Saat memasuki komplek Pondok Pesantren Darurrohman, Parung. Bogor. Terlihat barisan gedung yang belum rampung, sedang dibangun oleh para tukang, yang bekerja dengan semangat, di bawah derasnya guyuran hujan. Majalah Ghoib datang dan menemui KH. Syukron Makmun, untuk mengetahui lebih dalam tentang fenomena musibah yang sering menerpa bangsa kita ini. Kyai yang masa kecilnya belajar membaca al-Qur’an dan kitab Safinah, langsung dari ibunda tercintanya ini, menjelaskan secara gamblang tentang bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi musibah. Berikut petikannya:
Pak Kyai, apa hikmah yang bisa kita ambil dari rentetan musibah yang menimpa bangsa kita, terutama musibah gempa dan gelombang tsunami di Nangroe Aceh Darussalam?
Begini ya, kita sudah ikut merasakan musibah musibah yang beruntun pada saat ini. Sementara musibah yang satu belum selesai sudah disusul dengan musibah baru sampai ke Nangroe Aceh Darusallam dan sekitarnya. Karena korban yang begitu banyak, maka presiden menyebut musibah ini sebagai “Musibah Nasional. Jadi kalau sudah musibah nasional maka menurut agama berarti sudah dosa nasional.” Bukan dosa lokal lagi, tapi sudah dosa kita semua.
Cuma saya menyayangkan kepada para ilmuwan, karena mereka tidak mau mengaitkan musibah yang terjadi ini, dengan perbuatan manusia. Karena menurut analisa mereka secara ilmiah, ini adalah evolusi alam biasa saja. Karena lempengan-lempengan yang tubrukan di bawah laut, sehingga menimbulkan getaran, jadi menurut mereka ini tidak ada hubungannya dengan perbuatan dosa manusia.
Terjadinya angin beliung, karena di samudera Hindia tekanan udaranya sangat rendah, sehingga seolah-olah angin dari khatulistiwa sebelah utara ini, seperti terjun ke selatan, akhirnya terjadilah gempa. Tetapi apakah mereka tidak merasa bahwa setiap kejadian di muka bumi, tidak terlepas dari kehendak Allah? Kehendak Allah tersebut, bertujuan untuk menegur perbuatan dosa manusia. Teguran Allah kepada manusia sudah banyak dicontohkan pada kaum terdahulu, Seperti jaman Nabi Hud, jamannya kaum Ad, jamannya Nabi Luth.
Mengutip Ayat al-Qur’an Surat Ar Ruum ayat 41. “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar.”
Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan agar musibah demi musibah ini tidak terjadi terus menerus?
Dengan banyaknya musibah yang menimpa bangsa ini, seharusnya seluruh komponen anak bangsa mengintrospeksi diri, karena ini merupakan musibah nasional, Pertama yang harus dikoreksi adalah para ulama. Apakah para ulama yang sekarang sering berfatwa, berdasarkan al-Qur’an dan hadits ataukah al-Qur’an dan Hadist sudah ditafsirkan oleh para ulama mengikuti kepentingannya, baik kepentingan politik, maupun kepentingan duit atau kepentingan hawa nafsunya. Saatnya sekarang ini, ulama kembali kepada kepentingan Allah dan tetap selalu memperjuangkan syariat Islam, tanpa kepentingan dunia. Kalau para ulama tersebut tidak lagi memperjuangkan Syariat Allah, silahkan berhenti saja jadi ulama.
Yang kedua, yang harus dikoreksi adalah Pemerintahnya. Apa benar pemerintah ini, untuk amar ma’ruf nahi munkar? Apa benar pemerintah itu sudah menegakkan keadilan dan kesejahteraan rakyat? Di mana tujuan kita bernegara adalah untuk menjamin ketentraman, keadilan, dan keamanan. Bagaimana rakyat bisa nyenyak tidur tanpa rasa takut. Bagaimana rakyat bisa tercukupi kebutuhan makannya. Ini merupakan tugas pemerintah yang harus dikoreksi. Kemudian juga, apakah jabatan yang mereka miliki hanya untuk kepentingan pribadi saja. Mumpung jadi pejabat, dengan menumpuk kekayaan di atas kepentingan rakyat? Apa betul pejabat telah berlaku adil dalam hukum. Sehingga bukan hanya koruptor- koruptor kelas teri saja yang ditangkap, tapi sudahkah mereka berani menangkap para koruptor kelas kakap yang telah menggasak uang rakyat? Inilah introspeksi yang harus diingat oleh pemerintah. Kita semua sudah seharusnya bertaubat di rumah masing-masing, dengan mencucurkan air mata, mohon ampun pada Allah.
Kemudian yang terakhir yang harus taubat adalah rakyat. Mari seluruh rakyat Indonesia, kita semua, bertaubat. Karena sekarang bentuk kejahatan sudah melampui batas-batas binatang. Yang namanya pembunuhan, pemerkosaan, perzinahan, pelacuran, perjudian, mabuk- mabukan sudah di luar batas-batas kemanusiaan. Jadi kalau sekarang Allah memberi peringatan, berarti bangsa kita masih dicintai Allah, Kalau Allah tidak mencintai kita, mungkin kita tidak diberi peringatan seperti ini, tapi nanti langsung dilemparkan ke neraka saja.
Musibah ini juga menimpa orang-orang yang tidak berdosa, bagaimana menjelaskan logika ini?
Al-Qur’an dalam Surat Al-Anfal ayat 28 sudah menjelaskan hal tersebut,” Dan peliharah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” Jadi orang-orang yang sholeh pun juga terkena musibah tersebut. Karena terkadang orang-orang sholeh yang berada di dalam lingkungan tersebut. tidak menjalankan amar ma’ruf nahi munkar. Mengapa mereka hanya sujud dengan khusu’nya sambil memutar tasbih untuk berdzikir di dalam masjid tanpa mempedulikan kemaksiatan merajalela di sekitarnya.
Bagimana sikap orang-orang beriman dalam menghadapi Musibah seperti waktu sekarang ini?