Baju Terbalik Penunjuk Arah?

Memakai baju terbalik? Mungkin Anda juga pernah mengalaminya. Saat terburu-buru tanpa terasa kaos atau baju yang dikenakan pun terbalik. Bagian yang seharusnya di dalam eh… malah di taruh di luar.

Bagi orang yang percaya dengan mitos, baju yang terbalik memiliki ragam makna. Satu daerah dengan daerah yang lain bisa berbeda. Setidaknya ada dua mitos di masyarakat terkait dengan baju yang terbalik.

Pertama, orang yang memakai baju terbalik tanpa disengaja diyakini memperoleh kemudahan bila mau menagih hutang. Tanpa kesulitan pihak penghutang akan membayarnya. la pun pulang dengan gembira.

Mitos ini berkembang di sebagian masyarakat Temanggung, Jawa Tengah. Bahkan gurauan sesama mereka pun meluncur begitu saja, “Kayak Cina mau nagih hutang saja,” seloroh mereka.

Wah, kalau begitu debt collector pun tidak perlu pasang tampang seram dong, kalau mau menagih hutang. Tinggal membiasakan diri untuk lupa memakai baju saja biar terbalik setelah itu urusan pun beres.

Lain lagi dengan keyakinan sebagian warga Ponorogo, Jawa Timur. Mitos baju terbalik tidak terkait dengan urusan hutang piutang. Tapi lebih kepada orang yang sedang kebingungan. Bila Anda sedang bepergian dan tidak tahu arah, mana barat dan timur, maka menurut mitos orang Ponorogo Anda tidak perlu mengeluarkan kompas penunjuk arah.

Cukup dengan membuka baju lalu memakainya secara terbalik, maka tidak I kemudian kebingungan itu akan hilang. Kehilangan arah itu seakan sirna bersam dengan baju yang terbalik. Ada-ada saja Mau coba? Jangan dulu. Ini adalah mitos yang tidak perlu dicoba dan ditiru. Sebuah mitos yang berasal dari kepercayaan yang tidak jelas ujung pangkalnya. Bayangkan baju terbalik saja bisa diartikan macam-macam. Ada yang mengatakan A, lain daerah mengatakan B. Lalu mana yang benar? Dua-duanya benar? Jelas tidak mungkin.

Tidak ada urusan baju terbalik dengan penagihan hutang maupun penunjuk arah. Itu faktor kebetulan semata. Karena itu kepercayaan semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam kaca mata agama.

Bahkan menjurus kepada perbuatan syirik. Bila kebingungan menentukan arah barat dan timur, maka berlindunglah kepada Allah dari gangguan syetan. Bisa jadi itu adalah ulah syetan.

Bila saat itu Anda hendak shalat dan tidak tahu arah, Anda tidak perlu membalik baju. Shalatlah sesuai dengan keyakinan Anda ke arah mana saja. Seandainya mitos yang diyakini sebagian warga Ponorogo itu dibenarkan secara syar’i, niscaya Rasulullah menyuruh umatnya membalik baju, saat hendak shalat dan ia kebingungan menentukan arah kiblat.

Waspadalah! Bersihkan akidah dari debu- debu ‘katanya’..

Kera ‘Ghaib’ Penghuni Cagar Alam

Bagi Anda yang sering berkeliling dunia, terutama negara Brazil. Tentunya pernah mengenal sebuah cagar alam yang luasnya mencapai 365.000 kilometer persegi. Pantanal. begitulah daerah suaka margasatwa itu dikenal orang. Berwujud rawa-rawa, padang rumput, sungai, danau dan dataran rendah. Letaknya di dua propinsi Brazil, yakni Mato Grosso dan Mato Grosso do Sul.

Pantanal dapat ditempuh dari Campo Grande, yang berjarak 140 mil dari tempat itu. Pecinta ecotourism menempatkan Pantanal sebagai daerah tujuan utama wisata di Brazil. Maklumlah karena Pantanal menawarkan berbagai keindahan. Di sini ratusan jenis flora dan fauna hidup berdampingan dengan tenteram. Satwa yang hidup di sini pun unik dan beraneka, seperti ikan piranha, anteater raksasa, caiman, capybara, peccary, jaguar, puma, tapır, toucan dan rhea.

Selain terkenal dengan keindahan alamnya, daerah Pantanal ada juga yang diyakini sebagai sarang makhluk halus. Letaknya di tepi perairan Aquidauana. Di tempat itu terdapat batu besar berbentuk seperti bukit yang konon ditunggui lelembut berwujud belasan kera. Di siang hari, makhluk ini tidak pernah memperlihatkan diri. Namun di malam hari, mereka muncul dan menimbulkan suara gaduh. Mereka biasanya menampakkan diri pada kegelapan malam. Kalau siang takut kena razia polisi kali (he… he…). Konon kera-kera itu bisa menghilang dan senang berkelahi.

Menurut Alberto, seorang pramuwisata yang kerap bermalam di Pantanal, kera-kera itu muncul secara mendadak dan berombongan. Beberapa tahun yang lalu, Alberto pernah bertemu dengan gerombolan kera itu. Pada saat Itu, ia tengah mengantar dua orang turis dari Argentina yang memutuskan bermalam di Pantanal. Mereka berkemah di tepi Aquidauana.

Usai makan malam, mereka bertiga duduk- duduk di luar kemah sambil memandang bintang- bintang yang bertaburan di langit. Alberto pun bercerita tentang tempat-tempat indah yang bisa dikunjungi di Pantanal. Pada saat itu tanpa diduga- duga di depan kemah mereka muncul belasan kera yang bergelut dan menimbulkan suara gaduh. Alberto dan kedua tamunya sempat heran, dari mana datangnya kera-kera itu, karena di dekatnya tidak ada pohon-pohon besar.

Alberto terkesiap, karena kera-kera itu memiliki mata yang mengeluarkan cahaya kebiru- biruan. Padahal setahunya, mata kera biasanya hitam atau kelabu dan tidak mengeluarkan cahaya. Kedua turis Argentina itu menduga kera- kera itu termasuk spesies baru dan belum dikenal para ilmuwan. Mengingat hal itu, mereka berdua langsung mengarahkan handycam miliknya ke arah gerombolan kera-kera itu.

Mereka berharap bisa mempelajari kera spesies baru itu dari rekaman video. Salah satu turis itu keheranan, karena kera-kera itu tidak merasa terganggu meskipun aktivitasnya direkam. Primata itupun tidak menyerang atau merebut handycam. Bahkan kesannya, perkelahian mereka jadi lebih bersemangat lantaran tahu direkam. Seperti pada saat datang, pada saat pergi, kera- kera itupun menghilang secara misterius. Begitulah ulah jin, biasanya datang dan pergi secara misterius.

Semua kera itu terjun ke air dan tidak muncul- muncul lagi. Hal ini membuat Alberto terkesima dan bertanya-tanya. Baru keesokan harinya pertanyaan itu terjawab, karena rekaman video hanya menunjukkan sinar-sinar putih yang tidak beraturan. Mereka tidak menemukan gambar kera sama sekali. Makanya, kalau mau berkunjung ke sebuah tempat, jangan lupa berdo’a dan berlindung kepada Allah yang Maha Esa.

Dari berbagai sumber

Bentengi Rumah dengan Dzikir

Mengajar di berbagai kampus ternama, adalah aktifitas Ustadzah yang mendapatkan gelar Profesor pada bidang Hukum Islam dan Perbandingan di tahun 1997 ini. Di tengah kesibukannya tersebut, ia masih menyempatkan diri untuk hadir pada Konferensi Internasional Wanita Islam di Mesir pada pertengahan Maret 2006. Majalah Ghoib mewancarainya, untuk mengkaji lebih dalam mengenai upaya syetan dalam menghancurkan keharmonisan rumah tangga. Berikut petikannya.

 

Apa penyebab terjadinya perceraian pada pasangan suami istri?

Menurut saya sangat banyak penyebabnya. Misalnya karena ketidakcocokan. Hal ini terjadi karena masing-masing pihak tidak saling pengertian, atau tidak mau saling mengalah, ketika terjadi masalah. Muara semua itu adalah karena pengaruh syetan tentunya. Sifat tidak mau mengalah, itukan sifat iblis yang sombong. Kalau masing-masing pihak hanya menuruti hawa nafsunya saja, maka kita telah terjebak pada pengaruh syetan yang memang ingin menghancurkan keharmonisan sebuah keluarga.

 

Jadi campur tangan syetan pada pasangan yang bercerai sangatlah dominan?

Tentu saja. Hal ini telah dijelaskan di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 102. “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan- syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syetan-syetan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengerjakan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil (Babilonia) yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu, apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka tidak akan dapat memberi mudharat (keburukan) dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah…”.

Ayat ini berbicara tentang orang Yahudi yang mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan Sulaiman. Padahal mereka tahu bahwa yang demikian adalah salah. Mereka menuduh bahwa Nabi Sulaiman yang menghimpun kitab sihir dan menyimpan di bawah tahtanya, yang kemudian dikeluarkan dan disiarkan. Tuduhan seperti itu adalah sebuah pemalsuan yang dipengaruhi oleh hawa nafsu. Artinya sebuah perceraian yang terjadi jelas-jelas karena campur tangan syetan.

 

Apa penjelasan dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim tentang perbuatan yang terhebat yang dilakukan oleh syetan, adalah berhasil menggangu keharmonisan rumah tangga?

Hadits itukan berbunyi, “Sesungguhnya Iblis membangun singgahsananya di atas laut. Kemudian ia mengirim bala tentaranya (untuk menggoda manusia). Maka syetan yang paling dekat dengan Iblis adalah yang yang paling besar menciptakan fitnah (di antara manusia). Salah seorang syetan datang. “Saya telah melakukan ini dan itu,” katanya. “Kamu belum mengerjakan apa-apa.” jawab Iblis. Kemudian ada lagi yang datang. “Saya tidak meninggalkannya hingga la menceraikan istrinya.” Kemudian Iblis menyuruhnya mendekat seraya berkata, “Kamulah yang terhebat.”

Namanya syetan itukan selalu mencari gara- gara. Syetan tidak ingin, manusia hidup dalam suasana yang damai. Syetan ingin kita selalu bermasalah. Kenapa mencerai-beraikan sebuah ikatan keluarga dianggap pekerjaan terhebat, karena sebuah keluarga yang berantakan merupakan awal dari hancurnya masyarakat bahkan merusak peradaban manusia.

Pekerjaan syetan sangatlah rapi dan terencana. Syetan selalu mengawali dari yang terkecil dalam menggoda manusia. Ketika terjadi percekcokan antara suami istri. Syetan menghembuskan bisikan “Mengapa hanya kamu omelin saja.” Setelah nanti berhasil di omelin, Syetan berkata lagi, “Kenapa tidak kamu tempeleng atau bunuh saja istrimu.” Akhirnya jadi bertambah besar masalahnya. Lalu Iblis berkata sambil tertawa, “Wah banyak teman saya nih di neraka nanti.

 

Mengapa syetan berusaha menghancurkan sebuah keharmonisan rumah tangga?

Sebenarnya bukan hanya rumah tangga saja, tetapi pada semua sisi. Tujuannya adalah untuk menghancurkan manusia dan mencari teman yang sebanyak-banyaknya di neraka.

 

Gangguan apa lagi, selain lewat perceraian yang dilakukan syetan untuk menghancurkan keharmonisan rumah tangga?

Setiap orangtua yang mempunyai anak, disunnahkan untuk berdoa agar keturunannya dijauhkan dari syetan. Bahkan anak yang baru lahir diadzankan. Hal itu dimaksudkan, agar ucapan yang pertama kali didengarnya adalah Allah. Bukan bisikan syetan. Makanya sejak kecil, anak kita harus dibiasakan mendengarkan al-Qur’an, jangan lagu-lagu cinta dan sebagainya. Kalau tidak seperti ini, keharmonisan rumah tangga bisa terganggu karena disebabkan anak-anak yang durhaka kepada orangtuanya, atau kasus anak. anak yang terlibat penyalahgunaan narkoba dan seks bebas.

 

Keluarga yang seperti apa, yang mudah diganggu oleh syetan?

Tentu adalah keluarga yang di dalamnya tidak pernah melaksanakan shalat. Karena shalat itu kan mencegah perbuatan keji dan munkar. Perbuatan keji dan munkar itu tentunya di bawah pengaruh syetan. Orang yang melakukan sebuah kemaksiatan, pasti dipengaruhi syetan. Makanya kita memohon untuk senantiasa diberikan jalan yang benar atau jalan yang lurus oleh Allah Serta memohon perlindungan-Nya dari gangguan syetan yang terkutuk.

 

Sebuah keluarga bisa dikatakan sudah mapan dengan rumah dan mobil yang mewah, tetapi di dalamya tidak ada ketenangan. Apa yang menjadi penyebab terjadinya hal ini?

Ketidaktenangan ini sering disebabkan karena mereka tidak berdzikir kepada Allah. Padahal dzikir adalah kunci untuk menentramkan hati Dzikir yang dimaksud, bisa membaca al-Qur’an, shalat berjamaah dan lain sebagainya. Tipe keluarga seperti ini sangatlah banyak dijumpai di sekitar kita. Mereka sudah punya segalanya, mungkin hanya matahari dan bulan saja yang mereka belum punya, tetapi ketentraman tak kunjung datang. Mereka ini kurang qona’ah (merasa cukup), bahkan tidak mau menshadaqahkan sebagian hartanya untuk orang-orang yang kurang mampu.

 

Apa resepnya agar sebuah keluarga muslim tetap harmonis?

Yang pertama, kita harus kembali kepada ajaran agama (Islam). Yang paling dasar itu, jangan meninggalkan shalat. Kalau kita mengerjakan shalat, pasti selalu ingat Allah. Kalau kita selalu ingat Allah, jika ada yang menggoda kita maka kita memiliki benteng diri. Dan implementasi dari shalat itu, kita harus senantiasa melaksanakan semua perintah Allah dalam semua aktivitas kehidupan. Lebih dari itu, bahwa sebaik-baiknya bekal dalam mengarungi hidup yang penuh ujian ini adalah taqwa. Kemudian dalam pergaulan suami istri di rumah, jangan mengikuti hawa nafsu yang selalu dihembuskan syetan. Bersikaplah jujur serta saling memaafkan. Liputi rumah dengan suasana keterbukaan dan saling pengertian agar menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
Oleh : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA.
Guru Besar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Shalat Istikharah, Muncul Nama di Sajadah

Saya pernah shalat istikharah dan tahajjud. setelah puasa 7 Senin, 7 Kamis, 7 hari kelahiran. Di akhir rekaat saya dapati di sajadah tulisan sebuah nama, waktu saya sujud tulisan itu hilang, sudah lima tahun belum juga saya temukan nama itu. Bagaimana ini ustadz?

Dedeh, Mattel, Cibitung Jawa Barat
Bismillah wal Hamdulillah, shalat istikharah dan shalat tahajjud adalah bagian dari shalat yang telah diajarkan Rasulullah kepada umatnya. Jabir bin Abdullah berkata, “Rasulullah telah mengajari kami shalat Istikharah dalam setiap menghadapi perkara atau urusan, sebagaimana beliau mengajari kami membaca surat-surat al-Qur’an. Beliau bersabda, ‘Apabila kalian dibingungkan dalam suatu masalah, maka shalatlah dua rakaat yang bukan shalat fardhu…” (HR. Bukhari, no. 1096).
Sedangkan shalat tahajjud yang sering disebut dengan shalat malam, adalah shalat sunnah yang diserukan langsung oleh Allah melalui ayat- Nya, “Dan pada sebagian malam hari, shalatlah tahajjud sebagai suatu tambahan ibadah bagimu (sunnah). Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. al-Isra’: 79).
Karena shalat Istikharah dan shalat tahajjud merupakan shalat sunah yang diperintahkan, maka dalam pelaksanaannya kita harus mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Rasulullah bersabda, “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat saya shalat…” (HR. Bukhari, no. 595).
Tidak ada ritual khusus yang diajarkan oleh Rasulullah saat kita hendak melaksanakan shalat Istikharah atau Tahajjud. Pada umumnya, cara pelaksanaannya sama dengan shalat sunnah lainnya. Tidak didahului oleh puasa 7 Senin, 7 Kamis dan 7 hari kelahiran, sebagaimana yang Anda lakukan.
Tulisan nama yang Anda jumpai di sajadah pada rakaat terakhir adalah sensasi keghaiban yang dilakukan syetan. Agar Anda yakin bahwa apa yang dilakukan itu benar, padahal menyimpang dari sunnah. Dan sensasi keghaiban itulah yang menyibukkan pikiran Anda sampai sekarang. Anda mencari-cari nama itu, karena Anda yakin bahwa itu adalah petunjuk dari Allah. Nama itulah yang akan menjadi jodoh Anda. Padahal belum tentu itu petunjuk, tapi godaan syetan.
Seandainya nama yang muncul itu ‘Rijal’, misalnya. Di Indonesia ini ada berapa ribu banyaknya nama Rijal. Ada yang masih bayi atau balita, ada yang masih duduk di bangku TK, SD, SMP atau SMA. Ada yang sudah berkeluarga atau beristri, bahkan sudah beranak pinak atau bercucu. Bahkan ada yang gila. Rijal mana yang dimaksud oleh ‘petunjuk’ itu?
Kalau di wilayah rumah Anda ada satu Rijal dan dia masih TK, apakah Anda akan menunggunya? Karena Anda berpegang teguh pada ‘petunjuk tadi. Atau kalau dia sudah menjadi suami orang, apakah Anda akan merebutnya karena merasa dia itu hak Anda. Atau kalau ada pemuda yang bernama Rijal tapi ia tidak suka pada Anda, apakah Anda akan putus asa dan bunuh diri atas penolakannya?
Sampai sekarang Anda telah merasakan dampak buruk dari ‘petunjuk yang menyesatkan itu. Anda terus kepikiran dengan nama yang telah muncul di sajadah. Kalau Anda yakin akan kebenaran ‘petunjuk itu, mungkin Anda akan kehilangan kesempatan emas. Kalau sekarang ada pemuda yang shalih, datang meminang Anda. Apakah Anda akan menolaknya karena namanya tidak sesuai dengan nama tersebut?
Shalat Istikharah dianjurkan oleh Rasulullah bukan untuk meminta jodoh atau mengetahui nama jodoh yang akan diberikan oleh Allah Istikharah itu mencari yang terbaik. Tidak hanya urusan jodoh. Setiap kita menghadapi suatu perkara, menentukan pilihan, yang membuat kita ragu atau bimbang, maka kita dianjurkan untuk shalat dua rakaat lalu berdo’a kepada Allah, memohon agar diberikan yang terbaik dari pilihan yang ada. Sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits di atas, yang berasal dari Jabir bin Abdullah.
Dalam kitab Fiqh dijelaskan bahwa, dianjurkan bagi orang yang shalat Istikharah untuk membaca surat al-Kafirun di rakaat pertama, dan membaca surat al-Ikhlas di rakaat kedua. Kalau sekali shalat, kok belum tampak hasilnya maka dianjurkan untuk mengulanginya sampai tujuh kali. Sebagaimana yang dipesankan Rasulullah kepada Anas bin Malik, “Wahai Anas, apabila kamu dihadapkan pada suatu perkara, maka beristikharahlah kamu kepada Tuhan-Mu sebanyak tujuh kali. Lalu rasakan mana yang mantap di hatimu, karena kebaikan itu ada padanya. Kalau kamu berhalangan untuk shalat, maka istikharahlah dengan berdo’a.” (HR. Ibnus Sunni). (Lihat kitab al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu: 2/ 1065).
Kalau Anda menginginkan sesuatu, termasuk mengharapkan agar Allah segera mempertemukan Anda dengan jodoh yang telah Dia tentukan, maka bukan dengan shalat Istikharah, tapi dengan shalat Hajat. Dan kalau pada suatu saat, ada beberapa laki-laki yang baik, datang ke rumah untuk meminang Anda dalam waktu yang hampir bersamaan, maka Anda bisa melakukan shalat Istikharah untuk memohon kepada Allah agar dipilihkan yang terbaik di antara mereka.
Adapun shalat Hajat itu dilaksanakan sebanyak empat rakaat, atau dua rakaat setelah shalat Isya’. Dalam sebuah hadits marfu’ dijelaskan bahwa pada rakaat pertama dianjurkan untuk membaca ayat Kursi. Dan pada rakaat kedua membaca surat al-Ikhlas dan al-Mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Nas). (Lihat kitab al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu: 2/1066).
Abdullah bin Abi Aufa berkata, “Rasulullah telah bersabda, ‘Siapa saja yang mempunya hajat (keperluan) kepada Allah, atau hajat kepada seseorang dari bani Adam, maka hendaklah la berwudhu dan menyempurnakan wudhunya. Kemudian shalat dua rakaat. Setelah itu memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullah. Selanjutnya berdo’a kepada Allah.”
Adapun lafazh do’anya, “La ilaha illallahul halimul karim, subhanallahil rabbil ‘arsyil ‘azhim, alhamdulillahi rabbil ‘alamin. As-aluka mujibati rahmatika, wa ‘aza-ima maghfiratika, wal ghanimata min kulli birrin, was salamata min kulli itsmin Latada li dzanban illa ghafartahu, wa la hamman illa farrajtahu, wa la hajatan hiya laka ridhan illa qadhaitaha ya arhamar rahimin.”
Yang artinya, “Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Santun dan Mulia, Maha Suci Allah Penguasa ‘arsy yang agung. Segala puji bagi Allah Penguasa alam semesta. Aku memohon kepada- Mu segala hal yang mendatangkan rahmat-Mu, dan yang benar-benar mendatangkan ampunan- Mu, dan yang mengumpulkan segala jenis kebaikan, dan menghindarkan dari segala jenis dosa dan keburukan. Janganlah Engkau biarkan dosa (ku) kecuali Engkau telah mengampuninya. Dan jangan Engkau biarkan kesedihan (ku) kecuali Engkau telah menghilangkannya, dan jangan Engkau biarkan suatu hajat (keperluan) yang Engkau ridhai, kecuali Engkau mengabulkannya, wahai Dzat yang paling Penyayang.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Semoga segala keperluan (hajat) kita yang mengandung kebaikan dan diridahi oleh Allah segera dikabulkan-Nya, amin. Wallahu a’lam.
Oleh : Ustadz Hasan Bishri, Lc

Pertarungan Dua Kutub

Rancangan Undang-Undang Antipornografi dan Pornoaksı, terus mendapatkan sorotan tajam dari masyarakat luas. Di tengah pembahasan DIM (Daftar Inventaris Masalah) II RUU sedang berlangsung, masukan dan masyarakat terus mengalir, baik yang mendukung maupun yang menolak RUU tersebut segera disyahkan. Naifnya, RUU ini, oleh beberapa pihak telah dibelokkan pada isu Islamisasi atau Integrasi.

Padahal RUU tersebut tidak mengatur sepenuhnya penutupan aurat seperti yang Allah perintahkan dalam al-Qur’an. Dan hanya mengatur norma umum ketimuran. Sebuah daerah juga telah menyatakan akan memisahkan diri, jika RUU ini segera disahkan. Pernyataan semacam ini harusnya ditanggapi serius oleh pihak berwenang, karena bisa dikatagorikan sebagai tindakan makar terhadap kedaulatan NKRI.

Berbagai usaha telah dilakukan oleh para pelaku seni, untuk dapat membendung RUU, yang dianggap akan membatasi kebebasan berekspresi mereka. Dari mulai aksı demonstrasi sampai pencitraan opini publik. Bahkan ada pelaku seni yang mengadu kepada staff khusus bidang Komunikasi Politik Presiden di Jakarta. Menurut pelaku seni itu, RUU ini tidak menyelesaikan masalah. “Ibarat menghilangkan Bau Jengkol dengan Petai” kata mereka.

Buat orang-orang yang masih memiliki nilai keimanan, gerakan pornografi adalah musuh umat manusia beradab. Sehingga selama ini selalu ada upaya agar manusia yang masih bertelanjang, yang selama ini dikategorikan sebagai kelompok primitif, diberikan pakaian untuk menutup tubuh mereka. Anehnya, sebagian argumentasi penolakan RUU APP justru berorientasi kepada primitifisme.

Lebih dari itu, para penganut paham liberal meyakini bahwa ‘kebebasan’ adalah ideologi dan agama. Kebebasan, menurut mereka adalah keimanan yang tidak boleh diganggu gugat. Karena itu mereka menolak berbagai pembatasan, baik dalam hal agama atau pakaian. Kata mereka, itu wilayah privası yang tidak boleh dicampurtangani oleh negara. Maka mereka pun berteriak. “Biarkan kami berperilaku dan berpakaian semau kami, ini urusan kami! Bukan urusan kalian! Bukan urusan negara! Negara haram mengatur wilayah privası!” Itulah logika terbalik dan keimanan kaum pemuja kebebasan dan pengumbar syahwat.

Sejak jaman duhulu, memang selalu ada penentang konsep-konsep ketuhanan yang dibawa oleh para Nabı, utusan Allah. Kaum Nabi Luth, sebelum diazab oleh Allah, juga mengejek dan menertawakan larangan Nabı Luth terhadap praktik homoseksual. Bahkan, akhirnya Nabi Luth sendiri mereka sudutkan. Kaum Namrud malah membakar dan mengusir Ibrahim as. Jadi, jangan heran jika sampai sekarang masih banyak manusia yang menentang dan menertawakan ajaran para Nabi. Bahkan, seringkali, para penentang ajaran Nabi itu adalah kaum cendekiawan yang menggunakan pandai bermain kata-kata dengan tujuan mengelabuhi dan menyesatkan umat masyarakatnya sendiri.

Sampai pada titik ini, dapat kita simpuikan bahwa pro-kontra seputar pornografi / pornoaksi lebih merupakan pertarungan antara dua kutub (antara kutub yang haq dan yang bathil). Pandangan hidup dalam mewujudkan tatanan sosial sesuai dengan basis nilai masing-masing. Di satu sisi ada umat Islam yang menginginkan terbangunnya tatanan masyarakat yang Islami, dan di sisi lain ada kelompok humanis – sekularis – liberalis yang memperjuangkan terwujudnya masyarakat sekuler di negeri tercinta ini.

Memang, pertarungan antara yang haq dan yang bathil akan terus berkecamuk sampai harı kamat kelak. Sekarang tergantung kita, di kelompok mana kita akan memposisikan diri. Masing- masing ada balasannya. (QS Az-Zalzalah 7-8).

Al-Kayyis

TIDAK BANYAK yang hidup menjadi seorang visioner. Berfikir jauh ke depan untuk rencana apapun. Rencana kebesaran dan kemakmuran dirinya, orang lain bahkan bumi ini. Dan memang hanya sedikit yang mampu melakukannya. Maka, orang seperti ini menjadi mahal di masyarakatnya.

Yang banyak adalah mereka yang hidup pragmatis. Yang penting apa yang ada di depannya. Yang penting hari ini bisa mengais sesuatu. Yang membuat kebijakan hanya untuk menyiapkan matras empuk tempat dia jatuh nanti. Yang membuat peraturan hanya untuk melepaskan diri dari masalah yang sudah dia perkirakan kelak akan melibatnya.

Mengamati hadits nabi berikut, kita akan menjumpai bahwa modal besar untuk menjadi visioner adalah iman. “Orang yang cerdas adalah mereka yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematian.” (HR. Hakim, Askari dan Quda’i dari hadits Ibnu Mubarak).

Dan bandingkan dengan pilihan orang-orang berdosa ketika menenggak segelas bir atau menelan sebutir pil haram atau menyuntik dan menghisap narkoba. Serta mereka yang mengadu nasib lewat judi, “Katakanlah: Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.” (QS. al-Baqarah: 219).

Sangat berbeda. Orang dengan imannya, menjadi seseorang yang visioner. Memandang jauh tempatnya kelak di hari kehidupan yang tidak ada kematian setelahnya. Padahal hari itu masih sangat-sangat jauh untuk ukuran manusia hari ini. Hitung saja. Dia mungkin masih punya umur puluhan tahun, kemudian alam kubur yang entah ratusan, ribuan atau jutaan tahun lagi hingga kiamat, selanjutnya hari perhitungan amal yang seharinya waktu itu sama dengan lima puluh ribu tahun hari ini, sementara antrian sangat panjang dari jin dan manusia, setelah pembagian catatan amal, mizan (timbangan amal), mendatangi telaga, shirat yang harus dilalui, jembatan terakhir untuk menyelesaikan seluruh tanggungan yang belum selesai sesama mukmin di dunia. Baru setelah itu semua, sebelah kaki ini mulai menapak di surga. Sejauh itulah daya jangkau pikiran orang beriman. Sangat jauh. Ya, begitu visioner.

Sementara pendosa lebih suka menikmati manfaat sesaat judi dan narkoba, kesenangan semu daripada memperhatikan dosa yang lebih besar dari manfaatnya. Pikirannya picik. Daya jangkaunya amat pendek. Hidup tanpa visi yang jelas.

Jadi, iman lah yang mampu membentuk gaya hidup dan cara berpikir orang untuk menjadi seseorang yang visioner. Iman adalah modal besar untuk daya pandang jauh ke depan.

Seperti saat Rasul dan para shahabat sedang kelaparan dan kedinginan serta ketakutan karena dikepung 10.000 ribu pasukan musuh di perang Khandaq tahun ke-5 H. Suasana boleh tidak menguntungkan waktu itu, harapan dengan hitungan matematika manusia bisa dibilang kecil untuk bisa bangkit, tetapi Rasullah mengajarkan kepada kita tentang visi yang kenal kata pudar apalagi padam. Saat Rasulullah membelah batu dan percikan api besar tiga kali menyala, saat itu Rasullah berkata, “Diperlihatkan padaku Romawi …. Persia… Sana’a, kuncinya jatuh ke tangan kalian.” Dan tidak satu pun penaklukan tiga negara itu yang selesai di zaman Rasulullah. Visioner dengan iman.

Inilah salah satu kedahsyatan iman jika benar telah terhunjam dalam hati. Dan inilah cerminan al-Kayyis (Orang cerdas) yang disebut Rasulullah.

QAZMAN, TERMASUK PENGHUNI NERAKA

هَذَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ

“Orang ini termasuk penghuni neraka.”

 

Tingkatan Hadits

Hadits ini berstatus Shahih, sebagaimana telah disepakati oleh Asy Syaikhani. Dikeluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahihnya, dimana ia berkata; telah meriwayatkan kepada kami Abu Al Yamin; telah memberitakan kepada kami Syu’aib dari Az Zuhri; telah meriwayatkan kepadaku Muhammad bin Ghailan; telah meriwayatkan kepada kami ‘Abdurrazaq; telah memberitakan kepadaku Ma’mar dari Az Zuhri, dari Ibn Al Musayyib, dari Abi Hurairah RA. la berkata; kami pernah menyaksikan bersama Rasulullah, dimana beliau bersabda tentang seorang laki-laki di antara orang yang mengaku Islam, seperti yang tertulis di atas.

Maka tatkala peperangan berlangsung, laki-laki itu pun berperang dengan hebatnya, sampai dirinya terluka. Kemudian ada yang bilang: wahai Rasulullah, orang yang engkau katakan bahwa ia termasuk penghuni neraka, ternyata hari ini ia berperang dengan gagah berani, dan ia telah gugur. Rasulullah berkomentar singkat: “la tetap akan masuk neraka.” Abi Hurairah menambahkan; bahwa hampir saja sebagian orang menjadi ragu karenanya. Akan tetapi, selagi mereka dalam keadaan demikian, tiba-tiba ada yang berkata: “Laki-laki tersebut belum mati, akan tetapi ia tengah menderita luka-luka yang cukup parah, dan ketika malam tiba ar la hilang kesabarannya dalam menahan c sakit karena lukanya itu. Sehingga ia pana menusuk dirinya sendiri (bunuh diri).”

Dan kejadian itu diberitahukan kepada  Rasulullah, beliau berucap: “Allahu Akbar, Aku bersaksi bahwa diriku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya.” Lalu Rasulullah memerintahkan kepada Bilal supaya berseru kepada orang banyak: “Bahwa tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang muslim (berserah diri), dan .bahwasanya Allah akan mengukuhkan agama-Nya, sekalipun melalui orang yang durhaka.”

 

Kenyataan Dari Yang Dinubuwwatkan

Benarlah Rasulullah, bahwa laki-laki yang beliau nubuwwatkan akan menjadi penghuni neraka. Karena ia telah melakukan perbuatan bunuh diri dengan pedangnya sendiri. Lantaran tidak sabar dan tidak kuat menahan rasa sakit akibat luka-luka yang mengenal dirinya. Hal demikian disebabkan karena ia tidak pernah mengharapkan pahala dari sisi Allah. Dan sebagiamana dikutip oleh Imam Nawawi dari Imam Khatib Al-Baghdadi, bahwa nama laki-laki itu adalah Qazman, dan dia memang termasuk kelompok orang-orang munafiq.

Sungai Nanah

Sungai nanah? Mungkin Anda terperanjat ketika ditanya keberadaannya. Tanpa pikir panjang muncul keluar jawaban bahwa sungai itu tidak ada. Pasalnya, yang disebut dengan sungai berarti ia merupakan sekumpulan air yang mengalir dalam jumlah byang banyak. Aliran air itu pun bertahan cukup lama.

Sedang yang dinamakan dengan nanah adalah cairan yang keluar dari tubuh yang terluka. Hasil dari pertempuran darah putih dengan kuman atau bakteri yang berada di daerah terluka. Bila kemudian dua gambaran ini disatukan, berarti sungai nanah adalah sungai  dengan aliran nanah yang sedemikian banyak. Jelas tidak akan pernah ditemukan.

Tapi tunggu dulu. Sesungguhnya sungai nanah itu memang ada. Keberadaannya nyata dan memang sungai itu berisi nanah. Bukan air biasa. Hanya saja, sungai nanah itu tidak ada di dunia. la adalah sungai yang berada di neraka.

Neraka. Itulah tempatnya. Sumber mata air sungai ini adalah tubuh-tubuh penghuni neraka sendiri yang terbakar oleh panasnya neraka. Jumlah mereka yang sedemikian banyak serta didukung oleh bentuk tubuh mereka yang tinggi besar maka sungai neraka menjadi aliran sungai tersendiri di neraka.

Jangan lagi ditanya bagaimana baunya, karena sumbernya saja neraka. Tajamnya bau aliran sungai di beberapa titik di Jakarta tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sungai neraka.

Ironisnya, sungai nanah bukan sekadar sebagai muara nanah-nanah penghuni neraka, tapi sungai ini juga berperan sebagai sumber air minum bagi sebagian penghuni neraka.

Dalam beberapa hadits disebutkan secara khusus siapa penghuni neraka yang akan meminumnya. Dialah para peminum minuman keras. Orang-orang yang keras kepala. Orang- orang yang tahu bahwa minuman keras itu terlarang, lalu dia bertobat. Tapi karena suatu peristiwa yang mengguncang jiwanya, ia kembali terbawa arus dan menenggak minuman keras untuk kedua kalinya.

la pun kembali bertobat. Masalahnya, ia tidak benar-benar bertaubat. la hanya bertaubat sambal. la pun mengulang minum khamr untuk ketiga dan keempat kalinya. Bila sudah empat kali bertaubat lalu mengulang kesalahan yang sama, maka sungai nanah akan menjadi ganjaran yang setimpal untuknya.

la akan merasakan betapa menjijikkannya minuman itu. Abdullah bin Umar mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa meminum khamr (minuman keras), maka Allah tidak menerima shalatnya selama empat puluh hari. Bila ia bertaubat, Allah menerima taubatnya. Dan jika ia kembali mengulang minum khamr, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari. Bila ia bertaubat, Allah menerima taubatnya. Jika mengulang minum khamr, maka Allah tidak menerima shalatnya selama empat puluh hari. bila ia bertaubat, Allah menerima taubatnya. Tapi bila ia mengulanginya untuk yang keempat kali, maka Allah tidak menerima shalatnya selama empat puluh hari. dan bila ia bertaubat, Allah tidak menerima taubatnya. Allah akan memberinya minum dari sungai Khabal. Dikatakan, wahai Abu Abdul Rahman, apakah sungai Khabal itu? la menjawab sungai yang bersumber dari nanah-nanah penghuni neraka.” (HR. Tirmidzi) Tirmidzi menyebut hadits ini hadits hasan. Hadits tentang sungai nanah, juga diriwayatkan imam Ahmad dalam musnadnya.

Karena itu, hentikan minum khamr sebelum diganti Allah dengan sungai nanah.

Kenikmatan Abadi

“Apa yang ada di sisimu akan lenyap,” firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 96 ini memberikan gambaran yang jelas tentang kehidupan dunia. Bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Semuanya bersifat sementara. Berbagai kenikmatan yang ada merupakan titipan Allah semata. Suatu saat akan diambil kembali.

Jabatan dan kekuasaan yang dimiliki seseorang hanya dalam hitungan tahun akan berakhir. Jataban sebagai kepala negara di negara kita misalnya, maksimal hanya bisa digenggam seseorang selama sepuluh tahun. Itu pun bila ia terpilih kembali untuk kali kedua. Dan tidak dilengserkan dari jabatannya sebelum berakhir.

Bila memang tidak ada jabatan yang abadi, mengapa seorang muslim tidak memanfaatkan jabatannya untuk menunjukkan baktinya kepada Allah? Salah bila ada yang beranggapan bahwa urusan akhirat itu adalah urusan nanti setelah pensiun.

Justru di saat seseorang memegang kekuasaan ia memiliki kewajiban lebih besar untuk menegakkan kebenaran dan menghancurkan kemungkaran. Karena di tangannya ada kewenangan untuk melaksanakannya.

Gambaran kefanaan dunia banyak disebutkan di dalam al-Qur’an. Bahwa kemudian Allah mengumpamakan kehidupan dunia bagaikan air hujan yang turun dari langit. Tetesan-tetesan air yang menyuburkan tanah dan memberi kesempatan kepada biji-bijian untuk tumbuh kembali. Terus membesar dengan daunnya yang rindang. Daun yang mengering dan berguguran di terpa angin. Demikian pula pohon yang tinggi menjulang seiring perjalanan waktu akan mati dimakan usia. Batangnya kering dan roboh terkapar. Begitulah memang kehidupan dunia. Ada permulaan pasti ada akhirnya.

Perumpamaan semacam ini banyak ditemukan di dalam al-Qur’an. Seperti tersebut dalam surat al-Kahfi ayat 45-46. “Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Tidak perlu mendewakan dunia yang fana. Ambil apa yang seharusnya diambil dan tinggalkan apa yang tidak bermanfaat untuk akhirat. Karena itu dalam kelanjutan ayat di atas Allah berfirman, “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan, tetapi amalan- amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”

Harta dan anak-anak hanyalah perhiasan semata. Tidak ubahnya seperti nikmat yang lain, yang akan ada masanya. Karena itu jadikan keduanya sebagai jembatan menuju kebahagiaan akhirat. Bukan sebagai tujuan utama dan akhir perjalanan seseorang.

Tetapi amalan-amalan shalih yang mengantarkan ke gerbang kebahagiaan hakiki itu yang seharusnya menjadi tumpuan utama. Jangan terlena oleh sesuatu yang bersifat parsial dan mengesampingkan inti masalah. Keabadian surgalah yang layak berada dalam angan-angan kita. Nikmat yang tidak pernah berakhir. Meski ada permulaan tapi tiada berakhir.

Perhatikanlah firman Allah dalam surat Shaad ayat 54, “Sesungguhnya ini adalah benar- benar rizki dari Kami yang tiada habis- habisnya.” Dan “Buahnya tak henti-hentinya, sedang naungannya (begitu pula).” (QS. Ar-Ra’d: 35)

Tunggu apa lagi?

Adakah Waktu Tertentu untuk Meruqyah?

Assalam ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sebelumnya saya mohon maaf, mengganggu kesibukan bapak ustadz dalam menjalankan tugas sehari-hari. Begini pak ustadz, saya mempunyai beberapa pertanyaan yang masih mengganjal di hati, yaitu:

  1. Saudara saya setahun belakangan ini terlihat suka diam, ngelamun dan menyendiri, bahkan sebulan terakhir suka ngomong sendiri. Apakah ini bagaian dari gangguan, bagaimana mengatasinya, bisakah dia sembuh total?
  1. Bagaimana kalau kita di masyarakat dianggap bisa meruqyah, dan ketika ada yang sedang kesurupan, kita yang diminta untuk meruqyahnya, padahal kita sedang bekerja melakukan aktifitas harian kita?
  1. Apakah kita boleh mempercayai perkataan jin yang bisa diajak dialog, terutama karena sebagian pasien dan keluarga ada keinginan untuk mengetahui siapa yang melakukannya?
  1. Apakah melakukan ruqyah itu pada waktu- waktu tertentu, atau boleh kapan saja. Dan kapan saja waktu-waktu yang mustajab untuk memanjatkan do’a?

Assalam ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Abdillah, Jakarta

 

Wa’alaikum salam warahmatullah wabarakatuh 

Saudara Abdillah dan seluruh pembaca, semoga selalu dalam lindungan Allah. Syekh Wahid Abdus Salam Bali menyebutkan bahwa salah satu sebab masuknya jin terhadap manusia adalah karena lalai, tidak berdzikir kepada Allah. Allah berfirman:” Barang siapa yang berpaling dari dzikir kepada Allah, maka Kami akan jadikan baginya syetan (yang menyesatkan). Dan syetan itulah yang akan menjadi teman yang selalu menyertainya.” (QS.az Zukhruf: 36).

Orang yang berdiam diri, melamun itu biasanya lalai tidak berdzikir kepada Allah dan itu menjadi santapan empuk syetan, dan memberi peluang untuk merasukinya. Jika kondisi itu berlangsung terus menerus dan menjadi kebiasaan, maka dia akan dikuasai syetan dan akan semakin parah kondisinya. Dari yang tadinya jarang melamun, menjadi sering. Lalu ia merasa mendapatkan bisikan, seperti ada yang mengajak berbicara, akhirnya ia ngomong sendiri kemudian senyum-senyum sendiri.

Dalam kondisi seperti itu, dibutuhkan kesabaran dan kesungguhan dari orang dekatnya; ayah, ibu saudara atau teman dekatnya. Mereka bisa membantu untuk diajak komunikasi sehingga mau diobati. Jangan sebaliknya, malah dijauhi atau dikucilkan. Mengajaknya untuk shalat, mengaji atau menyibukkannya dengan aktifitas yang bermanfaat. 

Setiap penyakit pasti ada obatnya. Dan obat itu tidak datang begitu saja, kita harus berusaha mencarinya. Berkonsultasi ke psikiater, psikolog atau dokter jiwa yang bisa diminta solusinya. Termasuk dengan melakukan terapi ruqyah syar’iyyah, memohon kepada Allah agar kondisinya segera dipulihkan kembali. Nabi bersabda, “Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali juga menurunkan obatnya.” (HR. Bukhari).

Saudara Abdillah dan seluruh pembaca, semoga selalu dalam lindungan Allah. Bagi saudaraku yang sedang melakukan terapi ruqyah sebaiknya tidak terjebak pada kemauan pasien atau keluarganya, yang ingin tahu siapa pelakunya melalui ocehan jin itu. Bahkan luruskanlah pemahaman yang salah itu. Katakanlah bahwa yang penting si pasien sembuh dan bebas dari gangguan. Jangan sampai menjadi korban fitnah jin yang merasuki si pasien. Jin itu biasanya berdusta. Dan jika ada orang yang berbuat zhalim, serahkan kepada Allah. Dia yang akan membalasnya. Dan hukuman Allah itu lebih pedih dari pada hukuman kita.

Saudara Abdillah dan seluruh pembaca, semoga selalu dalam lindungan Allah. Sudah semestinya setiap kita kaum muslimin mampu menghadapi gangguan, baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain. Masalah besar yang dihadapi ummat islam sekarang ini adalah masalah kebodohan, tidak mau belajar meningkatkan keilmuannya, termasuk dalam hal menghadapi gangguan jin. Kalau saja mereka mau belajar, tentu akan bisa. Sehingga hidup kita tidak bergantung kepada orang lain.

Dan jika kita bisa dan ada kesempatan, maka sebaiknya kita membantunya dengan ilmu yang kita miliki. Nabi bersabda: “Barang siapa yang mampu memberikan manfaat kepada saudaranya (dengan ruqyah, pen.) hendaklah ia melakukannya.” (HR. Muslim). Dan jika di antara kita banyak yang mampu untuk melakukan terapi ruqyah, maka pekerjaan tetap Anda tidak akan terganggu. Karena yang lainnya juga sudah siap membantu. Makanya belajarlah tentang ruqyah, insya Allah akan bermanfaat untuk pribadi atau orang lain.

Adapun waktu untuk melakukan ruqyah itu tidak ada waktu tertentu, kapan saja bisa dilakukannya. Kecuali ruqyah mandiri untuk penjagaan, ada do’a-do’a yang bacaannya di waktu tertentu, seperti do’a di pagi dan sore hari.

Dan doa’ mempunyai kedudukan yang sangat tinggi disisi Allah, do’a seorang muslim akan dikabulkan jika terdapat sebab- sebab terkabulnya do’a, dan tidak ada penghalangnya. Nabi bersabda: “Tidaklah seorang muslim berdoa sedang ia tidak melakukan dosa dan tidak memutus tali persaudaraan, kecuali Allah berikan padanya satu dari tiga hal; disegerakan apa yang dimintanya, atau ditabung untuknya di akhirat. Atau Allah palingkan darinya keburukan yang akan menimpanya yang sekelas dengan yang diminta. Mereka berkata: “Bagaimana kalau kita perbanyak do’a, Nabi menjawab: Allah lebih banyak pemberiannya.” (HR. Ahamad dan Tirmidzi).

Di antara waktu-waktu yang mustajab: sepertiga akhir malam, antara adzan dan iqamah, setelah berwudhu, waktu sujud, setiap selesai shalat. Dan ada dua hal yang harus diperhatikan ketika kita memanjatkan doa kepada Allah. Pertama, berdo’alah kepada Allah dan kamu yakin Allah pasti mengabulkan doa kita. Kedua Tidak tergesa- gesa untuk segera dikabulkan. Jika kamu berdo’a kepada Allah dan Allah belum mengabulkannya, kemudian kamu putus asa, tidak berdoa lagi, itu namanya kamu tergesa- gesa.” Wallahu a’lam bis shawab..
Oleh : Ustadz Akhmad Sadzali, Lc
HUBUNGI ADMIN