnya.’ Lalu beliau mengambil sewadah air dan garam, dan mencampurkannya di wadah (baskom). Kemudian beliau mengguyurkannya ke tangan yang disengat Kalajengking, dan mengusapnya seraya membaca surat al-Falaq dan an-Nas.” (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Abi Syaibah).
Rasulullah Merendam dengan Air Garam
Metode yang terakhir yang pernah dilakukan Rasulullah dalam terapi garam adalah merendam bagian yang luka dalam larutan air garam seraya membaca bacaan ruqyah syar’iyyah. Cara ini diinformasikan oleh Imam al-Baihaqi juga dari riwayat shahabat Abdullah bin Mas’ud.
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Ketika Rasulullah sedang sujud dalam shalatnya, jari beliau disengat Kalajengking. Setelah selesai shalat, beliau bersabda,’Semoga Allah melaknat Kalajengking yang tidak memandang nabi atau selainnya.’ Lalu beliau mengambil wadah (ember) yang berisi air dan garam. Kemudian beliau meletakkan bagian tangan yang rersengat Kalajengking dalam larutan air dan garam (merendamnya), seraya membaca surat al-Ikhlash, al-Falaq dan an-Nas, sampai beliau merasa tenang (rilek).” (HR. al-Baihaqi dan Imam al-Haitsami menyatakan bahwa sanad hadits tersebut hasan).
Berkaitan dengan riwayat tersebut, Imam Abdur Rauf al-Manawi berkata, “Dalam riwayat itu Rasulullah telah memadukan antara obat yang bersifat alami dengan obat yang bersifat Ilahi. Sedangkan surat al-Ikhlas yang beliau baca, mengandung kesempurnaan tauhid, dari sisi pengetahuan dan keyakinan. Adapun surat al-Mu’awwidzatain (al-Falaq dan al-Ikhlash) mengandung permohonan perlindungan dari segala hal yang tidak disukai, secara global dan terinci. Dan garam yang beliau gunakan, merupakan materi yang sangat bermanfaat untuk menetralisir racun.” (Kitab Faidhul Qodir: 5/27O).
Subhanalloh wal HamduLillah, segala puji bagi Allah yang telah menyediakan segala sesuatu yang bermanfaat dan dibutuhkan manusia. Dan Maha Suci Allah yang telah memberikan kesembuhan kepada hamba-hambaNya yang menderita sakit, dan berobat sesuai dengan apa yang dianjurkan rasulNya. Semua itu merupakan bukti kebesaran Allah, dan bagian dari kesempurnaan Islam dan kelengkapan metode pengobatan yang diaiarkan Rasulullah sebagai dokter terbaik.
Maka dari itu, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk meninggalkan sunnah Rasulullah, apalagi mencampakkannya. Lalu beralih ke cara perdukunan dan melibatkan kekuatan syetan. Karena cara pengobatan seperti itu telah diharamkan Islam. “Sesungguhnya Allah telah menciptakan penyakit dan juga obatnya. Maka berobatlah kalian, tapi jangan berobat dengan yang haram.” Begitulah Rasulullah menegaskan dalam hadits shahih riwayat Imam at-Thabrani.
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah