KALIMAT itulah yang akan terucap dari mulut kita bila mendengar kisah pohon Thuba. Ajaib karena pohon ini tidak sembarang pohon. la berbeda dengan gambaran pohon yang ada dalam benak setiap orang.
Keajaiban pohon Thuba terletak pada kemampuannya memproduksi pakaian. Bila sebuah pohon berbunga, tidak lama kemudian bunga itu berproses menjadi buah. Pohon mangga, berbuah mangga. Pohon jambu berbuah jambu. Bila kemudian ditemukan sebuah pohon mangga berbuah jambu maka gemparlah masyarakat. Mereka pun datang berduyun-duyun ingin melihat. Tidak cukup hanya melihat untuk menghilangkan penasaran, mereka kemudian akan membuat tamsil yang macam-macam. Ujung- ujungnya pohon mangga berbuah jambu itu akan dikeramatkan.
Terlebih bila dari bunga pohon mangga itu tiba-tiba keluar pakaian jadi. Bukan seperti tanaman kapas yang membutuhkan serangkaian proses sebelum menjadi pakaian layak pakai.
Pohon Thuba membalikkan bayangan pohon yang selama ini dalam benak kita. Kelopak bunga pohon Thuba menghasilkan pakaian. Tidak perlu proses rumit dan berbelit-belit. Pakaian itu sudah layak pakai.
Pohon Thuba memang berbeda. Karena tempatnya saja sudah menjelaskan keagungannya. Pohon Thuba adalah pohon surgawi. “Pohon Thuba adalah pohon di surga besarnya sejauh perjalanan seratus tahun, baju-baju penghuni surga keluar dari kelopak-kelopak bunganya.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dari Abu Said al-Khudri).
Betapa agung pohon Thuba, batangnya besar dan kokoh. Akarnya kuat menghunjam ke dasar surga. Cabangnya menyebar ke segala penjuru. Bahkan dikatakan tidak satu pun rumah di surga kecuali dilewati cabang pohon Thuba.
Pohon Thuba memang berbeda sejak awal. Karena Allah yang langsung menanam dengan tangan-Nya dari sebijih mutiara. Tanpa perantaraan makhluk-Nya. Lalu memerintahkannya untuk tumbuh dan terus menjalarkan cabang dan dahannya sampai batas yang Allah kehendaki. Dari pangkal pohon Thuba mengalir mata air-mata air surga. Ada mata air madu. Ada mata air khamr ada mata air tawar, ada pula mata air susu.
Begitulah riwayat-riwayat dari Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Mughits bin Sumi, Abu Ishaq dan beberapa ulama yang lain seperti disebutkan Qurtubi dan Ibnu Katsir dalam kitab tafsir mereka. (Lihat Tafsir Qurtubi 9/315 dan Tafsir Ibnu Katsir; 2/513).
Selain riwayat di atas ada juga beberapa hadits lain yang menunjukkan keagungan pohon-pohon surgawi. Hampir senada dengan pohon Thuba yang dibutuhkan waktu seratus tahun untuk melewatinya. Simaklah riwayat Abu Said al-Khudri berikut.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pohon yang apabila penunggang kuda yang larinya cepat menelusuri bayangannya selama seratus tahun, ia belum bisa menempuhnya.” (HR. Buhkhari dan Muslim)
Sebuah kenikmatan di atas kenikmatan. Berteduh di bawah rindangnya pepohonan surga. Menikmati kesegaran buahnya dengan semilir angin yang menyejukkan. Sangat jauh berbeda dengan neraka yang panas. Tanpa kesejukan. Tanpa kehangatan. Tanpa minuman penyegar. Tanpa hidangan yang lezat.