Siapakah Tuyul Itu?

  1. Apakah hakikat tuyul itu, apakah tuyul itu jin dan apakah jin itu bisa memindah dan mengambil barang, bagaimana cara membentengi rumah dari gangguan syetan?
  1. Katanya, kalau kita mau masuk rumah yang kosong sekalipun harus mengucapkan salam, apakah betul yang demikian ini? Dan kepada siapakah salam itu kita tujukan? Apakah ada dalilnya?
  1. Ketika saya pernah melihat orang yang diruqyah itu muntah-muntah, tapi ketika saudara saya mengikuti ruqyah kok tidak muntah, itu bagaimana ustadz, mohon penjelasannya?
  1. Bagaimana dengan orang yang bisa menebak dengan mengatakan: “Kamu itu ada yang mengikuti, ditubuhmu ada jin muslim.” Padahal dia hanya melihat, belum dipegang atau dibacakan.

Abdul Hadi, Bumi Allah

 

Saudara Abdul Hadi, seluruh pembaca  semoga selalu dalam lindungan Allah. Tuyul adalah istilah yang dikenal di masyarakat yang identik dengan makhluk halus yang tidak terlihat, yang suka mencuri uang atau mengambil barang orang. Dari pemahaman itu berarti tuyul bukanlah dari golongan manusia. Tetapi dari golongan jin. Sehingga tuyul tidak lain adalah jin yang dengan sihir yang dilakukannya berubah dari wujud aslinya. Kemudian atas keinginan sendiri atau orang lain, melakukan gangguan maupun memfitnahseseorang dengan mengambil barang, memindahkan maupun menggerakkannya. Pencurian uang yang tejadi sekarang bukanlah hal yang baru seperti beberapa pengaduan yang ditujukan kepada redaksi maupun Tim ruqyah Majalah Ghoib. Akan tetapi dahulu pada zaman Rasulullah pun pernah terjadi pencurian oleh jin terhadap harta zakat, seperti yang diceritakan oleh Abu Hurairah seorang sahabat yang menjaga harta zakat kaum muslimin itu kepada Rasulullah (HR: Bukhari). Adapun cara membentengi rumah dari gangguan syetan adalah dengan cara:

Membaca surat al-Baqarah, mengumandangkan adzan, melakukan sebagaian shalat sunnah. Untuk mengetahui masalah ini Anda bisa membuka kembali Majalah Ghoib edisi 61 tentang 25 kiat Praktis Membentengi Rumah dari Gangguan Iblis.

Saudara Abdul Hadi, seluruh pembaca dan pecinta Majalah Ghoib semoga selalu dalam lindungan Allah. Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur semua urusan dunia dan akhirat sekaligus. Termasuk adab dan do’a mulai dari bangun tidur sampai akan tidur kembali di malam hari. Ketika akan memasuki rumah pun ada adabnya. Adab itu adalah agar kita mengucapkan Salam. Allah berfirman: “… Apabila kamu memasuki rumah-rumah hendaklah kamu meemberi salam (kepada penghuninya, yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri dengan salam yang penuh berkah dan baik dariAllah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat- ayatNya bagimu, agar kamu mengerti.” (QS.An Nur: 61)

Mujahid berkata:”…Jika kamu memasuki masjid ucapkan: Assalamu ‘ala rasulillah, jika kamu memasuki rumah keluargamu ucapkanlah salam. Dan jika kamu memasuki rumah yang tidak ada orangnya, ucapkan:

السَّلامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِيْنَ

Keselamatan semoga untuk diri kami dan hamba-hamba Allah yang Shalih. (Ibnu Katsir 3: 312).

Sebaiknya sebelum membaca salam seorang yang akan memasuki rumah membaca doa berikut ini:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَ الْمَوْلَجِ وَخَيْرَ الْمَخْرَجِ، بِسْمِ اللَّهِ وَلَحْنَا وَبِسْمِ اللَّهِ خَرَجْنَا وَعَلَى رَبِّنَا تَوَكَّلْنَا

Ya Allah, Sesungguhnya aku memohon sebaik- baik tempat masuk dan sebaik-baik tempat keluar. Dengan nama Allah kami masuk dan dengan nama Allah kami keluar serta kami bertawakkal kepada Tuhan kami (HR. Abu Daud, Al Albani berkata sanadnya Shahih)

Saudara Abdul Hadi, seluruh pembaca dan pecinta Majalah Ghoib semoga selalu dalam lindungan Allah. AlQur’an adalah mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad *. Orang yang beriman akan tenang dan bertambah iman ketika mendengarkannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut Nama Allah gemeter hatinya dan apabila dibacakan ayat-ayat Nya kepada mereka bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Allah merekla bertawakkal.” (QS. al-Anfal: 2)

Ketika seseorang mendengarkan ayat-ayat al- Qur’an kemudian mengalami muntah, maka itu adalah bagian dari reaksi yang tidak wajar, disebabkan karena adanya gangguan di dalamtubuh. Namun reaksi yang tidak wajar itu bukan hanya muntah seperti yang Anda saksikan. Akan tetapi reaksi itu sangat banyak sekali. Ada reaksi yang terlihat seperti muntah, bergerak dan menangis. Ada reaksi yang tidak terlihat oleh orang lain seperti pusing, panas, dan lain-lain.

Sedangkan dari sisi cepat atau lambatnya memang ada reaksi cepat dan reaksi lambat. Artinya ada orang yang baru dibacakan beberapa ayat langsung terjadi reaksi. Ada juga yang sudah dua kali diruqyah belum muncul reaksi Dalam hal ini kita tidak boleh terfokus pada reaksi atau tidak reaksi. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah apa pengaruh dan manfaat dari ruqyah yang dilakukan. Maksudnya setelah dilakukan ruqyah terjadi atau tidak perubahan sikap menjadi lebih baik, berkurangnya rasa sakit, dan lain-lain. Jika belum terjadi perubahan belum terlihat pengaruhnya, maka bisa dicoba lagi, dievaluasi mana yang harus dibenahi. Jika langsung sudah terlihat pengaruh dan manfaatnya kita bersyukur kepada Allah dan tetap membaca doa perlin- dungan dan doa ma’tsur darı Rasulullah. Dengan memohon kepada Allah agar dihindarkan darı kejahatan makhluk-Nya.

Saudara Abdul Hadı, seluruh pembaca dan pecinta Majalah Ghoib semoga selalu dalam lindungan Allah. Yang harus kita pahami bahwa ruqyah terbagi menjadi dua macam Yang pertama adalah ruqyah yang dibolehkan dalam Islam yaitu ruqyah ryar’iyyah atau ruqyah yang sesuai dengan syari’at Islam. Yang kedua ruqyah yang dilarang yaitu suqyah syirkiyyah atau ruqyah yang mengandung kesyirikan. Seseorang yang sekalipun membaca ayat, tapi dalam praktiknya menebak, mengaku mengetahui yang ghaib termasuk praktik ruqyah syirkiyyah. Menggunakan perantara dalam terapinya, mensyaratkan sesuatu, seperti harus mandi kembang tujuh rupa dan memberikan isim dan jimat juga termasuk ruqyah syirkiyyah. Untuk mengetahui lebih jauh tentang praktik perdukunan saudara bisa bisa membaca edisi khusus Majalah Ghoib tentang dukun-dukun bertaubat. Semoga Allah melindungi kita dari kejahatan makhluk jahat. 

Waallahu a’lam bis shawab.
Ghoib, Edisi No. 64 Th. 4/ 1427 H/ 2006 M

“Allah Mencintai Hamba yang Bertawakkal”

Komplek Pendidikan Yayasan Iqro, siang itu terasa sangat sejuk. Lembaga yang berlokasi di Pondok Gede, Jawa Barat ini, memang sangat konsen terhadap pendidikan akhlaq kaum Muslimin. Pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, ada di sana. Di tengah sayup-sayup suara anak-anak SD, yang sedang asyik menghapal al-Qur’an, Majalah Ghoib menemui ustadz yang sangat sibuk mengisi pengajian hingga ke ibukota Jakarta ini. Di kantornya yang asri, Majalah Ghoib mewawancarainya. Berikut petikannya.

 

Bisa Anda jelaskan apa pengertian tawakkal dalam agama Islam (syar’i)?

Tawakkal menurut syar’i adalah bersandarnya hati kepada Allah secara yakin. Keyakinan tersebut, harus secara total tidak setengah- setengah. Memang tawakkal ini sebenarnya suatu hal yang sangat sulit diketahui dan berat untuk diamalkan. Karena apa? Karena kalau seseorang bertawakkal tanpa melakukan ikhtiar atau usaha secara lahir, maka ini sudah melanggar aturan sunnah Nabi. Dimana sunnah nabi mengajarkan kepada kita untuk senantiasa berikhtiar sebelum tawakkal. Nah sebaliknya juga, orang yang berikhtiar tetapi tidak berserah diri kepada Allah hanya mengandalkan kepada apa yang dia ikhtiarkan tadi, maka secara tidak sadar dia telah keluar pada pemahaman aqidah yang benar. Ini beratnya melakukan tawakkal dan sulitnya mengetahui tentang tawakkal. Selain secara ilmu memang sulit, secara pelaksanaannya juga memang berat. Maka hendaknya kita harus mengerti kiat-kiatnya untuk melakukan dan memadukan antara dua hal ini. Baik tentang ikhtiar maupun tentang tawakkal kepada Allah.

 

Bisa Anda dijelaskan, apa yang dimaksud bahwa tawakkal itu sulit untuk diketahui dan berat dalam pelaksanaannya?

Tawakkal itu pekerjaan hati. Namanya hati, kadang-kadang sulit untuk melakukan hal yang baik. Karena memang hati kita itu sifatnya masih didominasi oleh tantangan-tantangan lahiriah (ujian dunia yang melenakan). Dimana kita tahu, bahwa tantangan hidup itu sangat berat. Tantangan hidup sekarang ini serba sulit. Inilah yang menimbulkan perang antara lahir dan bathin. Sehingga kita terkadang tidak bersabar dalam bertawakkal.

 

Sejauh mana hubungan antara ikhtiar dan tawakkal itu?

Hubungan ikhtiar dengan tawakkal adalah hubungan yang tidak bisa dipisahkan antara keduanya. Karena seperti kita ketahui, di dalam al-Qur’an itu sendiri banyak penjelasan tentang perintah untuk berusaha atau beramal. Seperti dalam surat at-Taubah ayat 105, “Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan hal ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” Hal ini menggambarkan betapa pentingnya ikhtiar seseorang dalam usaha-usaha lahiriah/duniawi. Usaha-usaha tersebut, jika disertai dengan tawakkal akan memudahkannya kita untuk meraih surga. Dan jika dikaitkan dengan qadha dan qadar, berusaha itu memang harus. Tetapi masalah takdir, jelas itu kuasa Allah. kita hanya bisa berusaha dan bertawakkal. Jadi jelas, sangat erat sekali hubungan antara ikhtiar dengan tawakkal.

 

Kenapa manusia harus bertawakkal kepada Allah?

Karena segala sesuatu itu adalah milik Allah. Hasbunallah wanni’malwakiil. Yang mentakdirkan apa yang akan terjadi di muka bumi ini adalah Allah. Baik rezeki ataupun kesembuhan dari penyakit. Makanya kalau kita hanya mengandalkan usaha lahiriah kepada sesama makhluk Allah seperti manusia, maka itu bertentangan dengan akidah Islam.

Orang yang kaya itu sama dengan kita, yang memberikan kekayaan kepadanya adalah Allah . Begitu juga dengan kita, yang memberikan rezeki kepada kita juga Allah. Kenapa kadang- kadang manusia mengandalkan usaha kepada sesama manusia. Manusia itu kan seratus persen tidak mengetahui apa yang terjadi satu menit setelah dia berusaha. Adakah dari kita, yang bisa mengetahui apa yang kita usahakan dan kita ikhtiarkan, lantas dapat langsung kita ketahui hasilnya? Kan enggak ada yang tahu itu. Semuanya abstrak.

Nah itulah sebabnya, kita ini berkewajiban untuk berserah diri hanya kepada Allah saja. Orang yang berserah diri kepada Allah, kehidupannya jelas akan mulia, baik di dunia ataupun di akhirat. Maka oleh Allah, orang yang berserah diri itu dicintai oleh-Nya. Innalliaha yuhibbul mutawakillin Allah sangat mencintai orang yang bertawakkal. Kalau kita sudah dicintai Allah, jelas Allah tidak akan murka kepada kita dan apa yang kita minta pasti diberikan.

 

Bagaimana prosesnya seseorang itu bisa sampai kepada tawakkal yang sangat total kepada Allah ?

Memang harus latihan. Saya sendiri bukan termasuk orang yang bisa bertawakkal dengan  yang sebenar-benarnya. Pertama kali yang saya bangun dalam proses menuju sikap tawakkal adalah membangun keyakinan. Keyakinan yang sebenarnya kepada Allah. Bahwa Allah adalah dzat yang satu yang esa. Artinya Allah itu berbuat tidak di interfensi oleh pihak lain dalam menentukan segala yang akan diciptakannya di dunia ini. Kemudian saya meyakini, bahwa Allah memiliki nama-nama yang baik. Yang mana nama-nama itu mengandung sifat. Kalau Allah punya nama Arrahman maka Allah Maha Kasih yang kasihnya tak pilih kasih. Siapapun akan diberi. Kalau si A diberi kekayaan rejeki oleh Allah, dan dia makhluk Allah, saya punya keyakinan, kalau saya mohon kepada Allah pasti juga akan diberikan. Dan sayapun meyakini, ketika Allah mengatakan “ud’uuni astajiblakum-mintalah kamu kepada Aku niscaya Aku akan berikan kepadamu.” Pasti Allah akan menepatinya. Kalau kita yakin seratus persen, Allah pasti akan memberikan jawaban atas permohonan yang kita panjatkan.

 

Apakah Anda punya pengalaman tentang hal ini?

Begini, pada saat tahun 2003 saya berniat berangkat haji. Sebelum berangkat haji, saya bilang sama istri saya, “Mi, Abah mau berangkat haji. Umi ridha gak?” “Oh, ridho,” katanya. “Tapi saya berangkat sendirian.” jelas saya kemudian. “Yah gak apa-apa,” tegas istri saya. Nah, akhirnya saya mengumpulkan uang sedikit demi sedikit. Ketika uang sudah terkumpul sampai sekitar 11 juta, dan akan disetor ke Bank Syariah. Ternyata istri saya kepingin ikut. Saya agak bingung, namun semua saya serahkan kepada Allah.

Akhirnya saya berinisiatif, agar saya dan istri saya bisa berangkat bersama menunaikan ibadah haji. Saya kemudian mengalah. Uang itu saya infakkan kepada istri untuk disetorkan ke bank untuk ongkos menunaikan ibadah haji. Kalau saya niatkan berinfak. pasti Allah juga akan memberikan balasan kepada saya. Ketika saya berinfak, saya niatkan kepada Allah dan saya mohon kepada Allah. Ya Allah. sebelum saya mengatakan hal ini, Kau pasti Maha Mengetahui apa yang ada di hati saya. Saya ngomong sendiri di hadapan Allah. Keinginan saya untuk pergi haji saya sampaikan. Ternyata, dalam masa 3 bulan kemudian, saya bisa setor untuk 2 orang Allahu Akbar. Keyakinan seperti inilah yang harus kita bangun.

 

Sampai kapan seseorang itu harus terus bertawakkal. Setelah dia bekerja siang malam tapi kehidupannya masih terus segitu saja atau ke rumah sakit bertahun- tahun tapi juga masih belum sembuh penyakitnya?

Jadi begini, di samping semua peristiwa itu, pasti ada maslahah (kebaikan) yang luar biasa. Makanya begini yah, ni’mat itu bisa saja bukan menjadi ni’mat. Ni’mat itu bisa juga mengakibatkan adzab dari Allah, jika orang itu tidak bisa menggunakan ni’mat Allah sebagaimana yang diharapkan oleh Allah. Begitu juga ujian semisal penyakit, itu bukan suatu adzab sebenarnya. Jika kita bisa bersabar, malah bisa meningkatkan keimanan kita. Kalau orang sudah ikhtiar berobat ke mana-mana itu bukan adzab. Kan hikmahnya banyak selama kita menderita sakit. Ya mungkin Allah masih mencintai dia. Mungkin Allah masih mengharapkan tobatnya dia. Mungkin juga Allah masih mengharapkan dengungan lantunan doanya, sehingga Allah belum memberikan kesembuhan. Itu semuanya mengandung manfaat dan mengandung maslahah bagi orang itu dan orang itu harus yakin bahwa Allah mencintai dia. Berarti tawakkal itu tidak ada batasannya Batasnya kalau kita sudah mati. Karena kalau kita sudah menghadapi kematian artinya ruh kita sudah lepas dari badan kita, kita tidak berkewajiban untuk betwakal lagi. Tawakkal itu selama kita hidup di dunia saja.

 

Bagaimana ciri-ciri orang yang telah bertawakkal?

Ciri-ciri orang yang bertawakkal ini dalam menghadapi suatu ujian, dia tidak pernah berkeluh kesah. Jika mendapat ni’mat dia bisa mensyukuri, jika diuji oleh Allah  dia sabar. Tidak ada keluh kesah dalam dirinya, serta tidak mengadukan hal itu kepada yang lain. Intinya orang yang bertawakkal tidak pernah berkeluh kesah. Dia ridho, dia senang atas penderitaan atau atas semua kejadian yang dia alami.

 

Pesan Anda untuk kaum muslimin terkait dalam masalah tawakkal?

Pesan saya kepada kaum Muslimin, berusahalah dengan semaksimal mungkin, jangan sekali-kali meninggalkan tawakkal kepada Allah  Dan jangan sekali-kali hanya mengandalkan usaha yang kita lakukan. Yang kedua, jangan menyesali kejadian yang sudah kita ikhtiarkan secara maksimal. Menyesalkan sesuatu yang sudah terjadi dengan berkata, kalau gak begini-pasti kayak begitu, ini adalah membuka pintu setan. Yang terbaik adalah, kita memprogram sesuatu yang akan datang. Artinya kita boleh merancang dan boleh memprogram sesuatu yang akan datang dengan tetap bersandar kepada Allah.
Oleh : KH. Muhammad Sirojuddin, Lc. MA
Direktur Ma’had Studi dan Da’wah Islam Iqro, Pondok Gede

Menghindari Adzab Kubur dengan Do’a Tertulis?

Sebagian masyarakat di kampung saya, ada yang meyakini bahwa siksa Kubur seseorang bisa diringankan atau dicegah dengan memasukkan do’a yang tertulis pada kertas ke dalam botol yang tertutup, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Teks do’a tersebut, “Allahumma inni as-aluka bi ‘izzatika ya ‘aziz, wa bi qudratika ya qadir, wa bi hulmika ya halim, wa bi ‘azhamatika ya ‘azhim, wa bi rahmatika ya rahim, wa bi mannika ya mannan an tahfazhani… (kalimat selanjutnya tidak perlu ditulis, red.).

Yang saya tanyakan, bagaimana keabsahan hadits tersebut. Kalau shahih, bagaimana pengertian sebenarnya. Bagaimana yang dilakukan oleh sebagian masyarakat selama ini, berkaitan dengan hadits tersebut. Terima kasih atas jawabannya.

Drs. Aan Subhan, Kuningan – Jawa Barat.

Bismillah wal Hamdulillah, terima kasih atas pertanyaan Anda, semoga kita semua dilindungi oleh Allah dari adzab-Nya, termasuk adzab Kubur. Setelah kami baca teks hadits yang Anda kirimkan secara tuntas. Kami mencoba untuk mentakhrij (mencari keberadaan dan status keshahihannya di kitab-kitab hadits; Shahih Bukhari, Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, al-Mustadrak lil Imam al-Hakim. Dan juga Kitab Sunan; Tirmidzi, Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah,al-Baihaqi, ad-Darimi. Juga kitab Musnad; Imam Ahmad, Ibnus Syihab, ar-Rabi’, Ibnu Abi Syaibah dan kitab hadits lainnya, kami tidak menemukan teks hadits yang Anda tanyakan.

Karena teks hadits itu tidak ada, maka artinya, kalimat do’a tersebut bukanlah bagian dari hadits Rasulullah. Dan melakukan amalan atau ibadah dengan bersandar kepada teks tersebut tidak benar adanya, atau tidak sah. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa membuat hal-hal yang baru dalam urusan kami ini, yang tidak ada (tuntunannya), maka ia tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan dalam riwayat lain, “Barangsiapa melaksanakan amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia tertolak.”

Kalau kita perhatikan makna dari rangkaian kalimat do’a yang Anda kirimkan, kami tidak melihat arti atau makna yang menyimpang dari syari’at Islam atau aqidah Islamiyah. Isi dan makna yang terkandung dalam do’a tersebut bagus, memohon perlindungan kepada Allah dengan didahului pujian dan sanjungan kepada-Nya.

Hanya saja cara pelaksanaannya yang perlu kita kritisi. Yang mana do’a yang bagus tersebut tidak dibaca, dilantunkan kepada Allah semasa masih hidup, agar Allah menjauhkannya dari siksa Kubur bila si pembaca telah mati. Tapi ditulis dan dimasukkan ke botol, lalu dimasukkan ku liang Kubur bersama si mayat.

Kalau hal itu benar-benar dilakukan oleh masyarakat muslim, maka kita perlu mengingatkannya. Menasihati mereka dengan baik dan bijak agar mereka meninggalkan amalan tersebut, dan menggantinya dengan apa yang sudah diajarkan Rasulullah. Kalau amalan itu dari seseorang, dan orang yang memberi amalan itu masih hidup, maka kita harus mempertanyakan, dari mana ia mendapatkan hal itu. Kalau itu diklaim sebagai hadits, siapa perowinya, dan bagaimana statusnya. (Karena kita telah berusaha mencari di kitab-kitab hadits yang ada, tapi kalimat tersebut tidak ditemukan). Kalau ia tidak bisa memberikan jawaban, maka amalan seperti itu harus ditinggalkan. Jangan sampai kita sewaktu hidup memakai jimat, saat matipun masih dibawaain jimat.

Siksa Kubur itu keberadaannya benar. Banyak dalil dari al-Qir’an dan al-hadits telah menjelaskannya. Dan sebagai seorang mukmin, kita harus waspada dan berhati-hati dalam melakukan aktifitas atau tindakan di dunia ini. Jangan sampai, apa yang selama ini kita lakukan justru akan mendatangkan siksa Kubur di alam Barzakh nanti.

Dan siksa Kubur adalah bagian dari keghaiban. Keberadaannya telah dikabarkan Allah dan rasul-Nya. Sedangkan hakikat dan gambaran sebenarnya belum pernah kita lihat dengan mata kepala. Kita belum pernah menyaksikan bagaimana pedihnya siksa Kubur. Kalau akhir- akhir ini banyak tayangan yang beradi dan nekat dalam memvisualisasikan adzab atau siksa Kubur, itu adalah kebohongan dan kesesatan. Kita tidak boleh mempercayai atau meyakininya.

Banyak hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah telah mendengar adzab Kubur orang- orang yang sudah meninggal, sedangkan para shahabatnya tidak bisa mendengar hal itu, apalagi mengetahuinya atau melihatnya kemudian memvisualisasikannya. Di antaranya adalah sabda Rasulullah, “Kalau bukan karena (saya khawatir) kalian takut dikubur (nanti), niscaya sekarang aku akan memohon kepada Allah agar kalian bisa mendengarkan adzab Kubur.” (HR. Muslim).

Sesungguhnya adzab Kubur tidak bisa diringankan atau dicegah kedatangannya dengan tulisan do’a yang dimasukkan ke botol, lalu disertakan dengan mayat dalam liang kuburnya. Kalau kita ingin terhindar dari adzab atau siksa Kubur, maka kita harus banyak beribadah atau beramal shalih, melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Serta rajin berdo’a sebagaimana yang telah dilakukan dan diajarkan Rasulullah.

Dalam banyak hadits dengan riwayat yang berbeda-beda, para shahabat dan diantaranya adalah Aisyah dan Abu Hurairah, telah memberitahukan bahwa Rasulullah sering memohon perlindungan kepada Allah dari adzab Kubur, dan beliau juga memerintahkan umatnya untuk melakukan hal yang sama sebagaimana beliau lakukan. Aisyah dan Abu Hurarirah berkata, ” “Aku mendengar Rasulullah senantiasa memohon perlindungan dari adzab Kubur.” (HR. Muslim).

Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda, “Apabila kalian selesai membaca do’a Tasyahhud akhir, maka berlindunglah kepada Allah (beristi’adzah) dari empat hal. Yaitu (berindung dari) siksa neraka Jahannam, adzab Kubur, fitnah kehidupan dan kematian, dan dari kejahatan al- Masih ad-Dajjal.” (HR. Bukhari dan Muslim). Perhatikanlah riwayat tersebut. Rasulullah membaca do’a perlindungan dari adzab Kubur serta bencana lainnya. Dan beliau menyuruh kita untuk senantiasa membaca do’a tersebut setelah membaca bacaan tasyahud akhir dalam shalat. Membaca bukan menulis.

Itulah cara yang benar yang telah diajarkan oleh Rasulullah kepada umatnya, untuk menghindari atau mencegah siksa Kubur. Bukan sekadar menulis do’a di lembaran kertas lalu dimasukkan ke botol, kemudian disertakan si mayat dalam liang kuburnya. Karena malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk mengadzab orang tersebut (jika ia layak untuk mendapatkan adzab Kubur), tidak akan takut pada tulisan do’a, lalu mengurungkan tugasnya. Baik itu tulisan do’a yang dimasukkan ke botol atau ke tempat lainnya. Semoga kita dan keluarga dilindungi oleh Allah dari pedihnya siksa Kubur Wallahu A’lam..
Oleh : Ustadz Hasan Bishri, Lc

Sikap Kasar Kaka Ipar, Karena Guna-Guna?

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Ustadz pengasuh konsultasi yang saya hormati

Saya mempunyai seorang kakak yang sudah berumah tangga, dan sedang menghadapi masalah dalam rumah tangganya. Istrinya diduga mengalami sakit gangguan fikiran dengan indikasi, sıfat dan perilakunya mengalami perubahan drastis. Menjadi kasar. khususnya pada suami dan anak-anaknya, sering marah, malas shalat, dan tidak lagi peduli pada suami dalam waktu dua bulan terakhir ini. Kebetulan kakak saya adalah seorang pelayar yang jarang bertemu istri. Paling tidak satu hingga dua tahun sekali. Ketika kakak saya pulang ke tanah air belum lama ini dan membawa rezeki yang cukup banyak, malah disambut dengan suasana dingin dan pertengkaran. Bahkan sering tanpa ada pembicaraan awal terlebih dahulu istrinya langsung minta cerai. Dan kakak saya merasa kesulitan untuk komunikasi dengan istrinya, pertanyaan saya:

  1. Apakah perubahan sifat dan sikap kakak ipar saya yang sebelumnya tercermin sebagai wanita shalihah (baik budi dan lemah lembut) adalah sesuatu yang wajar?
  1. Kakak saya sendiri sempat menanyakan ke beberapa orang pintar (ciri-ciri orang pintar tersebut menurut kakak saya pada intinya selalu berdoa dan minta pertolongan langsung pada Allah) bahwa kakak ipar ada yang mengganggu melalui sihir. Sekarang kakak saya sudah kembali bertugas di perantauan. Hingga kini kakak saya sering telpon dan minta bantuan saya untuki follow up ke salah satu orang pintar tersebut. Saya sendiri menolak karena merasasangat ragu dan takut terjebak dalam kesyirikan karena saya tidak tahu pasti cara pengobatan yang dipraktikkannya. Apakah penolakan saya dibenarkan dalam Islam dan apakah jika saya ragu tetapi tetap bersedia membantu follow up walaupun melalui telpon (karena kakak kecewa menganggap saya tidak mau membantu), saya termasuk sebagai orang yang suka tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS. al-Maidah: 2)?
  1. Bagaimana cara mengobati kakak ipar saya, jika dia sendiri tidak menyadari perubahan sifatnya, jika memang terkena gangguan sihir dan susah dibujuk untuk berobat bahkan marah-marah? Padahal secara fisik kakak ipar tidak mengalami gangguan fisik. Mohon doa dan penje-lasannya serta solusi dari Ustadz.

Hamba Allah, Bekasi

 

Saudari Hamba Allah dan seluruh pembaca semoga selalu dalam lindungan Allah. Perubahan yang drastis selama dua bulan seperti yang Anda ceritakan itu adalah perubahan yang terlihat. Sangat mungkin sekali bahwa sesungguhnya ini adalah akumulasi atau kumpulan dari kekecewaan dan kekesalan sebelumnya. Awalnya setuju dan mendukung pekerjaan suami sekalipun konsekuensinya harus ditinggal berbulan-bulan bahkan bisa sampai setahun. Dalam kesendiriannya mengurus anak dan rumahnya ia mendapati sesuatu yang tidak dibayangkan sebelumnya. Kemudian muncullah perasaan; walaupun statusnya sudah berkeluargatapi kenyataannya ia sendiri. Setelah itu perasaan itu mendominasi dirinya, kemudian membuatnya suka melamun diam dan pemarah. Dan pada dua bulan belakangan itulah puncak dari semua itu. Kemarahan dan kekecewaannya ia lampiaskan kepada suaminya ketika ia datang. Karena ia merasa bahwa suaminya sudah tidak punya perhatian lagi, maka kemarahanpun banyak tertuju kepadanya. Termasuk permintaannya untuk diceraikan. Kami ingin tegaskan di sini bahwa perubahan yang terlihat drastis tidak selalu adalah sihir atau perbuatan jahat dari orang lain. Sekalipun hal itu juga mungkin adanya. Karenanya dalam hal ini harus diselidiki, kalau perlu dibawa ke psikiater untuk mengetahui kondisi perubahan yang sesungguhnya. Mungkin untuk mengajaknya berobat (terapi ruqyah) pun termasuk tidak mudah. Maka diperlukan kesabaran yang lebih dalam menghadapi kasus orang yang diam dan menutup diri.

Tapi ingat jangan berhenti disitu. Bujuk dan rayu kalau tidak dikatakan “sedikit memaksa” agar ia mau mendengarkaan bacaan dan do’a. Dan pengaruh dari bacaannya pun mungkin tidak seperti orang yang melakukan terapinya dengan kesadaran penuh. Artinya manfaat dari bacaan al- Qur’an tidak kita sanksikan kebenarannya. Bahwa di dalam al-Qurán ada sesuatu yang menjadi kesembuhan. (QS. al-Isra: 82). Namun seberapa pengaruhnya, hanya Allah yang Maha Tahu dan yang memberikan kesembuhan.

Seperti kisah salah seorang pasien yang diajak oleh ibunya ke Majalah Ghoib untuk mengikuti terapi ruqyah. Keluhannya adalah lambat dalam berfikir lebih lambat 3 tahun dari umur yang semestinya 17 tahun. Setelah dua tahun lamanya dalam kondisi itu, sampailah ia pada tahapan suka berbicara dan tersenyum sendiri. Ketika dibacakan/diruqyah, tawa dan senyum itulah yang muncul. Kemudian menyadari kondisi dan riwayat pasien, Ustdz pun tidak putus asa. Disampaikan kepada Ibu yang mengantarnya: “Ibu kesembuhan Itu datangnya dari Allah, memang tidak ada reaksinya seperti yang ibu saksikan. Karena itu tetap dibantu untuk dilakukan terapi mandiri di rumah, dituntun untuk membaca sendiri dibacakan langsung atau diperdengarkan kaset di rumah. Dua pekan setelah ruqyah pertama Ibunyabertemu dengan Ustadz yang menterapinya dan menceritakan bahwa setelah tiga kali ruqyah anaknya mengalami perubahan yang banyak dan lebih baik, alhamdulillah. Jadi dalam kondisi seorang pasien tidak menyadari akan gangguan pada dirinya diperlukan perhatian dan bantuan khusus dari orang lain. Tingkat keberhasilannya. pun juga ditentukan oleh sejauh mana dan sebesar apa dorongan dan perhatian itu diberikan dari orang-orang yang terdekat dengannya; ayah, ibu, suami atau yang lainnya.

Saudari Hamba Allah dan seluruh pembaca semoga selalu dalam lindungan Allah Di zaman sekarang dimana kebatilan dibungkus kebenaran, maka kehati-hatian sangat diperlukan. Tidak ada salahnya Anda mencari tahu tentang orang yang disebutkan oleh kakak Anda. Dan tidak boleh antipati terhadap sesuatu sebelum mengetahui yang sesungguhnya. Karena tidak setiap orang yang dalam terapinya membaca sesuai dengan syariát. Maka Anda harus mencari tahu dan mengeceknya. Seperti pasien yang pernah berobat kepada seseorang dengan cara dibacakan, tapi sebelum dibaca dia sudah menebak duluan. la katakan, “Di badan kamu ada jin kafir.”

Kalau dengan menyaksikan sendiri Anda yakin tidak ada ritual-ritual yang mengandung syirik, hanya membaca ayat-ayat dan doa’, berarti itu adalah ruqyah syariyyah. Maka sudah seharusnya Anda membantu kakak dan mengantarkan kakak ipar untuk melakukan terapi ruqyah. Selain itu Anda bisa juga mengajaknya ke psikilog atau psikiater untuk mendapatkan masukan dan mengembalikan pada kesadarannya seperti semula.

Allah berfirman, “Tolong menolonglah kalian. dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan permusuhan.” (QS. al-Maidah: 2). Nabi bersabda, “Barang siapa yang membantu seorang mukmin dalam menyelesaikan satu masalah/kesulitan di dunia, Maka Allah akan hindarkan darinya satu kesulitan dari kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa yang memudahkan urusan orang yang sedang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkan baginya permasalahan di dunia dan akhirat…” (HR. Muslim) Mudah-mudahan Allah segera memberikan jalan keluarnya. Wallahu a’lam bis shawab..
Oleh : Ustadz Akhmad Sadzali, Lc.

Nenek Sering Kesurupan Jin Qarin?

Ustadz, nenek saya sering kesurupan. Setelah Ibu saya meninggal, jin yang merasuki nenek mengaku sebagai jin qarin Ibu. Gaya bicaranya seperti Ibu, dan ia seakan tahu persis tentang diri saya. Kabar terakhir, nenek sudah tidak suka kesurupan lagi. Apakah jin yang suka merasuki nenek termasuk jin pengganggu? Apa yang harus kita lakukan saat berdialog dengan orang yang kesurupan jin? Bolehkah kita mempercayai jin qarin? Terima kasih atas jawabannya.

Muh. Umar, Tangerang Banten.

 

Bismillah wal Hamdulillah, kami ikut prihatin atas kondisi yang telah menimpa nenek Anda. Dan kami juga bersyukur bila nenek Anda sekarang tidak sering kesurupan lagi, semoga saja kondisi itu berlangsung terus sampai nanti. Begitu juga kita semua, semoga Allah senantiasa melindungi kita semua dari gangguan syetan yang terkutuk.

Dengan ilmu dan kemampuan yang terbatas, kita tidak bisa memastikan bahwa jin yang merasuki seseorang, adalah jin qarin seseorang atau bukan, jin muslim atau kafir, jin Baghdad atau Jakarta. Karena kita tidak bisa melihat jati diri dan hakikat wujud asli mereka seperti yang difirmankan Allah dalam surat al-A’raf 27.

Bisa saja jin yang merasuki seseorang itu mengaku bahwa dia qarin dari si Fulan atau Fulanah. la diutus oleh seseorang atau masuk atas inisiatif sendiri, atau karena kezhalimannya terhadap manusia yang kerasukan. Bisa saja mereka mengatakan sesuatu dan berbohong, dia ingin menyebar fitnah antar sesama manusia, agar terjadi saling curiga mencurigai antar sesama mereka. Atau dia mau mengadu domba antar sesama kita, waspadalah.

Termasuk kasus kesurupan yang menimpa nenek Anda. Melalui mulut nenek, jin tersebut mengaku bahwa ia adalah qarin Ibu Anda yang sudah meninggal, atau mengaku sebagai roh seseorang yang telah mati. Padahal sebenarnya ia bukan jin qarin Ibu Anda, tapi jin lain yang mengaku sebagai qarin Ibu di masa hidupnya.

Kami juga beberapa kali pernah mengalami hal itu sewaktu melakukan terapi ruqyah. Ada jin yang mengaku sebagai qarin seseorang, dan ada juga roh dari nenek moyang yang kesurupan tersebut. Tapi setelah beradu argumentasi, dan terus menerus dibacakan ayat-ayat ruqyah, akhirnya ia mengaku bahwa ia adalah jin yang zhalim yang merasuki si pasien. Ada yang mengaku masuk sendiri saat si pasien lengah, ada juga yang mengaku dikirim seseorang, dalam hal ini jangan gampang percaya.

Saat menghadapi orang yang kesurupan, oleh jin qarin atau jin yang lain, kita harus tetap memohon kesembuhan kepada Allah. Seperti dengan berdo’a memohon perlindungan dan penjagaan Allah. Termasuk dengan melakukan terapi ruqyah, baik secara mandiri (meruqyah diri sendiri), atau dengan meminta bantuan orang lain yang kita percaya bahwa sosoknya adalah pribadi yang shalih, dan mengerti akan terapi ruqyah secara syar’iyyah.

Allah telah mewanti-wanti kita dengan firman-Nya, “Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 36). Di ayat yang lain, “Dan katakanlah, “Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syetan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (QS. Al- Mukminun: 97-98).

Sedangkan Rasulullah berpesan kepada kita saat menghadapi gangguan syetan, termasuk kesurupan. Adapun isi pesan beliau adalah, “Janganlah kalian mencaci maki syetan, tapi berlindunglah kalian kepada Allah dari kejahatannya.” (HR. ad-Dailami dan dishahihkan al-Albani).

Kalau jin tersebut mengaku sebagai qarin Ibu Anda, janganlah mudah percaya atau terkecoh. Walaupun ia suka menasehati Anda dengan hal- hal yang baik, sebagaimana saat Ibu masih hidup. suaranya mirip dengan suara Ibu. Semua itu bisa saja dilakukan syetan untuk mengelabuni kita. Agar mereka tidak diusir dari tubuh orang tersebut, karena dengan pengakuan seperti itu memberikan kesan bahwa ia adalah bagian dari kita. Tidak usah diusir, bahkan kalau bisa dipelihara saja.

Apapun jenis jin itu, ia mengaku sebagai seorang muslim atau bukan, sebagai qarin seseorang atau bukan. Ketika ia hadir dan merasuki tubuh seseorang, berarti ia telah melakukan kezhaliman atau gangguan. Dan kezhaliman harus dimusnahkan atau dilawan. Jin itu harus segera diusir dengan memohon perlindungan dan kesembuhan kepada Allah, seperti dengan melakukan terapi ruqyah syar’iyyah.

Dan berhati-hatilah, bila suatu saat Anda melakukan terapi ruqyah, lalu jin yang merasuk mau berbicara atau mengeluarkan pernyataan- pernyataan. Atau ia mengajak dialog dengan Anda melalui mulut orang yang kesurupan. Waspadalah,jangan sampai menjadi obyek fitnah jin tersebut.

Tidak semua yang dikatakan jin itu benar. Selidikilah terlebih dahulu, atau acuhkan saja, jika Anda khawatir akan kebohongan dari apa yang diucapkannya. Timbanglah dengan timbangan syari’at Islam, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para shahabat saat Rasulullah masih hidup.

Lihatlah apa yang dilakukan oleh Abu Hurairah, ketika ia dibeitahu oleh jin yang telah mencuri harta zakat yang berada dalam pengawasannya, bahwa ayat Kursi kalau dibaca bisa melindungi pembacanya dari gangguan syetan. Di pagi harinya Abu Hurairah bercerita ke Rasulullah. Lalu Rasulullah bersabda, “Kali ini ia benar, padahal ia adalah pendusta.” (HR. Bukhari).

Begitu juga, apabila jin tersebut memberikan nasihat-nasihat kebaikan. Jangan mudah kepincut (jatuh hati), lalu timbul keyakinan bahwa jin itu adalah jin baik. Kalau memang ia adalah jin yang baik, ia tidak akan merasuki seseorang. Karena ia takut dosa atas kezhaliman yang dilakukannya.

Seandainya isi nasihatnya itu benar, kita tidak boleh melaksanakan kebenaran itu karena itu perintah jin. Sebab tidak ada kebenaran dan kebaikan dalam agama, kecuali telah disampaikan dan diajarkan oleh Rasulullah. Cukuplah bagi kita, apa yang telah disampaikan Allah melalui al-Qur’an, atau yang diajarkan Rasulullah melalui sunnahnya.

Misalnya, ia berpesan agar kita rajin puasa Senin-Kamis dan shalat malam. Kalau kemudian kita melaksanakannya karena itu perintah jin, atau bila tidak kita laksanakan, lalu muncul kekhawatiran bahwa jin itu akan marah dan menyerang kita, berarti ibadah kita bukan karena Allah, tapi karena jin. Dengan demikian kita telah menyekutukan Allah, na’udzubillahi min dzalik.

Jadi kalau jin yang merasuk itu mau diajak dialog, gunakanlah kesempatan itu untuk mendakwahinya, ajaklah ia masuk Islam kalau ia masih kafir. Atau ajaklah ia bertaubat kalau ia mengaku muslim. Dan jangan mudah percaya akan pernyataan atau statement yang dikatakannya. Wallahu Alam..
Oleh : Ustadz Hasan Bishri, Lc.

Sakit Migren, Ingin Diruqyah

Assalamu Alaikum Warahmatullahı Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur atas segala karunia-Nya yang diberikan kepada Kita. Semoga kita semua dalam petunjuk-Nya. Ada bebarapa hal yang ingin saya tanyakan. Saya pelanggan baru Majalah Ghoib. Saya sangat tertarik dengan pembahasannya, untuk pembetulan Aqidah saya. Saya juga ingin memiliki buku-buku terbitan Ghoib Pustaka.

Saya sering sakit kepala. Sakit sebelah kanan, sehingga rambut dipegang juga terasa sakit. Akhirnya tensi darah saya naik, sering mengamuk. Anak dan istri yang menjadi sasaran. Setelah puas baru berhenti. Bahkan istri saya pernah sampai dibawa ke Puskesmas karena perbuatan saya. Kadang saya sadar itu syetan, tapi susah sekali saya menghindarinya.

Tujuh tahun yang lalu saya sering diajak orang untuk mengamalkan ilmu kadigdayaan atau ilmu kesaktian. Hanya saja sekarang saya sudah lupa semua bacaan dan mantranya. Alhamdulillah, saya belum pernah meninggalkan shalat sekalipun saya melakukannya di akhir waktu.

Adapun pertanyaan-pertanyaan saya:

  1. Apakah saya bisa meruqyah atau mengobati diri saya sendiri, karena saya ingin sekali diruqyah tapi belum ada tempat ruqyah di daerah saya.
  1. Apa yang harus saya amalkan dan bagaimana caranya. Sebenarnya saya sudah tidak tahan dengan sikap saya sendiri.
  1. Orang-orang menganjurkan untuk dimandikan, tapi saya ragu. Sehingga kini saya bertahan dengan obat.

Pengasuh konsultasi yang saya hormati, masih banyak yang ingin saya utarakan kepada Bapak. Mungkin hanyainilah bisanya. Sekali lagi saya mohon bantuan. Semoga saya bisa keluar dari kemelut ini dengan izin Allah. Atas pertolongan Bapak saya ucapkan terima kasih. Semoga Allah membalas amal baik Bapak.

Amin. J. Abdilah, Kalimantan barat

 

Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh

Saudara J. Abdilah dan seluruh pembaca Majalah Ghoib semoga selalu dalam lindungan Allah. Sebelumnya saya ucapkan selamat bergabung dengan pecinta Majalah Ghoib lainnya. Beberapa pasien pernah mengalami hal yang sama, belajar ilmu kadigdayaan lalu mengalami gangguan-gangguan. Meskipun gangguan yang mereka alami berbeda jenisnya satu sama lain. Di antaranya ada yang mengeluh seperti yang Anda alami. Efek yang rata- rata mereka alami adalah pemarah, sensitif, mudah tersinggung, cemas, malas beribadah termasuk sakit di bagian tubuh tertentu.

Lupa atau meninggalkan bacaan mantra dan jurus yang pernah dipelajari, tidaklah menjadi jaminan hilangnya dampak buruk pada dirinya. Seperti kisah salah satu pasien kita yang dengan sadar meninggalkan ilmu sesat yang telah dipelajarinya. Dan sudah satu tahun ia meninggalkannya. Tapi setiap melakukan shalat ia merasakan pusing, kepalanya seperti di pukul dengan palu. Bahkan ada kisah yang lain di mana ketika ia shalat, tidak bisa membaca surat al-Fatihah. Dan saat mendaftar untuk terapi ruqyah, ia sudah bereaksi dan ketika diruqyah reaksinya lebih dahsyat.

Dalam kasus seperti yang Anda alami ini biasanya butuh pendamping, atau orang lain yang membantu meruqyah Anda. Tapi kalau Anda hendak melakukan ruqyah mandiri, silahkan saja. Dengan memperbanyak istighfar memohon ampunan kepada Allah. Menyesali perbuatan salah yang pernah dilakukan. Dan berusaha untuk tidak mengingat dan tidak mengulangi kembali. Menjaga dan mengutamakan ibadah yang wajib dengan baik. Berusaha untuk menambah ibadah yang sunah sesuai dengan kemampuan. Meninggalkan kebiasaan lama mengulur-ulur waktu shalat adalah poin yang harus diperhatikan secara serius. Akan lebih baik dan utama kalau shalatnya dilakukan secara berjamaah, apalagi berjamaah di masjid.

Membaca al-Qur’an semampunya sambil tetap belajar dan berusaha selalu untuk meningkatkan bacaannya. Membaca dzikir di setiap selesai shalat. Merutinkan untuk membaca dzikir di pagi dan sore hari. Berteman dengan orang-orang yang baik. Agar saudara bisa mempertahankan kebaikan yang saudara kerjakan. Berusaha untuk selalu menambah ilmu agama, sehingga bisa menambah keimanan dan ketaqwaan serta menutup pintu syetan.

Adapun keraguan Anda atas saran orang untuk datang kepada orang pandai sudah benar. Dan sekarang  sudah ada tempat ruqyah di kota Anda.

Saudara J. Abdilah dan seluruh pembaca Majalah Ghoib semoga selalu dalam lindungan Allah. Salah satu indikasi seseorang yang terkena gangguan jin adalah pemarah. Marah dengan sebab yang sangat remeh dan marah yang susah dikendalikan. Syekh Wahid Abdussalam Bali berkata: “Marah adalah salah satu pintu masuknya syetan terhadap manusia, dan marah adalah bagian dari tipu dayanya yang dahsyat. Karena syetan akan mempermainkan orang yang marah sebagaimana seorang anak yang sedang memainkan bola di tangannya”.

Adapun beberapa tips yangAdapun beberapa tips yang diajarkan Rasulullah untuk menghadapi marah adalah:

Pertama, membaca ta’awwudz, “Audzu billahi minasy syaithonir rojim”. Disebutkan dalam suatu riwayat, ada dua orang saling mencerca, yang membuat salah satunya marah dan memerah wajahnya. Kemudian Nabi memandanginya dan bersabda, “Sungguh saya mengetahui satu kalimat, jika ia mengucapkannya maka akan hilanglahlah kemarahan yang ada padanya”. Salah seorang yang mendengarnya berdiri dan berjalan menuju orang yang sedang marah itu. Dan berkata kepadanya, “Apakah kamu tahu apa yang disampaikan Nabi tadi? ‘Tidak. jawabnya. Kemudian ia mengulang apa yang disabdakan Nabi, ‘Sungguh saya mengetahui satu kalimat, jika ia mengucapkannya maka akan hilanglah kemarahan yang ada padanya”. Kemudian orang yang sedang marah itu bertanya, “Apakah kau melihatku seperti orang gila.” (HR. Muttafaq ‘alaih)

Kedua, diam, tidak berkata-kata. Nabi bersabda: “Jika kamu marah, maka diamlah”. (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Syekh Ahmad Syakir). Nabi bersabda: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam” (HR. Muttafaq ‘alaih).

