Terlalu Takut dan Terlalu Sedih, Pintu Syetan

Dari kisah kesaksian, kita memang tidak tahu apakah kematian bapaknya Purwanti wajar atau karena santet. Yang telah membuat bapaknya merasakan sakit yang luar biasa di perutnya, seperti ditusuk benda tajam. Sakitnya memang mengejutkan, karena sebelumnya sehat-sehat saja. Kemudian sebelumnya ada sengketa tanah dengan mbah Ngaru yang di kampung itu dikenal sebagai dukun. Tetapi itu bukanlah bukti kuat untuk menyatakan bahwa bapaknya telah disantet.

Setelah kejadian itu, Purwanti dicekam rasa takut yang sangat luar biasa. Prasangkanya yang mengatakan bahwa mbah Ngaru lah pembunuh ayahnya semakin menambah rasa takutnya.

Dari sinilah awal dari perjalan memilukan Purwanti yang dipermainkan oleh jin Painem. Rasa takut berlebihan itulah yang menjadi pintunya. Rasa takut Purwanti dipergunakan jin untuk membuktikan rasa takutnya itu. Suatu malam setelah bapaknya meninggal, dia mencium bau kemenyan dan kembang yang entah berasal dari mana. Purwanti semakin takut dan yakin bahwa ketakutannya akan terbukti setelah bertanya kepada orang di rumah tentang bau itu. Ternyata tidak seorang pun yang menciumnya.

Keanehan demi keanehan terjadi. Jin memainkan sandiwaranya di sini. Pada malam ke empat puluh kematian bapaknya, pada tengah malam yang sepi itu dia terbangun. Dan kembali bau kemenyan dan kembang itu tercium. Kali ini jin membuatnya semakin takut. Dengan membisikkan kepada Purwanti bahwa mbah Ngaru sedang mempersiapkan ilmu hitamnya untuk menyantet seisi rumah. “Tolong berhati-hati,” pesan jin mencoba menjerumuskan. Kata-kata jin itu terngiang terus hingga akhirnya dia benar-benar kesurupan.

Dari kasus ini bisa kita ambil pelajaran bahwa rasa takut yang berlebihan kepada jin justru membuat kita kemasukan jin. Rasa takut, merinding ketika sendirian dengan tiba-tiba, seperti ada yang mengikuti, sebenarnya itu semua wajar Ketika kita sedang dicekam rasa ketakutan Takut itu manusiawi, tetapi berlebihan dalam ketakutan tidaklah benar.

Sebenarnya kita tidak perlu takut. Apalagi kita ini mempunyai kesempurnaan yang lebih n dibandingkan jin. Dan sebenarnya jin juga takut kepada manusia bahkan lebih takut dari rasa takut kita kepada mereka. Mujahid seorang ulama tafsir yang juga murid Ibnu Abbas itu berkata, “Sesungguhnya mereka takut kepada kalian sebagaimana kalian juga takut kepada mereka. Syetan lebih takut kepada salah seorang dari kalian, karena itu jika dia menampakkan diri kepada kalian jangalah kalian takut karena akan mengalahkan kalian, tetapi bersikap keraslah kepadanya karena dia akan pergi.”

Imam Mujahid sendiri pernah membuktikan ucapannya itu. Beliau menceritakan pengalamannya, “Ketika saya shalat pada suatu malam tiba- tiba makhluk sebesar anak kecil berdiri di hadapanku, lalu aku desak untuk kutangkap kemudian dia berdiri dan melompat ke belakang dinding hingga aku dengar bunyi jatuhnya. Setelah itu dia tidak kembali lagi.”

Ketika seseorang sangat takut kepada jin, maka fikirannya tidak terkendali. Jiwanya menjadi kosong, yang ada hanyalah rasa takut berjumpa jin yang menyeramkan. Dzikir yang akan menenangkan dan memenangkan dirinya melawan syetan tidak ada dalam jiwa dan otaknya. Sehingga dengan mudah jin masuk.

Rasa takut yang berlebih ini banyak dipe- ngaruhi oleh suguhan tontongan dan cerita mistis yang kita dengar. Dalam tayangan yang kita konsumsi menghadirkan bentuk jin yang seram sekali. Hal itu sangat mempengaruhi dan membentuk ruang ketakutan yang berlebih terutama saat kita sedang sendiri. 

Kita harus selalu ingat akan ayat Allah, “Sesungguhnya tipu daya syetan itu lemah.” (An- Nisa: 76). Iblis saja, bos para jin itu lari ketakutan ketika melihat para malaikat mulai turun membantu para mujahid di perang Badar. Apalagi hanya makar jin. Di hadapan keimanan, keyakinan akan pertolongan Allah dan tawakal yang tinggi, semua upaya jin akan mentah.

Demikian juga masalah kesedihan yang keterlaluan. Syetan juga masuk mengganggu kita melalui pintu yang satu ini. Kisah Purwanti memberikan pelajaran kepada kita. Ketika mertuanya meninggal selepas bapaknya sendiri. Kesedihannya luar biasa, apalagi diiringi oleh perasaan bersalah. Merasa tidak merawat mertuanya karena tempat tinggal yang berjauhan.

Walaupun Purwanti sadar bahwa kematian adalah milik kita semua dan suatu kewajaran, tetapi goncangan jiwanya karena kesedihan yang mendalam lebih kuat. Akhirnya jin Painem kembali mengganggu dia lagi, bahkan lebih parah. Bukan hanya kesurupan tetapi mulai bicara tak karuan.

Sama halnya dengan rasa takut berlebihan, rasa sedih berlebihan membuat kita lepas kontrol. Sampai-sampai tidak sedikit orang sedih yang hilang ingatan. Saat seperti inilah jin mudah merasuk dan mengganggu.

Rasa takut dan rasa sedih adalah perasaan yang selalu ada dalam jiwa siapa pun. Islam telah memenej rasa takut dan sedih itu. Batasnya haruslah tetap sabar dan syukur, iman dan tawakal.

Untuk itu, kita harus ekstra hati-hati. Saat- saat hati mulai tak terkontrol, banyaklah berlindung kepada Allah dari syetan terkutuk dan serahkan semuanya kepada keputusan Allah yang pasti baik untuk kita.

 

 

Ghoib, Edisi No. 13 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN