Sebagian rakyat Indonesia ada yang tidak peduli dengan Pemilu, hingar bingarnya pesta demokrasi sama sekali tidak menarik perhatian mereka, bahkan ada juga kelompok yang memprovokasi orang lain untuk memboikot pemilu atau Golput (golongan putih). Padahal sampai saat ini pemilu adalah satu-satunya media untuk memilih para caleg yang akan mengendalikan negeri ini, hasil perhitungan suara rakyat dalam pemilu sangat menentukan rotasi peredaran bangsa ini sampai lima tahun ke depan.
Apalagi nantinya kita akan memilih calon presiden secara langsung, dengan begitu suara demi suara yang disumbangkan rakyat sangat berarti nilainya.
Kalau kita semua tidak selektif dalam memilih caleg yang ada, maka yang akan berkuasa lagi adalah pemimpin bersosok musang berbulu domba, janjinya dalam berkampanye sangat manis, tapi praktek kepemimpinannya pahit dan mengecewakan. Dengan demikian selama lima tahun kedepan kita akan mereguk penderitaan demi penderitaan, dan kita akan kembali menjadi obyek pemerasan penguasa-penguasa yang tamak dan rakus. Berikut ini saran untuk para pemilih, agar tidak salah membeli dagangan yang diklankan partai-partai kontestan pemilu 2024, agar kita tidak kecewa kesekian kalinya:
- Ingatlah, Bumi yang Kita Pijak ini Milik Allah
Kita semua adalah ciptaan Allah, kita diciptakan oleh Allah dan diletakkan di bumi-Nya ini untuk beribadah, tunduk dan patuh kepada-Nya. Sungguh sangat tidak pantas kalau kita hidup di bumi Allah, menghirup udaranya, memakan rizki-Nya, tapi perilaku kita bertentangan dengan syariat-Nya, apalagi sampai menjadi hamba dukun dan penyembah kuburan.
Kalau kita mengetahui ternyata caleg yang akan kita pilih melancarkan jalannya untuk menduduki kursi dengan cara yang tidak etis, maka janganlah dipilih. Kalau caleg tersebut menggunakan kekuatan mistik, mendatangi dukun, minta bantuan roh-roh jahat, maka campakkanlah. Kalau ada pejabat yang tidak becus memimpin negeri ini sewaktu berkuasa, dan semakin menyuburkan KKN, tidak bisa menegakkan keadilan, lalu mendaftarkan kembali sebagai caleg dalam pemilu berikutnya, maka jangan dipilih kembali. Kita semua tidak ingin terperosok dalam jurang yang sama dua kali. Pengalaman adalah guru yang sangat bijak.
Bangsa ini butuh pemimpin yang komit dalam memperjuangkan kesejahteraan rakyat. Dalam memilih caleg jangan seperti bermalan judi, dengan berspekulasi; barang kali mereka yang sudah terbukti tidak becus memimpin akan sadar, dan akan memperbaiki kepemimpinannya. Atau apa salahnya kita kasih kesempatan lagi. Inilah kesalahan kita yang tidak tegas dalam membentuk pemerintahan. yang bersih. Padahal masih banyak calon pemimpin yang baik.. Bumi ini milik Allah, maka pilih lah pemimpin yang mencintai Allah, agar Allah mencintai kita semua. Lalu menyelamatkan kita dari krisis multi dimensi yang berkepanjangan ini.
2. Pilihlah Pemimpin yang Jujur dan Cerdas
Menilai caleg yang amanah, tidak cukup kalau hanya mendengar bualannya dalam berkampanye. Karena itu semua hanyalah janji-janji kosong yang terus terulang dalam setiap kampanye. Menyeleksi caleg yang baik, jangan hanya melihat tingkah lakunya menjelang pemilu. Ada caleg yang tiba-tiba dermawan, ada pemimpin yang membaur dengan rakyat saat kampanye tiba, ada juga yang tampil bak pahlawan kesiangan, dan ada juga yang memaksakan diri sebagai dewa penolong rakyat. Padahal arogansi mereka saat berkuasa masih melekat dalam benak masyarakat, sungguh tidak tahu malu.
Menjaring caleg yang jujur, jangan hanya diukur dari kehebatannya berorasi. Karena yang kita harapkan bukan untaian kalimatnya yang manis kedengarannya, kita butuh bukti dan kerja nyata. Memilih caleg yang cerdas, tidak hanya melihat gelar yang berderet dibelakang atau di depan namanya, karena itu bukan jaminan. Apalagi gelar akademis zaman sekarang mudah direkayasa, bahkan dipalsukan.
Lihatlah pola kerjanya jauh sebelum ia mendaftar jadi caleg, perhatikanlah kehidupannya sebelum terjun ke kancah politik. Kalau termasuk orang yang culas, maka bisa dipastikan dia akan berbuat culas juga, karena persaingan poltik yang sudah tidak sehat. Kalau rumah tangga yang dipimpinnya amburadul, dan tidak tertanam nilai-nilai islami, maka ditangannya negeri ini akan amburadul dan jauh dari nilai islam, karena rumah tangga seseorang adalah miniatur dari sebuah negara. Kalau dalam kehidupannya ia tidak patuh ke pada syariat dan aturan yang dibuat Allah, maka saat dia menjadi pemimpin, dia tidak akan mau patuh kepada hukum dan aturan buatan manusia biasa, apalagi kalau dia tahu bahwa hukum di negeri ini bisa dibeli dan dipermainkan.
Kepada Allah sebagai Tuhannya dia tidak peduli, apalagi kepada rakyatnya yang dianggap sebagai bawahan. Kalau belum jadi pemimpin dia sudah berani curang dan memalsu ijazah, maka ketika sudah jadi pemimpin dia akan semena-mena dan arogan (adigang, adigung, adiguna) Kalau dia sudah berani menghalalkan segala cara untuk meraih kursi jabatan, bahkan tak ragu untuk mengusung artis- artis seronok di panggung kampanye, untuk menarik perhatian massa, sekaligus pembobrokan moral generasi muda dengan goyang-goyang syetan yang disuguhkan. Caleg-caleg seperti itu bila terpilih sebagai pemimpin, akan menghalalkan segala cara juga untuk mengembalikan modalnya dalam berkampanye dan meraih kursi, dengan memenuhi pundi-pundi uangnya atau mengisi nomor rekeningnya. Mereka akan menerobos semua aturan untuk melanggengkan jabatan, walaupun harus menjual harga diri dan mengorbankan akidahnya.
Maka, jauhilah caleg-caleg yang tidak taat kepada Allah dan tidak takut adzab-Nya. Karena dia sudah tidak jujur terhadap perintah-Nya. Dia juga tidak cerdas, karena tidak peduli akan keselamatan dirinya sendiri dari panasnya api Neraka.
3. Pilihan Suara Anda Disaksikan Allah dan Malaikat-Nya
Allah berfirman, “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf: 18). Saat mencoblos suatu gambar partai dan caleg tertentu, berarti telah memberikan suara kepada partai dan si caleg tersebut. Pilihan itu dicatat dan disaksikan oleh malaikat. Apabila kita mengetahui dasar partai yang kita pilih tadi tidak berasaskan Islam, berarti kita telah menghianati agama Islam. Secara tidak langsung kita meyakini ideologi non Islam lebih baik dan lebih benar dari ideologi Islam, sebagaimana yang mereka yakini. Kalau kita paham bahwa caleg yang kita pilih tidak peduli dengan perkembangan dakwah Islam, berarti kita telah memboikot lajunya dakwah Islam. Kalau caleg yang kita pilih akhlaqnya tidak islami, berarti kita punya andil dalam kebobrokan moral anak bangsa dan rusaknya generasi Islam. Andai caleg yang kita pilih orang yang berlumurun dosa korupsi, berarti kita ikut serta menambah daftar nama para perampok uang rakyat, dan bersiap-siaplah untuk sengsara terus. Kalau kita tidak peduli dengan sifat dan perilaku para caleg yang busuk, karena telah ikut makan uang mereka atau menerima pemberian mereka, berarti kita telah menjual kesejahteraan yang didambakan, dan mendukung hancurnya negeri ini.
Siapkah kita mempertanggung jawabkan itu semua dihadapan Allah kelak???
4. Berikan loyalitas kepada Allah dan Rasulnya serta orang-orang mukmin
Sudah seharusnya seorang muslim memberikan kesetiannya kepada Allah dan Rasul-Nya serta sesama muslim. Barang siapa yang menjatuhkan pilihannya kepada partai yang tidak berasaskan syariat Islam, atau memilih caleg non muslim berarti dia telah menghianati Allah dan Rasul-Nya serta sesama muslim lainnya, dan dia termasuk kelompok mereka. Bagaimana mungkin syariat Islam bisa tegak di negeri ini, kalau pemimpin-pemimpinnya non muslim, atau anti Islam dan enggan menjadikan Islam sebagal aturan main dalam berpolitik dan bernegara.
Allah telah menegaskan hal itu dalam firmannya, “Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan orang- orang Yahudi dan orang-orang Nasrani sebagai pemimpin- pemimpin (mu), sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim.” (QS. Al-Maidah: 51). Kalau suara kita telah kita berikan ke partai islam dan caleg muslim yang jujur dan cerdas, maka kita telah menunaikan sebagian dari tugas seorang muslim, dan kita telah memberikan peluang bagi hamba-hamba Allah itu menegakkan kalimat- Nya di bumi ini. Dan kita tidak akan dituntut oleh Allah karena memilih caleg yang tidak islami, itulah bagian dari jihad dalam pemilu nanti. Dan seandainya orang-orang muslim yang kita pilih itu berkhianat, berarti merekalah yang akan memper- tanggung jawabkannya di depan Allah kelak.
Untuk memperkuat keyakinan kita akan kebenaran argumentasi ini, dan menambah ketenangan hati kita. Marilah kita simak baik-baik firman Allah berikut ini, “Sesungguhnya pemimpin kamu hanyalah Allah. Rasul-Nya dan orang-orang mukmin yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa menjadikan Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin sebagai pemimipin, maka pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang. Wahai orang- orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang yang membuat agamamu sebagai bahan ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu dan orang-orang kafir (musyrik) sebagai pemimpinmu. Dan bertaqwalah kepada Allah jika kamu betul-betul sebagai orang-orang yang beriman.” (Al-maidah: 55-57), Mari renungi lebih dalam lagi ayat ini.
5. Pilihlah Caleg yang Bersih dan Lebih Peduli
Untuk memberantas penyakit KKN yang kronis dalam tubuh bangsa ini, dan untuk menyelamatkan aset-aset kekayaan bangsa yang melimpah dari tikus-tikus parlemen, serta memulihkan ekonomi rakyat dari keterpurukannya, mengembalikan wibawa dan kemuliaan negara kita di mata dunia, kita harus memilih caleg- caleg yang bersih, tidak ragu menyuarakan kebenaran, telah terbukti berani menolak suap, tidak mankir saat menyuarakan aspirasi rakyat. Kita perbanyak orang-orang yang bersih dalam parlemen kita, agar mereka punya kekuatan penuh untuk membasmi gembong-gembong koruptor yang sudah mendarah- daging dalam birokrasi.
Kita sangat membutuhkan caleg-caleg yang lebih peduli terhadap nasib rakyat kecil. Yang empati terhadap penderitaan mereka, secara sigap membantu korban-korban bencana. Kepedulian seperti itu tidak hanya tampak saat menjelang pemilu atau berkampanye, tapi jauh-jauh sebelumnya mereka telah memberikan kontribusi nyata, tidak hanya peduli kagetan atau musiman. Dengan memilih caleg-caleg partai yang bersih dan peduli, berarti kita menambah orang-orang yang baik dan bertanggung jawab dalam tubuh parlemen kita. Semakin banyak jumlah mereka, insya Allah akan semakin banyak kebaikan yang akan kita nikmati, dan semakin besar kesejahteraan yang kita rasakan. Dan semakin banyak keberkahan yang akan dikucurkan Allah kepada bangsa ini, baik melalui pintu langit atau pintu bumi. Pilihlah mereka dan pantau terus kinerjanya, agar anda tidak kecewa atau semakin merana dan menyesal selama-lamanya.
Semoga pemilu ini bukan merupakan pintu musibah bagi rakyat, semoga Allah memberi kemudahan bagi caleg-caleg muslim yang bersih dan peduli rakyat, untuk menggusur mereka yang selama ini memeras rakyat.
Karenanya, jangan pilih caleg antek syetan!
Ghoib, Edisi No. 15 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M