Khutuwat (langkah-langkah) syetan demikian tertata untuk menyesatkan umat manusia. lbarat menaiki anak tangga, syetan yang menginginkan agar anak cucu Adam sampai pada tingkat tertinggi dari kesesatan, maka fase-fase jebakan telah mereka siapkan. Berikut fase-fase yang biasanya dilalui oleh para pengguna jasa jin.
Fase pertama, tertipu dan merasa bahwa tindakannya benar. Allah berfirman, “Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syetan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syetan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka adzab yang sangat pedih.” (QS. an-Nahl: 63).
Dalam kesaksian kita kali ini, lagi-lagi syetan berkedok pengajian yang menipu atau ustadz yang sebenarnya bukan ustadz.
Perhatikanlah upaya syetan menghiasi amal buruk dengan istilah yang baik. Susuk sihir itu disebut sebagai penjaga. Kemudian menyadari bahwa, sebagian masyarakat takut kalau kelak mati akan sulit saat sakaratul maut, maka kembali syetan ngibul, “Susuk itu sendiri akan keluar empat puluh hari sebelum kamu meninggal. Sehingga tidak akan menyulitkan kematianmu.” Kemudian ritual memasukkan susuk pun nampak sangat islami. Dengan label syahadat dan shalawat, racun sihir itu dikemas.
Nah, bukankah ini tipu daya yang luar biasa. Dan jarang yang selamat kalau tanpa ilmu dan iman. Sihir sampai kapanpun tidak akan pernah menjadi penjaga. Dan dari mana kita atau jin tahu bahwa kematian akan tiba, sehingga empat puluh hari sebelumnya susuk itu akan keluar dengan sendirinya. Padahal jelas Allah. berfirman, “… Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.” (QS. Luqman: 34).
Fase kedua, pembuktian bahwa sihir yang dilakukannya akan membawa perubahan yang lebih baik.
Seperti yang dialami oleh Nurmala, semula dia sering dilecehkan oleh teman-teman sekantornya. Tetapi setelah susuk itu masuk, perubahan sikap teman-temannya sangat terasa. Semua menaruh rasa hormat.
Di masyarakat kita, banyak yang tertipu karena merasakan ada hasil dari ikhtiar salahnya. Padahal yang lebih penting dari hasil adalah proses usaha untuk mendapat hasil. Hasil tidak menunjukkan bahwa usaha itu benar atau salah. Tetapi usaha itu sendiri yang harus dihadapkan pada cermin syariat.
Sebagian orang yang datang ke dukun terkadang memang tidak merasakan hasil dari kepergiannya ke syetan manusia itu. Tetapi syetan telah menyiapkan jeratan berikutnya. Dia bisikkan bahwa dukun yang kedua lebih hebat. Dan akhirnya menjadi petualang dari dukun ke dukun.
Fase ketiga, membuat pengguna sihir semakin akut kesesatannya.
Di sini orang akan semakin dibuat ketagihan dan menjadi pelanggan jin yang ada dibalik sihir. Kalau sudah demikian biasanya orang gelap mata asalkan keinginannya tercapai. Dan syetan pun berpesta pora menggiring orang itu ke neraka dunia sebelum akhirat. Anak sendiri digagahi, istri dibunuh dengan dalih bisikan atau wangsit, ritual tumbal yang tidak masuk akal pun dilakoni oleh orang-orang cerdas.
Fase keempat, tagihan jin atas iasanya selama ini.
Karena memang tidak ada yang gratis dari dunia jin. sebagaimana manusia yang tidak mau bekeria tanpa gaji. Dunia jin bisa lebih kejam lagi. Gaji yang harus kita berikan terkadang bukan harta yang masih bisa dicari, tetapi terkadang nyawa orang yang kita cintai, atau bahkan kita sendiri.
Di sinilah orang yang terbuka hatinya mulai merasakan tidak nyamannya hidup dengan jin atau sihir. Dan biasanya mulai ingin melepaskan dirinya dari jeratan dukun dan sihirnya. Tetapi perlu jihad untuk melepaskan di ri dari jaring laba-laba syetan.
Tapi bagi mereka yang gelap mata, gelap hati, gelap petunjuk, tetap asyik dalam menikmati dunia sihir yang sebenarnya tidak nikmat sama sekali. Nurmala pun merasakan fase ini. Walau awalnya adalah cekcok dengan istri ‘ustadz’, dia ingin melepas semua yang pernah didapatnya dari sang ‘ustadz’ . Dan peristiwa janggal mulai dirasakannya dari mulai masuknya binatang kecil ke dalam telinga yang terus berjalan menyiksanya hingga tenggorokan dan berhenti di sana. Bisa kita rasakan siksaan yang luar biasa.
Itu gangguan fisik. Gangguan berikutnya menggerogoti ibadahnya. Ketika dia akan melaksanakan shalat tarawih pada suatu malam Ramadhan, tiba-tiba saja kakinya tidak bisa digerakkan.
Selanjutnya, jin benar-benar ingin menyiksa Nurmala agar tidak menjauh dari dunianya. Agar terus mau menggunakan sihir yang pernah dia gunakan. Kali ini bau sampah busuk menyengat menyebar dari tubuhnya. Tidak bisa dibayangkan siksaan jin yang membuatnya dikucilkan oleh orang-orang sekitarnya.
Terkadang iin itu benar-benar menampakkan dirinya kepada Nurmala dalam sosok yang menakutkan. Seperti yang dilihat Nurmala berupa sosok tinggi besar. Dari jauh, makhluk itu semakin mendekat. Was-was, takut, gemetar bercampur aduk menjadi satu. Nurmala terus berusaha melawan, tapi kekuatan makhluk itu lebih besar dari kekuatannya dan makhluk itu seakan masuk ke dalam dirinya kemudian mengalirkan bau busuk.
Fase kelima, jebakan dalam mencari kesembuhan.
Nah pada tingkat ini biasanya orang mencari kesembuhan. Ada yang memulainya dengan medis. Seperti Nurmala ini, tetapi ternyata medis tidak menemukan apa-apa dan memang bukan gangguan medis sama sekali, tetapi gangguan itu ada. Buktinya bau busuk sampah itu bisa dicium oleh banyak orang hingga ibunya sendiri di rumah.
Setelah medis tidak tembus, biasanya orang tergiring untuk mendatangi pengobatan alternatif. Di sinilah jebakan jin kembali besar agar manusia mau kembali kepada kesesatan syirik yang dulu.
Apa yang dilakukan Nurmala dengan mendatangi orang pinter yant sebenarnya adalah dukun, banyak pula dilakukan oleh muslimin yang mencari kesembuhan. Tetapi Nurmala beruntung, dipertemukan oleh Allah dengan pengobatan islami yaitu ruqyah. Dan tentu kita berharap pencarian ikhtiar untuk sembuh selalu berujung kepada pengobatan yang lslami. Agar iman ini tidak tergadaikan dan tidak lagi terjatuh kepada jebakan syetan. Semoga Allah melindungi kita.
Ghoib Ruqyah Syar’iyyah
Sumber : Bedah Kesaksian Majalah Ghoib Edisi 39/2