Tsunami Catatan Alam untuk Serambi Mekah

Sebuah mobil terbalik di tengah reruntuhan di Punge Jurong. Banda Aceh. Nampak dua orang di dalamnya telah membusuk. Mayat berserakan, bangkai kendaraan menyangkut di mana saja, puing-puing rumah, sampah kayu dan barang-barang rumah menggunung, daerah ramai penduduk rata dengan tanah. Air mata, darah, trauma, rasa sedih, kehilangan, kebingungan. Tsunami telah menggoreskan catatan mahal bagi tanah serambi Mekah.

Gempa dengan kekuatan 8,9 skala righter yang disusul Tsunami terbesar di dunia sejak tahun 1964 telah menelan puluhan ribuan orang mati dan puluhan ribu lainnya belum diangkat dari reruntuhan serta ribuan lainnya hilang. Korban materiil, jiwa dan perasaan tidak terhitung jumlahnya.

Puluhan tahun Aceh di bangun hingga menjadi megah dan indah. Puluhan tahun muslimin Aceh hidup dalam suasana masyarakat ramah dan Islami. Walaupun mereka selalu hidup dalam ketidaktenangan karena perang. Mereka memang telah biasa menderita. Tetapi derita mereka kali ini sangat tak terperikan Semakin menguji ketebalan ketabahan mereka.

Puluhan tahun itu pun sirna hanya dalam sepuluh menit. Sepuluh menit gempa yang sempat meruntuhkan beberapa gedung dan selanjutnya sepuluh menit Tsunami yang melumat semuanya.

Sepuluh menit itu telah meninggalkan luka yang sangat dalam bagi siapa pun yang menyaksikannya. Bencana ke manusiaan terbesar yang menyedot perhatian dunia.

Sepuluh menit itu telah memporakporandakan harapan bangsa Aceh. Memisahkan suami dari istri dan anaknya, ibu dari anak dan suaminya, seseorang dari sanak saudaranya Seorang anak kini hidup sebatang kara. Semua kehilangan orang-orang yang dicintainya.

Pemuda Aceh menatap kosong rumah dan ibunya yang lenyap
Pemuda Aceh menatap kosong rumah dan ibunya yang lenyap
Bangkai mobil terjungkal di sungai
Bangkai mobil terjungkal di sungai

Sepuluh menit itu telah melumpuhkan provinsi yang kaya. Mematikan denyut kehidupan ibukota Banda Aceh dan sekitarnya. Menebar kematian dan menyerakkan mayat di sepanjang jalan dan lorong.

Sepuluh menit itu telah membungkam suara adzan di masjid raya Baitur Rahman yang sampai hari ini masih kokoh berdiri di tengah kota Banda Aceh.

Sepuluh menit itu telah meninggalkan trauma yang sangat dalam Kekhawatiran membuncah di dada setiap rakyat Aceh. Ketakutan luar biasa, entah dengan apa menghilangkannya. Gelombang orang meninggalkan Aceh bisa disaksikan setiap harinya dalam jumlah besar.

Hanya dalam sepuluh menit ini bukan sekedar kisah bencana alam. Tetapi ini adalah catatan alam untuk serambi Mekah.

Ikuti laporan Majalah Ghoib langsung dari provinsi yang telah banyak berjasa bagi republik ini dan temuan lapangan yang mengungkap pelajaran Tsunami bagi rakyat Nanggroe Aceh Darussalam.

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 32 Th. 2/ 1425 H/ 2005 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN