Berkaca Diri dengan Cermin Bencana

Ternyata bencana alam yang terjadi di sekitar kita itu bisa mengklasifikasikan manusia sesuai dengan karakter kepribadian yang dimilikinya. Dari bencana yang berentet kejadiannya, dimanakah posisi Anda? Silakan berkaca diri dengan cermin bencana.

Ada beberapa golongan manusia ketika mengalami suatu bencana.

  1. Golongan yang lurus dan benar-benar mengenal Allah

Mereka itulah orang-orang mukmin sejati. Mereka senantiasa ingat Allah dan selalu membutuhkan-Nya dalam kondisi senang atau susah, lapang atau sempit, suka dan duka, sedang mendapatkan nikmat atau musibah. Ketika dalam keadaan senang, lapang, suka dan dalam kenikmatan mereka bersyukur. Dan menggunakan kenikmatan tersebut sebagai bekal beribadah dan berdakwah di jalan Allah. Sedangkan bila dalam keadaan susah, sempit, duka dan sedang tertimpa musibah mereka bersabar. Dan memanfaatkan kondisinya itu untuk merintih dan mengadu serta berdoa kepada Allah, memohon keteguhan iman dan solusi yang tepat. Dalam munajatnya ia teteskan air mata memohon tetesan rahmat dari Allah yang menciptakannya

 

  1. Golongan yang melupakan Allah di saat bahagia, dan ingat Allah seketika bencana tiba

Selama ini banyak orang yang memahami bahwa musibah itu adalah ujan dari Allah, sedangkan kenikmatan itu adalah rahmat dan anugerah dari Allah. Sehingga banyak orang yang lupa daratan saat kesenangan dan kenikmatan datang. Fasilitas yang serba ada membuatnya terlena, kebutuhan yang serba tercukupi membuatnya gelap hati. Padahal Allah telah menyatakan, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiya’: 35). Dengan adanya bencana, mereka menyadari kelemahan dan keterbatasan serta kekerdilan mereka, tidak ada yang sanggup menolong mereka dalam duka, kecuali Allah yang Maha Perkasa. Siapa yang kembali ke jalan Allah, pasti Allah akan menyambutnya. Siapa yang mau bertaubat, niscaya Allah akan mengampuni dosa dan kesalahannya. Bagi mereka, musibah membawa berkah dan bencana menggiringnya ke pintu surga.

 

  1. Golongan yang mengingat Allah saat dalam kesulitan dan kesusahan saja

Mereka inilah jiwa-jiwa yang labil, pendiriannya tidak kuat alias plin-plan. Dan bisa jadi mereka memang tidak punya pendirian, ia melangkah sesuai dengan arah angin berhembus. Sikapnya tergantung pada orang yang ada disekitarnya, dan menyesuaikan dengan keadaan yang dialaminya, Saat kesulitan datang dan mereka tidak mampu menghalaunya atau menghindarinya, mereka ingat Allah. Tapi jika badai sudah berlalu, duka sudah berubah jadi suka mereka kembali jatuh ke perangkap syetan. Allah menyentil kelompok ini melalui ayat-Nya, “Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon pertolongan kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya. Kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya, lupalah dia akan kemudharatan yang pernah ia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu… (QS. az-Zumar: 8). Itulah karakter orang munafik yang harus kita jauhi.

 

  1. Golongan yang sesat, tidak mengenal Allah dalam kondisi apa pun

Inilah golongan yang paling buruk, hati mereka seakan sudah terkunci, mata mereka buta, telinga mereka tuli dan perasaan mereka sudah rusak. Walaupun sudah banyak bencana yang menerpa mereka atau terjadi di sekelilingnya, tapi mereka tetap enggan dan angkuh untuk mengucap: “Ya Allah…! tolonglah aku”. Sepertinya kalimat ‘Allah’ tidak ada dalam kamus mereka. Bahkan terkadang mereka tidak malu untuk mendatangi pintu- pintu praktik dukun untuk berkonsultasi, atau memuja syetan untuk mengemis solusi. Bencana dan duka yang ada semakin jauh melemparkan mereka dari rahmat dan hidayah Allah. Derita di atas derita, gelap dalam kegelepan, itulah kondisi mereka dalam menghadapi musibah. Al-Qur’an telah mengungkap adanya manusia yang bertipe ini, “Dan sesungguhnya Kami pernah menimpakan adzab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri.” (al-Mukminun: 76).

Seharusnya kita bisa masuk pada golongan pertama, karena itulah tipe seorang mukmin yang sejati, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah. “Sungguh mengagumkan sosok pribadi seorang mukmin, segala kondisi yang dialaminya selalu membawa kebaikan, dan sikap seperti itu tidak ada pada selain orang mukmin. Apabila mendapat kenikmatan ia bersyukur, dan itulah sikap yang terbaik baginya. Dan apabila ditimpa bencana (kemudharatan) ia bersabar, dan itulah sikap yang terbaik baginya,” (HR. Muslim).

Tapi kalau kita belum mampu menjadi golongan pertama, setidak-tidaknya kita berada dalam golongan yang kedua saat menghadapi suatu bencana. Sehingga bencana demi bencana yang sudah terjadi sesuai dengan ketentuan Allah bisa kita ambil hikmahnya. Sebagai bekal untuk introspeksi diri dan menerpa diri untuk bisa menjadi golongan pertama. Dan jauhkanlah diri kita dari golongan yang ketiga, apalagi golongan yang keempat!

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 40 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Gejolak Alam Bukan Kebetulan

Gunung meletus, bumi bergoyang atau tanah mengering dan tandus, laut meluap (tsunami), langit mengguyurkan air hujan dengan derasnya, semua itu tidak terjadi dengan sendirinya. Setiap perubahan yang terjadi pada alam sekitar kita itu ada yang mengaturnya. Karena jagat raya beserta semua isinya ini ada pemiliknya. Pemilik tersebut itulah yang telah menciptakan alam raya ini dan mengaturnya. Dialah yang menahan gunung-gunung supaya tidak meletus dan Dia pula yang memerintahkan gunung untuk memuntahkan isi perutnya. Dialah yang menghamparkan bumi dan menggerakkannya secara teratur, dan Dia pula yang meng guncang bumi dan menggetarkannya. Dialah yang telah menundukkan laut agar bisa dipakai sarana pelayaran, dan Dia pula yang membesarkan gelombang laut atau menghentakkan airnya Dialah yang menjadikan langit tampak biru dan indah, dan Dia pula yang memerintahkan langit agar mengguyur bumi dengan airnya Dialah Allah yang Maha Esa dan Maha Perkasa.

Sangat beragam tanggapan dan komentar tokoh masyarakat seputar bencana alam yang akhir-akhir ini sering terjadi di negeri kita tercinta ini. Ada yang mengomentari dari ilmu geografi dan geofisika atau dari sisi ilmu meteorologi. Ada yang menanggapinya dengan ilmu syetan dan perdukunan. Dan ada juga yang menanggapinya dari sisi keagamaan dan keimanan. Serta ada juga yang menanggapinya dengan kacamatanya yang berbau liberal dan radikal, mereka mengatakan, “Itu merupakan bencana yang lumrah dan biasa terjadi di negara manapun, bisa menimpa orang-orang kafir atau orang orang mukmin. Dan tidak ada hubungannya dengan agama seseorang, tidak ada kaitannya dengan ketaatan dan kemaksiatan seseorang, tidak ada kolerasinya dengan keistiqamahan atau penyimpangan seseorang Mengapa sih bencana yang ada selalu dikait- kaitkan dengan agama? Ini bukan masalah agama, tapi masalah tata lingkungan yang tidak tepat dan manusia yang hidupnya suka merusak lingkungannya sendiri, yang akhirnya menimbulkan bencana alam.”

Bagi yang punya kecondongan pada ilmu alam, mereka selalu mengaitkan kejadian atau bencana yang ada dengan fenomena alam itu sendiri. Mereka berusaha mencari dalil untuk menguatkan komentarnya dengan merujuk pada hasil penelitian atau pengamatan seorang ilmuan. Sepert saat mengomentari tentang terjadinya gempa yang bertubi-tubi dan silih berganti di beberapa daerah. Ada peneliti barat yang bernama Ricard Gross (seorang peneliti NASA jet Propulsion Laboratory di Pasadena, California Amerika Serikat) yang mengatakan bahwa gempa di lepas pantai barat Aceh pada hari Ahad, 26 Desember 2004 telah membuat rotasi bumi bertambah cepat sekitar 3 mikrodetik (1 mikrodetik sepersejuta detik). Dan juga menambah kemiringan bumi 2.54 sentimeter dari sumbunya. Ini berarti siang bertambah pendek menjadi 3 mikrodetik. Percepatan rotasi terjadi ketika sebuah lempeng tektonik yang sangat luas yang berada di bawah Samudera Indonesia ditekan ke bawah oleh tepi lempeng yang lain. “Itu akan membuat bumi menjadi lebih padat dan berputar lebih cepat,” kata Gross

Sedangkan Syamsul Rizal (Kasubdit Pengawasan Gunung Api Wilayah Timur Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) meyakini bahwa meningkatnya beberapa status gunung api di wilayah barat Indonesia merupakan efek domino dari gempa yang terjadi di Nias. “Logikanya adalah karena efek domino gemps Nias,” kata Syamsul.

Dan bagi orang yang otaknya sudah tercemari oleh limbah syetan selalu mengaitkan bencana atau kejadian lainnya dengan klenik dan mistik. Ada yang mengatakan bangsa Indonesia perlu diruwat, ada yang mengatakan buminya butuh tumbal dan ada yang mengatakan sesajennya kurang.

Sebetulnya kajian ilmiah yang rasional tidak bertantangan dengan kajian keislaman atau keimanan. Islam tidak menafikan hasil penelitian ilmiah seputar gejala alam dan dampak yang diakibatkan oleh perubahan tersebut. Hanya saja jangan berhendi sampai disitu. Karena alam tidak akan berubah dengan sendirinya, tapi ada yang mengaturnya, yaitu Allah jalla jalahu. Lempengan bumi sudah ada sejak dahulu kala, tapi kenapa baru bergeser sekarang? Siapa yang menggesernya? Gempa yang terjadi di dasar lautan sering menimbulkan gelombang Tsunami. Tapi besar kecilnya gelombang tersebut siapa yang menentukannya? Air yang lembut dan lunak bisa mengandung kekuatan yang mampu menyapu gedung dan bangunan beton yang kokoh. Siapa yang memberi kekuatan air tersebut? Gempa yang sering terjadi dengan kekuatan skala richter yang berbeda-beda. Siapa yang menentukan perbedaan tersebut? Jawabannya tiada lain dan tiada bukan, hanyalah Allah yang Maha Perkasa.

Sebagaian masyarakat awam menanggapi bencana secara dingin, “Bencana alam seperti ini bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, kenapa mesti diributkan? Dan sebagian lain menanggapinya dengan penuh ketakutan, “Kemana kita akan berlindung dan mencari keselamatan kalau bencana seperti itu menimpa kita”? Ada juga yang pasrah pasif. “Memang sudah saatnya terjadi seperti itu, mau diapakan lagi?” Dan ada juga yang menanggapinya dengan nada protes, “Apa salah kami wahai Tuhan? Kenapa kami yang Engkau adzab, sedangkan mereka Engkau biarkan? Engkau Tuhan yang tidak adil! Dan ada juga yang ketakutan lalu introspeksi diri, “Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, selamatkanlah kami dari murka-Mu.”

Bencana dan nikmat itu sudah menjadi sunnatullah, sebagaimana yang telah ditegas kan Allah dalam surat al-Baqarah ayat 155-157. Apa yang terjadi di Dunia ini tidak ada yang kebetulan atau berjalan dengan sendirinya. Semua telah diatur oleh Allah. Apa yang terjadi di bumi atau bergerak di langit, Allahlah yang menjalankannya. Al-Qur’an bertutur kepada kita, “Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka.” (QS. al-Kahfi: 47).

Kalau bencana itu sudah menjadi ketentuan yang tidak bisa dielakkan dan dihindari. Maka sekarang yang dapat kita lakukan adalah menyikapi bencana tersebut. Agar apa yang terjadi di sekitar kita tidak merubah haluan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah dan beribadah kepada-Nya. Dari bencana itu kita belajar, dari bencana itu kita introspeksi diri, dari bencana itu kita mendekatkan diri kepada Allah.

Seorang ulama yang bernama Ibnu Zaid berkata, “Allah senantiasa menguji hamba-hamba-Nya dengan apa yang mereka sukai dan dengan apa yang mereka benci. Dengan hal-hal yang mereka sukai, Allah menguji seberapa besar rasa syukur mereka. Dan dengan hal-hal yang mereka benci, Allah menguji seberapa kuat mereka bersabar.” (Tafsir Ibnu Jarir: 17/25). Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita atas kesabaran kita dalam menghadapi berbagai macam bencana Dan semoga kita bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan kita, sehingga hidup kita akan menjadi lebih baik setelah terjadinya bencana yang ada.

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 40 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Mereka Makhluk yang Patuh pada Khalik

Langit membentang di angkasa sebagai atap kita, bumi menghampar luas sebagai pijakan kita, laut yang bergelombang menggerakkan apa yang ada di permukaannya, gunung yang berdiri kokoh memaku bumi, mereka semua adalah makhluk Allah. Mereka semua yang selama ini kita anggap sebagai benda mati, ternyata mereka hakikatnya tidaklah seperti itu. Mereka juga bertasbih, memuji dan mensucikan Penciptanya, Allah yang Maha Perkasa. Mereka selalu mentaati perintah Tuhannya, sebagaimana para malaikat makhluk ciptaan-Nya. Tak satu pun di antara mereka yang berani membangkang dan menyalahi perintah Sang Maha Pencipta.

Allah berfirman, “Dan Guruh itu bertasbih dengan memuji Allah, (dermikian pula) para malaikat karena takut kepada-Nya…” (QS. ar-Ra’d: 13). Di ayat lain, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada satu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. al-Isra’: 44). Di ayat lain, “Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di Bumi. Raja yang Maha Suci, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. al Jumu’ah: 1).

Hanya Allah yang menciptakan jagat raya beserta Isinya, dan hanya Allah-lah yang mengatur dan menguasai mereka. Dialah yang memerintah kan langit untuk mengucurkan hujan atau menahannya, Dialah yang memerintahkan bumi untuk bergerak atau tenang. Dialah yang menginstruksikan pada laut untuk bergelombang atau meluap dan Dialah yang menginstruksikan pada gunung berapi untuk menahan isinya atau memuntahkannya. Itulah kekuasaan Allah yang mutlak.

Simaklah bagaimana Allah menyurutkan banjir bandang yang pernah menenggelamkan permukaan bumi sebagai adzab bagi kaum Nabi Nuh yang pembangkang. Allah memberi instruksi pada langit dan bumi. “Dan difirmankan, ‘Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah Dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan…” (QS. Hud: 44).

Mereka tidak bergolak dan bergerak dengan sendirinya, mereka hanya menunggu instruksi dari Allah sebagai Penciptanya.

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 40 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Ruqyah Mempermudah Proses Kematian

Kematian seseorang sudah ditentukan oleh Allah. Diminta atau tidak, kematian pasti datang. Kita sebagai makhluk hidup tidak bisa mempercepatnya atau menunda dan melambatkannya. Allah berfirman, “Maka apabila telah datang ajal mereka, mereka tidaklah dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (QS. an-Nahl: 61).

Penyakit yang diderita oleh seseorang tidak bisa mendekatkan dia kepada ajalnya. Sebagaimana kesehatan yang dimiliki seseorang juga tidak bisa menjauhkan kematian darinya. Semua sudah ada ketentuannya di sisi Allah. Bila ketentuan itu datang kepada seseorang, ajal akan menghampirinya walau pun ia dalam keadaan sehat dan segar bugar. Allah berfirman, “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati, melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.” (QS. Ali ‘Imran: 145).

Oleh sebab itu, apabila penyakit yang kita derita sudah parah adanya, dan rasa sakit telah menggerogoti tubuh kita, janganlah berharap dan berdo’a untuk segera mati. Rasulullah bersabda, “Janganlah salah seorang dari kalian berharap untuk mati. Kalau ia tipe orang baik, maka sisa umurnya akan menambah kebaikan. Dan kalau dia orang yang suka berbuat dosa, semoga sisa umurnya bisa dipergunakan untuk bertaubat.” (HR. Bukhari). Dan kalau kondisinya betul-betul mendesak, maka berdo’alah kepada Allah “Ya Allah, hidupkanlah aku bila kehidupan ini lebih baik bagiku. Dan matikanlah aku bila kematian itu lebih baik bagiku.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ya, berdo’alah kepada Allah untuk memohon kepadanya keputusan yang terbaik, karena Dialah yang Maha Tahu apa yang telah terjadi, sedang terjadi dan yang akan terjadi. Dan ruqyah adalah bagian dari do’a. Dengan melakukan ruqyah, kita berdo’a kepada Allah. Jika kehidupan seseorang lebih baik baginya, kita memohon kepada Allah agar ia segera diberi kesembuhan. Tapi jika kematian lebih baik baginya, kita memohon agar Allah memberi kemudahan untuk menjemput ajalnya dan ketetapan iman untuk menghadapi godaan syetan pada sakaratul maut.

Ruqyah bisa mempermudah kematian? Beberapa ustadz peruqyah telah banyak menjumpai kasus di lapangan saat melakukan ruqyah. Ini bukanlah iklan, tapi realita yang terjadi di lapangan. Sebagaimana yang diceritakan para ustadz yang tergabung dalam Tim Ruqyah Majalah Ghoib berikut ini.

 

Mereka yang Mati Pasca Ruqyah

  1. Penggemar Ilmu Tenaga Dalam

Ada seorang laki-laki berumur 25 tahun tinggal di Yogyakarta. la gemar belajar ilmu tenaga dalam, di antaranya pukulan telapak sakti. Kalau ilmu ini dipakai memukul lawan, maka di tubuhnya meninggalkan gambar telapak tangan. Suatu saat ia jatuh sakit, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam perutnya. Dan efek dari gangguan tersebut. telapak tangan dan kakinya menghitam, la beranggapan bahwa apa yang ia rasakan adalah pengaruh sihir dan dampak dari ilmu kesaktian yang ia pelajari. Setiap ia mendengar lantunan adzan badannya terasa lemas tidak bertenaga. Lalu keluarganya memanggil Ustadz Fadhlan untuk meruqyahnya. Sewaktu diruqyah, reaksinya sangat keras, meronta dan berusaha untuk melakukan perlawanan. Walaupun akhirnya berangsur tenang. Ustadz Fadhlan menyuruhnya untuk bertaubat, melepas ilmu kesaktian yang pernah dipelajarinya. Telapak tangan dan kakinya yang gosong berangsur memudar. la merasa tenang saat mendengar adzan. Dan dalam jarak 2 pekan lamanya, keluarganya memberi tahu Ustadz Fadhlan bahwa orang tersebut telah meninggal dengan tenang.

 

  1. Lelaki eks anggota PKI

Seorang laki-laki eks anggota PKI, umurnya telah mencapai angka 75 tahun. la pernah diasingkan di Pulau Buru. Sudah berbulan-bulan lamanya ia tergolek sakit di atas ranjang. Sudah beberapa orang pintar dan dianggapnya sakti ia undang untuk melepas ilmu hitam yang pernah ia pelajari. Tapi tak satupun dari mereka yang merasa sanggup untuk membersihkannya. Lalu keluarganya mengajaknya untuk menjalani terapi ruqyah. Karena tekadnya sudah bulat untuk bertaubat, maka ia pun bersedia untuk diruqyah. Sewaktu mendengar bacaan ruqyah Ustadz Fadhlan, ia merasa tenang dan tentram. Lalu ia diberi air ruqyah untuk diminum dan sebagiannya untuk mandi. Pada malam harinya keluarganya mengabarkan kalau ia telah meninggal dunia dengan tenang.

 

  1. Jawara yang Bertaubat

Seorang laki-laki berumur 80 tahun. Pada masa mudanya ia dikenal masyarakat sekitarnya sebagai jawara. Banyak kehebatan dan kesaktiannya yang dilihat oleh masyarakat dan membuat nyali mereka ciut di hadapannya. Di masa tuanya ia terserang penyakit yang cukup aneh. Selama 12 hari dirawat di ruang ICU rumah sakit. Pertamina, tapi hasil perkembangannya tak kunjung tampak. Keluarganya khawatir dan gelisah melihat kondisinya. Mereka tidak tega melihat penderitaannya yang seakan tiada berkesudahan. Mereka berharap kalau memang penyakitnya tak kunjung sembuh, agar ajal menjemputnya untuk mengakhiri penderitaannya. Sampai akhirnya, ada keluarganya yang mengusulkan untuk menjalani terapi ruqyah. Setelah diruqyah Ustadz Junaidi satu kali, 2 hari kemudian ia menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan tenang.

 

  1. Jagoan Empat Bulan Sekarat

Seorang laki-laki berusia 70 tahun. la ditemukan warga masyarakat, jatuh tergolek di kawasan terminal Kampung Melayu Jakarta Timur. la dilarikan ke rumah sakit Cipto Mangunkusumo untuk dirawat. Hampir empat bulan lamanya, ia dalam perawatan medis. Tapi penyakitnya tak kunjung sembuh. Badannya semakin kurus seakan tidak terurus. Tidak ada satu pun familinya yang datang menengoknya. la hanya bisa berbaring di ranjang rumah sakit. Sebagian tubuhnya sudah membusuk, di pantat dan punggungnya. Yang selalu menebar aroma tak sedap bagi orang di sekelilingnya. Suatu saat salah seorang dari dokter jaga rumah sakit tersebut menghubungi Ustadz Hasan untuk meruqyahnya. Karena para perawat sudah lama tidak betah dengan bau busuknya. la tak ubahnya telah menjadi bangkai, tapi nafasnya masih berhembus masuk keluar hidungnya. Konon laki-laki itu mantan jagoan terminal. Setelah diterapi ruqyah, selang sepuluh hari lamanya ia meninggal dunia.

 

  1. Nenek yang sakit-sakitan

Seorang perempuan berumur sekitar 60 tahunan tinggal di Bekasi. Badannya yang sudah udzur sering sakit-sakitan. Dan kali ini keluarga merasa penyakitnya sudah parah. Badannya yang sudah renta tampak loyo dan tak bertenaga. la sudah tidak mau makan lagi, hanya air minum saja yang beberapa teguk membasahi tenggorokannya. Sudah beberapa kali ia menjalani terapi medis maupun non medis, tapi perubahannya belum juga tampak. Sampai ia mengenal pengobatan ruqyah. Kebetulan rumahnya dekat dengat Ustadz Sadzali, salah satu dari Tim Ruqyah Majalah Ghoib. Akhirnya anaknya minta bantuannya untuk meruqyah sang ibu. Setelah menjalani terapi ruqyah, ia berubah menjadi tenang dan tidak gelisah lagi. Jarak dua hari, anaknya menemui Ustadz Sadzali dan mengabarkan bahwa ibunya telah meninggal.

 

  1. Ibu Pengidap Kanker

Seorang perempuan beranak dua berumur 35 tahun, ia mengidap suatu penyakit yang sangat berbahaya. Tapi aneh nya, di malam hari ia sering mengalami hal-hal yang aneh. Ada keluarganya yang berusaha untuk meruqyahnya, la sempat muntah-muntah saat mendengar ruqyah. Dan setelah itu kondisinya berangsur membaik. Tapi selang beberapa minggu, penyakitnya kambuh lagi. Sewaktu dibawa ke seorang dokter, ia divonis sakit kanker. Lalu suaminya memutuskan untuk dirawat di salah satu rumah sakit swasta di jakarta Barat. Tapi setelah beberapa hari menginap di rumah sakit. hasilnya belum tampak. la seperti orang yang selalu ketakutan. Di samping terapi medis, suaminya juga mengundang Ustadz Aris dari Majalah Ghoib untuk meruqyahnya. Saat ruqyah pertama, tampak tenang tingkah lakunya. Bahkan bisa komunikasi lagi dengan anak-anaknya. Setelah ruqyah kedua, la agak gelisah di malam harinya. Suaminya berusaha menenangkannya dengan membaca ayat-ayat al-Qur’an. Menjelang shalat Shubuh ia menghembuskan nafasnya yang terakhir, dan sebelumnya sempat berpesan kepada suaminya agar anak-anaknya kelak bisa hafal al-Qur’an. Semoga Allah mengampuni kesalahannya.

 

  1. Laki-laki Penderita Sakit Jantung

Seorang laki-laki berumur 60 tahunan, sakit jantung dan komplikasi dengan penyakit lainnya. Berbulan-bulan ia dirawat di rumah sakit, tapi hasil yang diharapkan tak kunjung terwujud. Keluarganya sangat prihatin dengan kondisinya. Staminanya semakin loyo, susah bernafas dan badannya makin kurus. Yang bisa dilakukan keluarganya hanya berdo’a. Mereka berharap cepat sembuh bila masih ada umur yang tersisa, tapi bila sudah saatnya ajal tiba, mereka berharap agar Allah memudahkannya. Di tengah bayang-bayang keputusasaan mereka diberitahu oleh kenalan si penderita sakit tentang terapi ruqyah. Akhirnya keluarganya sepakat untuk datang ke kantor ruqyah Majalah Ghoib. Setelah menjalani ruqyah pertama dengan Ustadz Syafi’uddin, la tampak lebih tenang dan penderitaannya berkurang. Dua pekan kemudian anak-anaknya datang ke Majalah Ghoib, dan merasa lega karena Allah telah memberi keputusan yang terbaik, dengan menjemput ajal bapak nya. Mereka berterima kasih kepada tim ruqyah dan berharap semoga kesalahan bapaknya diampuni oleh Allah.

 

Mereka yang sembuh Pasca Ruqyah

Di antara mereka ada juga yang diberi kesembuhan oleh Allah setelah diterapi ruqyah. Padahal para tenaga medis telah angkat tangan dan bingung untuk mendiagnosa penyakit mereka yang aneh dan dianggap ganjil. Berikut ini sebagian kisahnya.

 

  1. Nenek yang Sakit-sakitan

Seorang perempuan berumur 74 tahun 2 minggu ia dirawat di rumah sakit swasta yang berada di Jakarta Pusat. Berhari-hari para tim medis berusaha untuk mengobati sakitnya, tapi usaha mereka belum membuahkan hasil. Akhirnya ada seorang dokter yang menganjurkan keluarganya untuk berobat ke alternatif, karena penyakit yang diderita pasien agak aneh. Kebetulan anaknya sudah kenal dengan Majalah Ghoib, akhirnya ia meminta kesediaan Ustadz Junaidi untuk meruqyahnya. Tubuhnya terkulai lemah di ranjang rumah sakit. Setelah dilakukan terapi ruqyah, kondisinya berangsur membaik. Sudah mau makan nasi, dan bisa diajak komunikasi. Dua hari kemudian kondisinya sehat dan segar kembali. Bahkan ia berani untuk bepergian sendirian menengok kampung halamannya di Padang, Sumatera Barat.

 

  1. Wanita Karir Sakit Pendarahan

Seorang perempuan paruh baya, ia seorang wanita karir dan punya posisi di salah satu perusahaan di Jakarta. Sudah hampir dua bulan lamanya ia mengalami pendarahan. Dan anehnya pendarahan itu selalu dialaminya ketika waktu Maghrib datang. Debit darah yang keluar pun tidak wajar, seperti layaknya pendarahan seorang ibu yang hendak melahirkan. la sudah berusaha untuk konsultasi ke beberapa ahli penyakit dalam dan menjalani terapi medis yang dianjurkan, tapi hasilnya nihil. Sampai ada dokter spesialis kandungan yang menyuruhnya untuk menjalani terapi, tapi dia menolak. Akhirnya ia memutuskan untuk berobat ke Singapura. Sesampai di sana dokter ahli hanya memberinya obat anti biotik dan beberapa vitamin. Setelah dikonsumsi beberapa hari, tak ada perubahan. Pendarahannya tetap banyak dan nyeri tak tertahan kan. Pada suatu saat, ia melihat temannya membaca Majalah Ghoib lalu ia tertarik dan membacanya. Dari situ ia mengenal terapi ruqyah. Lalu is datang ke kantor untuk diterapi. Pada terapi yang pertama bersama Ustadz Syafi’uddin, ia merasakan perubahan yang signifikan. Hanya saja jadwal pendarahannya bergeser dari Maghrib ke Isya, dan durasinya berkurang. Setelah ruqyah yang kedua. pendarahannya jadi semakin jarang, dan darah yang keluar semakin sedikit. Sehabis ruqyah ketiga, siklus haidnya jadi normal kembali, dan pendarahannya hilang sama sekali. Alhamdulillah.

 

  1. Dokter yang Bengkak Kakinya

la seorang dokter ahli penyakit dalam, umurnya sekitar 45 tahunan. Suatu saat ia mengalami hal yang aneh. Karena kakinya sebelah kanan membengkak, dan beberapa hari setelahnya bengkaknya semakin besar dan menghitam. la telah menjalani pengobatan medis dan dirawat inap selama tujuh hari. Tapi dokter spesialis setempat belum mengetahui jenis penyakitnya. Akhirnya keluarganya dapat rekomendasi untuk menjalani perawatan di rumah sakit negeri di Jakarta. Setelah seminggu lamanya di rumah sakit tersebut, pihak dokter masih belum berani menyimpulkan jenis penyakitnya. Sampai saudaranya yang tinggal di Jakarta memperkenalkan dengan Ustadz Hasan dari Majalah Ghoib untuk menjalani terapi ruqyah. Sewaktu dilakukan ruqyah, reaksinya tidak keras. Tapi keesokan harinya isterinya menyatakan, bahwa suaminya berangsur normal pola makannya dan buang airnya. Kakinya yang bengkak berangsur mengempes dan normal kembali. Setelah seminggu lamanya, ternyata ia sudah berada di daerah tinggalnya untuk menunaikan tugas kembali. Kakinya yang tadinya bengkak dan menghitam, ternyata sudah pulih kembali, alhamdulillah.

Maka dari itu janganlah berputus asa dalam melakukan usaha, walaupun penyakit yang dirasa lama sembuhnya. Berdo’alah kepada Allah memohon jalan keluarnya, karena hanya Dialah yang bisa menolong kita dan memberikan solusi yang terbaik. Abdullah bin Umar ketika mendengar orang yang sedang sakit dan berharap datangnya kematian, dia berkata kepada orang tersebut: “Janganlah mengharap datangnya kematian, karena kamu pasti akan mati, tapi mohonlah kesembuhan kepada Allah.” (Kitab az-Zuhd: 255).
Ghoib, Edisi No. 39 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Syetan Hadir Saat Sakaratul Maut

“Dan datanglah sakuratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang selalu kamu lari daripadanya.” (QS. Qaf: 19).

Rasulullah di akhir hayatnya memohon pertolongan kepada Allah untuk menghadapi godaan syetan saat sakaratul maut serta kepedihan proses keluarnya ruh. Do’a beliau, “Ya Allah, tolonglah saya untuk menghadapi sakaratul maut.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Majah) Itulah do’a Rasulullah untuk menghadapi sakaratul maut.

Syetan tidak akan menyia-nyiakan waktu itu untuk menggoda dan menyesatkan anak Adam. Sampai menjelang akhir hayatnya, syetan akan hadir pada waktu sakaratul maut. la berusaha mendoktrin dan menggelincirkan manusia dari jalan yang benar. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya syetan akan mendatangi kalian saat menjelang kematiannya. Ia menyeru: ‘Matilah sebagai seorang Yahudi, matilah sebaga seorang Nashrani.” (HR. Nasa’i)

Kita tidak bisa membayangkan, betapa dahsyatnya pertarungan iman seorang mukmin melawan syetan. Padahal kondisi orang yang sedang sakaratul maut adalah kondisi yang menyakitkan dan melelahkan. Rasa sakitnya melebihi sayatan pisau dan pedang, karena ruh dicabut dari segenap penjuru anggota tubuh.

Amr bin al-Ash berkata kepada anaknya saat sakaratul maut, “Wahai anakku! Demi Allah, seolah-olah aku bernafas dari lubang jarum dan seolah- olah ranting berduri dicabut dari kakiku sampai ke kepala.”

Ahmad bin Umar Al-Qurthubi berkata, “Aku mendatangi salah seorang saudara guruku di Cordova saat menjelang wafat. Dikatakan kepada nya: Katakanlah, La llaha lallah, la menjawab: Tidak, tidak. Ketika ia telah sadar, kami menceritakan kondisinya tadi kepadanya. Lalu ia mengatakan: “Sesungguhnya syetan mendatangiku dari sebelah kananku dan dari sebelah kiriku. Syetan itu mengatakan: Matilah engkau sebagai Yahudi, Matilah engkau sebagai Nashrani. Maka aku spontan menolaknya. Tidak, tidak.” (Sakaratul, Maut: 68).

Imam Ghazali berkata, “Sakaratul maut lebih dahsyat daripada pukulan pedang, lebih tajam dari mata gunting dan gergaji. Kalau satu urat saja ditarik dari tubuh manusia. niscaya in akan menjerit kesakitan. Lalu bagaimana kalau yang ditarik dari tubuh itu ruhnya, yang tidak ditarik dari satu urat saja, tapi dari semuanya. Kemudian setiap anggota tubuhnya akan mati secara bertahap. Pertama kakinya terasa dingin, lalu kedua betisnya, kemudian kedua pahanya. Setiap anggota tubuh merasakan, sekarat dan kepedihan sampa ke kerongkongannya. Pada saat itu terputuslah pandangannya dari dunia dan keluarganya, tertutup pintu taubatnya, dan penyesalan pun meliputi pikirannya.” (Ihya ‘Ulumid Din: 4/419).

Marilah kita berbekal diri dengan memperbanyak ibadah untuk menghadapi saat yang genting, guna mempertahankan iman dan aqidah kita yang lurus dari serbuan syetan di akhir hayat, Rasulullah bersabda, “Setiap orang akan mengakhiri hidupnya sesuai amal perbuatannya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi). Maka marilah kita akhiri akhir hidup kita dengan kebaikan.
Ghoib, Edisi No. 39 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Kalau Mati, Jangan Membawa Dosa Syirik

Dosa yang paling besar dan tidak terampuni adalah dosa syirik. Apabila sesorang melakukan kesyirikan lalu mati sebelum bertaubat, maka Allah tidak akan mengampuninya. Tapi jika ia segera bertaubat sebelum sekarat, maka Allah akan mengampuninya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Allah, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari syink itu, bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. an-Nisa’: 48).

Maka sudah sewajarnya, setiap orang mewaspadai dosa syirik. Apalagi kalau dosa itu sampai terbawa mati. Maka yang bersangkutan tidak akan beruntung selamanya, dan akan menjadikannya kekal di Neraka Allah berfirman, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang orang dzalim itu seorang penolong pun.” (QS. al-Maidah: 72).

Dosa syirik inilah yang banyak dijadikan perangkap oleh syetan untuk menjebak hamba-hamba Allah, syetan telah mengemas dan menghiasi kesyirikan dengan kemasan yang menarik dan manipulatif. Sehingga banyak orang yang melakukan kesyirikan, tapi ia tidak menyadarinya. Bahkan ada juga yang berbuat syirik tapi ia merasa itu adalah perbuatan ibadah yang diyakini berpahala. Syetan memang licik.

Ketika Majalah Ghoib gencar mensosialisasikan ruqyah syar’iyyah ke tengah masyarakat, dan mengulas materi materi keghaiban yang berkaitan dengan tauhid dalam kajian majalahnya, hasilnya ternyata luar biasa. Banyak masyarakat tersadarkan diri. Yang selama ini suka pergi ke dukun, akhirnya menyadari kesalahannya. Yang tadinya belajar ilmu yang melibatkan kekuatan jin, menyadari kesalahannya dan ingin berlepas diri darinya. Mereka tidak ingin dosa-dosa syirik itu dibawa mati. Akhirnya mereka memanfaatkan jasa terapi ruqyah.

Di antara mereka ada yang punya kekhawatiran bahwa saudara atau kerabatnya yang sakit dan tidak sembuh-sembuh itu, karena dahulunya mempelajari ilmu-ilmu kedigjayaan. Ada yang berprasangka bahwa unsur terlambat sembuhnya karena ada gangguan syetan dalam diri si penderita, dan ada yang berpresepsi bahwa orang yang banyak dosanya akan susah matinya. Lalu mereka berharap dengan terapi ruqyah, si penderita bisa lekas sembuh atau matinya mudah.

Padahal sebenarnya yang bisa menyembuhkan seseorang adalah Allah, bukan dokter, orang pinter, peruqyah atau obat dan ramuan. Kalau Allah telah menurunkan kesembuhannya niscaya ia akan sembuh. Dengan cara pengobatan yang menyimpang atau tidak menyimpang, Hanya saja efek dari keduanya sangat jauh berbeda. Bila caranya menyimpang, maka kesembuhan yang dirasakan itu berlumuran dosa. Tapi bila caranya sesuai syari’at, maka kesembuhannya bermuatan pahala. Dan susah atau mudahnya proses mati seseorang tidak tergantung pada banyaknya pahala atau dosanya. Karena sakaratul maut itu memang berat, dan itu akan berlaku bagi siapa pun, termasuk para nabi dan rasul.

Maka dari itu, yang diharapkan dari seorang hamba adalah kesadarannya untuk kembali ke jalan yang benar sebelum terlambat. Kalau dahulunya pernah melakukan kemaksiatan, hendaklah segera bertaubat. Karena pernah belajar ilmu yang sesat dan menyimpang, hendaklah segera berlepas diri darinya dan meninggalkannya sebelum nafas sampai di tenggorokan. Semoga Allah melindungi kita dari dosa syirik dan mengampuni dosa-dosa lainnya.

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 39 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Bertaubat Sebelum Sekarat

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.”

(QS. Ali ‘Imran: 185)

Setiap makhluk yang hidup pasti akan mati, ada yang mati saat ia dalam kandungan, ada yang ketika baru dilahirkan. Ada yang mati saat di usia anak anak, ada yang masih belia, remaja dan dewasa. Dan banyak pula yang mati di usia senja atau tua. Semua itu telah ditentukan kadarnya oleh Allah ta’ala.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah (air mani), kemudian menjadi alaqah (segumpal darah) dalam kurun waktu yang sama, kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) selama itu juga. Kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya. Lalu diperintahkan pula untuk menulis empat perkara; rizki nya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Mati adalah berpisahnya ruh dan jasad, organ-organ tubuh tidak lagi berfungsi. Yang awalnya gerak menjadi diam, yang tadinya di dunia pindah ke alam barzakh. Kematian adalah suatu keniscayaan. Namun tidak semua orang akhir kehidupannya sama. Ada yang husnul khatimah dan ada yang su’ul khatimoh. Ada yang sebelum matinya menderita sakit dan ada yang tanpa didahului oleh datangnya suatu penyakit.

Maka dari itu, yang perlu kita siapkan adalah akhir kehidupan yang baik (husnul khatimah). Segeralah bertaubat sebelum sekarat.
Ghoib, Edisi No. 39 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Tugas Isa di Akhir Jaman

Kapan terjadinya kiamat? Tidak ada satu orang pun yang mengetahui kapan terjadinya secara pasti selain Allah. Bahkan malaikat yang paling dekat seperti Jibril atau manusia yang paling dicintai Allah seperti Muhammad bin Abdillah tidak mengetahui kapan dunia ini berakhir. Apalagi manusia yang paling dicintai syetan seperti dukun, paranormal dan tukang sihir, mereka tidak tahu sama sekali. Walaupun Rasulullah tidak tahu persis kapan kiamat akan tiba, tapi beliau telah mendapat informasi dari Allah seputar tanda-tanda kiamat akan tiba. Diantara tanda-tanda tersebut adalah turunnya Isa putera Maryam ke dunia ini.

Rasulullah bersabda. “Dan Demi jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya, sungguh akan turun ke tengah-tengah kalian Isa putera Maryam sebagai hakim atau pemimpin yang adil…” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

Lalu apa yang akan dilakukan oleh nabi Isa ketika turun di bumi ini. Apakah ia akan membela dan membantu orang-orang yang selama ini menganggapnya sebagai anak Allah? Atau malah sebaliknya, nabi Isa memerangi mereka karena mereka telah melampui batas dengan mengkultuskan Isa dan menganggapnya sebagai anak Allah? Lebih lengkapnya, simaklah rentetan tugas nabi Isa saat turun lagi ke bumi ini berikut ini.

 

  1. Menghancurkan Salib- Salib

Nabi Isa benar-benar akan menghancur leburkan salib-salib yang selama ini dijadikan obyek penyembahan. Rasulullah telah memberitahukan hal itu dalam haditsnya. Hal itu juga sebagai bukti bahwa orang-orang Yahudi tidak pernah melakukan penyaliban terhadap Nabi Isa.

Karena yang mereka salib pada waktu itu bukanlah jasad Isa tapi orang lain yang diserupakan dengannya. Allah berfirman. “Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka…” (QS. an-Nisa: 157-159). Untuk membuktikan kebenaran dari firman Allah tersebut, Nabi Isa turun menjelang kiamat nanti untuk memecahkan salib-salib yang ada. Rasulullah bersabda, “Dan Demi jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya, sungguh akan turun ke tengah-tengah kalian Isa putera Maryam sebagai hakim atau pemimpin yang adil, memecah salib-salib..” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

 

  1. Membunuh Babi-Babi

Babi yang dalam bahasa al Qur’an disebut ‘Khinzir’ adalah hewan yang najis dan haram untuk dikonsumsi. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah telah mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah…” (QS. al-Baqarah. 173) Maka dari itu, barangsiapa yang menghalalkannya berarti ia telah berbuat dosa besar. Termasuk tugas Nabi Isa saat turun ke bumi di akhir zaman nanti yaitu membunuh babi. Hal Itu menunjukkan bahwa nabi Isa membantah anggapan bahwa ia dan ajarannya telah menghalalkan babi. Dengan membunuh babi-babi yang ada, Nabi Isa menegaskan bahwa ajarannya dari dulu mengangggap bahwa babi itu haram. Rasulullah bersabda, “Demi Allah, sungguh putera Maryam akan turun sebagai pemimpin yang adil, la benar-benar akan menghancurkan salib, membunuh babi…. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

 

  1. Memerangi Orang yang Enggan Masuk Islam

Nabi Isa akan memimpin umat Islam untuk memerangi orang-orang non muslim. Tiada kata lagi yang akan ditawarkan nabi Isa kepada penduduk bumi ini selain Islam. Mereka harus memeluk agama Islam, kalau mereka enggan untuk masuk Islam, maka Nabi Isa dan pasukannya akan membunuh mereka. Nabi Isa ingin menunjukkan bahwa tidak ada agama di dunia ini yang benar dan diridhoi oleh Allah selain agama Islam. Saat itu tiada kata lagi bagi orang-orang non muslim kecuali harus kembali Kembali ke fithrah semula yaitu Islam. Rasulullah bersabda, “… (Isa) akan memerangi manusia agar masuk Islam, menghancurkan salib, membunuh babi, dan tidak menerima jizyah (upeti). Allah menghapus semua agama dan kepercayaan kecuali Islam…” (HR. Abu Daud).

 

  1. Menolak Pembayaran Jizyah (Upeti)

Rasulullah dan para shahabatnya apabila hendak menaklukkan suatu daerah yang masih kafir, menawarkan tiga hal kepada penguasa setempat. Masuk Islam dan keamanan mereka akan terjamin. Kalau tidak mau, mereka harus bayar jizyah (upeti) sebagai kompensasi dari rasa aman yang mereka dapatkan. Kalau tidak mau, berarti mereka akan diperangi. Hal itu akan berbeda dengan tindakan yang akan dilakukan nabi Isa nanti. Tidak ada pilihan bagi mereka kecuali masuk Islam, kalau mereka tidak mau berarti Isa dan bala tentaranya akan menghabisi mereka. Jizyah (upeti) sudah tidak berlaku lagi. Rasulullah bersabda, “Demi Allah, sungguh putera Maryam akan turun sebagai pemimpin yang adil, ia benar-benar akan menghancurkan salib, membunuh babi dan menghapus bayar jizyah…”. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

 

  1. Membunuh Dajjal

Dajjal adalah makhluk Allah yang akan menebar fitnah di bumi ini menjelang akhir zaman. Kemampuan yang diberikan oleh Allah kepadanya sungguh luar biasa untuk menguji keimanan seorang hamba. Makhluk yang berbadan besar tapi pendek dan matanya yang kanan buta itu akan menjelajahi bumi ini dengan cepat dan singkat, tak ada satu tempat pun yang luput darinya kecuali Mekkah dan Madinah. Dan tidak ada satu orang pun yang bisa menandingi kehebatannya apalagi mengalahkannya kecuali nabi Isa putera Maryam. Rasulullah bersabda, “Isa putera Maryam akan membunuh Dajjal di desa Babu Lud (sebuah desa dekat Baitul Maqdis, Palestina)”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani dari Mujammi bin Jariyah al-Anshari).

 

  1. Menegakkan Syari’at Islam

Isa putera Maryam akan turun ke bumi ini di akhir zaman dan berhukum dengan syari’at Islam. la tidak akan berhukum dengan Injil atau Taurat, karena Islam telah meralat dan merefisi keduanya. la juga tidak akan memakai syari’t baru, justru ia akan menegakkan syari’at yang berlaku pada zaman Rasulullah (Al-Qur’an dan al-hadits). Rasulullah pernah memberi tahukan kepada para shahabatnya tentang syari’at yang akan dipakai nabi Isa dengan bentuk pertanyaan. Rasulullah bertanya pada para shahabatnya, “Apa yang akan kalian lakukan, jika telah turun Isa putera Maryam di tengah-tengah kalian, dan memimpin kalian dengan apa yang ada pada kalian (Al-Qur’an dan Sunnah Muhammad) (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

 

  1. Memimpin dengan Adil dan Bijaksana

Setiap rakyat mendambakan pemimpin yang adil dan bijaksana. Menegakkan supremasi hukum yang ada kepada siapa saja yang terbukti bersalah, tidak pandang bulu dan ras. Di samping itu pemimpin itu juga membuat kebijakan-kebijakan yang populis dan tidak menguntungkan beberapa pihak sementara rakyat lainnya terdzalimi. Untuk sekarang ini sangat sulit mencari pemimpin yang demikian, karena sulitnya sampal diibaratkan seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Tampaknya tipe pemimpin seperti itu hanya bisa kita jumpai nanti menjelang kiamat tiba, yaitu kepemimpinan Isa putera Maryam. Dialah yang akan menegakkan keadilan di bumi ini la diturunkan Allah untuk mewujudkan mimpi rakyat kecil yang ingin memiliki pemimpin yang adil dan bijaksana. Rasulullah memberitahu kita hal itu melalui sabdanya, “Dan Demi jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya, sungguh akan turun ke tengah-tengah kalian Isa putera Maryam sebagai hakim atau pemimpin yang adil…”. (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).

 

  1. Menyebarkan Kesejahteraan dan Keamanan

Apabila pemimpin suatu negeri bertindak adil dan bijaksana, maka rakyatnya pasti akan merasakan hidup aman dan sejahtera. Rasulullah bersabda, “Beruntunglah orang yang hidup setelah turunnya al-Masih (Isa putera Maryam). Beruntunglah orang yang hidup setelah turunnya al-Masih. Langit selalu diperkenankan untuk turun hujan, bumi senantiasa diperkenankan untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, walau kamu letakkan biji-bijian di bukit Shofa pasti akan tumbuh. Pada waktu itu tidak ada rasa permusuhan, saling dengki, dan saling membenci. Sampai ada seorang laki-laki berpapasan dengan harimau, harimau itu tidak memangsanya. Dan jika menginjak ular pun, ular itu tidak menggigitnya. Waktu itu tidak ada rasa permusuhan, saling dengki, dan saling membenci.” (HR. ad-Dailami dan dishahihkan al-Albani dari Abu Hurairah),

 

  1. Menunaikan Haji atau Umrah

Haji adalah rukun Islam yang ke lima dan merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan bagi setiap muslim atau muslimah yang punya kemampuan. Dan kewajiban itu berlaku sekali seumur hidup. Adapun umrah merupakan ibadah yang disunnahkan hukumnya, dan sering juga disebut dengan haji kecil. Karena itu merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu, maka ketika nabi Isa telah turun ke bumi ini, dia pun berkewajiban untuk menunaikan ibadah haji Rasulullah mengabarkan kepada umatnya “Demi jiwaku yang ada dalam genggaman-Nya, sungguh putera Maryam akan melewati Fajjur Rauha’ (nama daerah antara Mekkah dan Madinah) untuk menunaikan ibadah haji atau umrah atau kedua-duanya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Itulah tugas-tugas yang akan diemban oleh nabi Isa putera Maryam ketika telah turun di bumi ini, sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Rasulullah. Dan Isa putera Maryam akan tinggal di bumi ini selama 40 tahun, lalu la meninggal dunia dan jasadnya dishalati oleh orang-orang Islam yang masih hidup pada waktu itu. Seperti yang disabdakan Rasulullah, “Isa putera Maryam akan turun, membunuh Dajjal. Lalu ia akan tinggal di bumi ini selama 40 tahun sebagai Imam atau pemimpin yang adil, tegas dan bijaksana.” (HR. Ahmad dari Aisyah). Sungguh merupakan tugas yang luhur dan mulia untuk kembali menegakkan panji-panji Islam di bumi ini.
Ghoib, Edisi No. 37 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Apakah Isa Sudah Wafat?

Benarkah nabi Isa sudah wafat? Kalau benar, di mana kuburannya? Kalau tidak benar, berarti ia masih hidup? Kalau begitu di mana tinggalnya? Karena selama ini ada orang yang menganggapnya telah meninggal, dan banyak juga yang meyakininya masih hidup.

Berdasarkan beberapa teks yang ada di al-Qur’an dan Hadits, para ulama’ sepakat bahwa nabi Isa sampai sekarang masih hidup, ia tidak dibunuh atau disalib tapi diangkat oleh Allah ke langit. Hanya saja mereka berbeda pendapat dalam proses pengangkatan, apakah dimatikan terlebih dahulu, atau hanya ditidurkan saja, atau tidak dimatikan dan tidak ditidurkan?

Allah berfirman, “(Ingatlah), ketika Allah berfirman, “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir…” (QS. Ali Imran: 55), Dalam ayat tersebut ada kalimat “Mutawaffika”. Ada beberapa pendapat dalam menafsiri kalimat tersebut.

 

  1. Ditafsirkan dengan Mematikan

Tafsir ini berasal dari Ibnu Abbas, dan Wahab bin Munabbih mengatakan: “Allah mematikannya selama tiga jam dari saat pengangkatannya ke langit lalu menghidupkannya kembali.” (Tafsir al-Qurthubi: 2/95).

 

  1. Ditafsiri dengan Mengangkat

Imam al-Qurthubi sendiri menafsiri kalimat tersebut semakna dengan kalimat berikutnya “Rafi’uka”. Dengan demikian makna dari ayat tersebut adalah, “Aku mengangkatmu ke sisi-Ku dan menye lamatkan kamu dari orang-orang kafir dan mematikanmu (setelah kamu turun dari langit).” (Tafsir al-Qurthubi: 2/94).

 

  1. Ditafsirkan dengan Menidurkan

Mayoritas ulama tafsir mengartikan kalimat tersebut dengan menidurkan, sebagai mana yang difirmankan Allah dalam ayat lain, “Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. (QS. al-An’am: 60) Begitu juga Rasulullah saat hendak tidur, beliau membaca doa, “Ya Allah dengan nama-Mu saya mati dan hidup. Dan apabila bangun dari tempat tidur beliau membaca: “Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan kami, dan kepada Allah-lah kami kembali.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ar-Rabi’ bin Anas berkata: “Mutawaffika dalam ayat tersebut bermakna menidurkan, sebagaimana dalam firman Allah surat al-An’am ayat 60, karena tidur adalah saudaranya mati seperti yang disabdakan oleh Rasulullah ketika ditanya ‘Apakah penduduk surga juga tidur?”. Beliau menjawab, “Tidak, karena tidur saudaranya mati, dan di surga tidak ada kematian di dalamnya.” (HR. ad-Daruquth-ni). (Tafsir al-Qurthubi: 2/95).

 

  1. Ditafsirkan dengan Memegang

Abu Zaid menafsirkannya dengan memegang, sebagai mana yang difirmankan Allah di ayat lain, “Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan….. (QS. az-Zumar: 42).

Imam Hasan al-Bashri dan Ibnu Jureij berkata: “Yang dimaksud dengan Mutawaffika adalah memegangmu dan mengangkatmu ke langit, tanpa mengalami kematian.” (Tafsir al-Qurthubi: 2/95).

 

  1. Ditafsirkan dengan Menunda Ajalmu

Imam Zamakhsyari mengatakan: “Kalimat itu ditafsiri dengan menunda ajalmu. Jadi artinya: Aku melindungimu dari kejahatan orang-orang kafir yang hendak membunuhmu dan menunda ajalmu sampai pada waktu yang sudah Aku tentukan. Kemudian Aku kelak mematikanmu tidak melalui tangan-tangan mereka.”

“Dari beberapa ragam penafsiran di atas mayoritas ulama’ tafsir mengatakan bahwa Allah telah mengangkat Isa putera Maryam tanpa melalui proses kematian. Dan itulah tafsir yang tepat menurut saya”, begitulah Imam asy-Syaukani menegaskan. Lalu dia melanjutkan, “Karena telah banyak hadits Rasulullah yang shahih menjelaskan bahwa nabi Isa nanti akan turun kembali ke dunia ini untuk membunuh Dajjal. Sedangkan penafsiran bahwa Allah mematikan Isa dalam waktu 3 jam adal ah penafsiran yang lemah.” (FathulQadir: 1/344-355). Tapi kalau tetap diartikan dengan mematikan, Imam al-Farra’ mempunyai penafsiran lain, dia mengatakan dalam memaknai ayat tersebut berlaku hukum mendahulukan makna kalimat pertama dan mengakhirkan kalimat berikutnya. Dengan begitu arti dari surat Ali “Imran ayat 55 itu adalah, “Hai Isa, sesungguhnya Aku mengangkatmu dan membersihkan kamu dari orang-orang kafir, lalu mematikanmu (setelah kamu turun dari langit)”. (Fathul Qadir: 244).

Dengan demikian, kita bisa menyimpulkan bahwa dalam proses pengangkatan Isa ke langit, tidaklah melalui proses kematian. Dan karena Isa diangkat ke langit, maka salah besar kalau orang-orang Yahudi mengklaim bahwa mereka telah membunuh nabi Isa. Dan salah pula orang-orang nashrani yang meyakini bahwa Isa telah disalib untuk menebus dosa. Karena Isa masih hidup, dan orang-orang Yahudi tidak berhasil membunuhnya ataupun menyalibnya. Allah memberi pernyataan yang tegas dalam al-Qur’an, “Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.” (QS. an-Nisa’: (57). Kalau kita ingin membuktikan bahwa Isa belum wafat secara kasat mata, maka tunggulah turunnya Isa putera Maryam ke bumi ini sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah.
Ghoib, Edisi No. 37 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Isa dan Dakwahnya Sebelum Diangkat ke Langit

Isa dilahirkan di Baitu Lahm atau yang sering disebut dengan Bethlehem dekat Baitul Maqdis. Al-Qur’an telah mengabadikan proses kelahiran Isa, “Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal kurma, ia berkata: “Aduhai alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan” Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan dan minumlah dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini.” (QS. Maryam: 23-26). Isa lahir pada hari Selasa tanggal 24 bulan Kanun Awwal atau sekitar 600 tahun sebelum lahirnya Nabi Muhammad.

Ketika Isa telah lahir, Maryam membawanya kembali ke tempat tinggalnya seraya menggendong Isa yang masih bayi. Ketika masyarakat menyaksikan Maryam menggendong bayi, mereka kaget dan terperangah dan muncul prasangka buruk dalam diri mereka. “Bagaimana la bisa punya anak, padahal belum menikah?” Keganjilan itu semakin terasa karena mereka sangat mengenal Maryam dan keluarga besarnya. Ayahnya seorang tokoh agama yang dihormati dan disegani, kerabatnya ada yang jadi Nabi dan Rasul (Zakaria). Sungguh merupakan fenomena yang kontras dan sulit diterima akal mereka.

Al-Qur’an menceritakan duka Maryam saat itu, “Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun! (dipanggil seperti itu karena kesalihannya seperti nabi Harun) ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat, dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”. Maka Maryam menunjuk kepada anaknya, Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Isa menjawab: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.” (QS. Maryam: 27-32).

Saat Isa berumur 8 hari, la dibawa ibunya ke Masjid untuk dikhitan dan resmi diberi nama Isa seperti yang dipesankan oleh Jibril. Dan pada zaman itu ada penguasa dzalim yang bernama Herodas, ia mendapat berita dari para dukun bahwa telah lahir seorang bayi yang akan berkuasa dan memimpin bangsa Yahudi, sehingga ia mengeluarkan perintah untuk membunuh setiap anak laki yang terlahir di Baitu Lahm. Lalu demi menyelamatkan Isa, Ibunya bersama anak pamannya yang bernama Yusuf an-Najari membawa Isa ke Mesir. Mereka bermukim di sana sampai Herudas meninggal. (Kitab Qashashul Anbiya: 386).

Ketika Isa berumur 30 tahun ia kembali ke tempat kelahirannya menemui Yahya bin Zakaria, Yahya memandikannya. Lalu datanglah Jibril kepadanya untuk menyampaikan wahyu dari Allah kepadanya, dan sejak saat itu Isa mulai diangkat sebagai Nabi dan Rasul untuk berdakwah kepada kaumnya. Para ulama tauhid berkata “Biasanya kenabian seseorang dimulai dari umur 40 tahunan, tapi isa putera Maryam kenabiannya dimulai pada umur 30 tahun. Dan dia diangkat ke langit sebelum berumur 40 tahun Allah berfirman untuk menjelaskan kenabian Isa, “Dan (Ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad) (QS as-Shaf: 6)

Sejak diangkat oleh Allah sebagai Rasul, Isa giat dan tekun berdakwah kepada kaumnya Bani Israil untuk menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya serta tidak menyekutukan Nya. Dan dalam perjalanan dakwahnya, Nabi Isa dibekali oleh Allah dengan mukjizat sebagaimana rasul-rasul sebelumnya. Termasuk mukjizatnya adalah, berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian, membentuk dari tanah yang berupa burung lalu ditiup dan berubah menjadi burung beneran, menyembuhkan orang buta dan sakit sopak, mengeluarkan orang mati dari kubur menjadi hidup. semuanya dengan izin Allah (Lihat QS al Maidah 110)

Proses hamilnya Maryam yang aneh tidak bisa kita jadikan alasan untuk menganggap Isa sebagai anak Allah. Karena sebetulnya proses kejadian Adam dan Hawa lebih aneh lagi. Penciptaan Adam tidak melalu adanya pria dan wanita, begitu juga penciptaan Hawa hanya melalui adanya seorang pria yaitu Adam. (Lihat surat an Nisa 1). Allah berfirman, “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, “Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia.” (QS. Ali Imran. 59)

Begitu juga kita tidak bisa menjadikan keanehan Isa putera Maryam yang mampu berbicara saat masih bayi sebagai alasan untuk mentuhankannya. Karena masih ada bayi-bayi lain yang dijadikan Allah bisa berbicara. Seperti bayinya Masyithah di zaman Fir’aun dan bayi wanita yang mengaku dihamili oleh seorang hamba yang shalih pada kaum Bani Israil yang bernama Jural) (HR. Bukhari). Ibnu Abbas juga berkata: “Ada empat bayi yang bisa berbicara. Bayinya Masyithah binti Fir’aun, bayi yang menjadi saksi fitnah nabi Yusuf dari Zulaikhah, bayi wanita yang mengaku dihamili Juraij dan Isa bin Maryam (HR Ahmad)

Nabi Isa berlepas diri atas sikap orang-orang yang menuhankannya, karena sewaktu sebelum diangkat ke langit la tidak pernah menyerukan kaumnya untuk menyembah selain Allah. Simaklah dialog qur’ani sebagai berikut. “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” Isa menjawab Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (untuk mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku untuk mengatakannya, yaitu: Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau angkat aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau. Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS al-Maidah 116-118)

Jadi kesyirikan yang melibatkan Isa dan Ibunya adalah rekayasa manusia dan kebohongan mereka, bukan bagian dari ajaran risalah yang diajarkan Isa putera Maryam.

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 37 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

HUBUNGI ADMIN