Ketiga, merubah Posisi berdiri menjadi duduk. Dan dari duduk menjadi berbaring. Nabi bersabda: “Jika salah seorang di antara kamu marah dan ia dalam keadaan berdiri, maka duduklah. Jika dengan itu tidak hilang marahnya, maka berbaringlah.” (HR. Abu Daud).

Keempat, mengingat besarnya pahala orang yang bisa menahan amarah bahkan itu bisa menyebabkannya masuk surga. Berkata Abu Darda’, “Telah datang kepada Rasulullah seorang lelaki dan bertanya, Tunjukkanlah kepadaku amalan yang bisa menjadi penyebab aku masuk surga. Rasulullah bersabda, “Jangan marah, kamu akan masuk surga.” (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh al-Albani).

Saudara J. Abdilah dan seluruh pembaca Majalah Ghoib semoga selalu dalam lindungan Allah. Ayat pertama yang diturunkan oleh Allah pada Nabi Muhammad berisi tentang perintah membaca, Iqra’ (bacalah). Karena itu terus belajar dan belajarlah terus. Dan salah satu cara untuk mendapatkan ilmu adalah dengan membaca. Karena dengan membaca kita akan mendapatkan pengetahuan, Dan pengetahuan akan menguatkan keyakinan dan keimanan. Pengetahuan dan keyakinan yang kuat akan menghasilkan penghambaan yang sempurna kepada Dzat Yang Maha Kuasa, Allah azza wa jalla.

 

Oleh: Ustadz Akhmad Sadzali, Lc

Ke Dukun, Mencari Barang Hilang?

Ustadz, apa hukumnya? Jika ada seseorang yang kehilangan sesuatu, lalu ia bertanya kepada dukun atau ‘orang pintar. Tapi ia tidak minta syarat apapun, la membantu dengan tulus. Dan ternyata barang yang hilang itu bisa ditemukan di tempat yang dikatakan oleh dukun atau ‘orang pintar’ tadi.

Akhwat, Jakarta Utara.

Bismillah wal Hamdulillah, kehilangan suatu barang yang masih kita sukai atau kita perlukan adalah bagian dari mushibah. Walaupun secara nominal, barang tersebut kurang berharga. Tapi dalam keseharian, kita selalu menggunakannya atau sangat memerlukannya. Apalagi kalau benda tersebut punya nilai nominal yang tinggi atau mahal.

Karena manfaat barang tersebut yang begitu besar, atau kecintaan kita kepada barang tersebut yang begitu dalam, akhirnya kita merasa sangat terpukul saat barang itu hilang. Sikap kita akan berubah, menuduh orang lain tanpa bukti, mencurigainya tanpa saksi, atau menyalahkan orang- orang yang ada di sekitar kita karena mereka kita anggap lalai untuk menjaga atau mengawasinya.

Di saat itulah, syetan bermain. Syetan jin atau syetan manusia. Akhirnya muncul inisiatif untuk mendatangi dukun atau orang pintar, lalu memanfaatkan jasa mereka. Kalau ide itu tidak muncul dari diri kita sendiri, terkadang muncul dari kerabat, saudara, atau teman sekitar kita. Untuk mencari dan menemukan barang yang hilang itu, tidak puas rasanya kalau kita hanya mengadu atau melapor ke polisi. Karena kita merasa itu tidak akan menyelesaikan masalah secepat yang kita inginkan.

Orang yang datang ke tempat perdukunan ada empat kategori. Pertama, Sekadar bertanya atau iseng. Dan hukumnya tidak boleh. “Barangsiapa mendatangi dukun, lalu bertanya tentang sesuatu, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari”. (HR. Muslim).

Kedua, bertanya dan membenarkan apa yang dikatakan dukun atau mempercayainya. Dan hukumnya kufur. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang mendatangi dukun atau peramal, lalu membenarkan apa yang mereka katakan, maka ia telah inkar (kufur) terhadap apa yang dibawa Nabi Muhammad (al-Qur’an dan al-Hadits)”. (HR.Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Ketiga, bertanya untuk mengujinya dan tidak mempercayainya sama sekali. Dan hukumnya tidak apa-apa. “Rasulullah pernah mendatangi Ibnu Shayyad (seorang dukun pada zaman Jahiliyyah). Beliau bertanya, ‘Katakan, apa yang sedang aku genggam (sembunyikan)?’ la menjawab, ‘Ad- Dukh’. (Padahal Rasulullah sedang menyembunyi- kan ayat ke sepuluh dari surat ad-Dukhan). Lalu Beliau membentaknya, ‘Diam kau, ia (jin kamu) belum sampai kepadamu.” (HR. Muslim).

Keempat, bertanya untuk menyingkap kebohongannya atau membongkor kedoknya. Hal ini sangat dianjurkan karena masuk dalam bab ‘Nahi munkar’ (mencegah kemunkaran), agar masyarakat tahu akan kebohongan dan kesesatannya, supaya mereka meninggalkan dan menjauhi praktik perdukunannya. (Kitob al-Qaulul Mufid: 2/ 49).

Dan tipe orang yang Anda tanyakan adalah kategori yang kedua. Orang yang datang ke dukun tersebut mempercayai dan membenarkan apa yang dikatakan si dukun. Apalagi ternyata yang dikatakannya terbukti kebenarannya. Informasi yang diterima dukun dari jinnya ternyata sesuai dengan realita yang terjadi. Tentunya hal itu akan membuat orang tersebut semakin yakin akan ‘kehebatan dan kepatenan’ si dukun. Dengan demikian la telah melanggar larangan Rasulullah, “Janganlah kalian meridatangi dukun…” (HR. Bukhari).

la menganggap bahwa barang yang ditemukan kembali adalah hasil ‘kehebatan’ dukun, bukan karena ketentuan atau takdir Allah. Itulah bukti konkrit bahwa orang itu telah berpaling dari Allah, atau paling tidak telah menduakan Allah dengan si dukun tersebut, la telah masuk perangkap syetan. Syetan jin yang telah membantu dukun tersebut, dan syetan manusia yaitu dukun yang didatanginya.

Padahal realitanya, tidak semua barang yang hilang itu akan ditemukan kembali setelah bertanya ke dukun tersebut. Apa yang dikatakannya tidak selalu sesuai dengan realita yang ada, bahkan banyak salahnya daripada benarnya.

Adapun praktik perdukunan yang pakai syarat atau tidak, itu sudah masuk bab lain. Artinya, praktik perdukunan itu sendiri dilarang dalam Islam. Uang hasil perdukunan juga termasuk uang yang haram. Entah dalam praktiknya ia meminta syarat tertentu kepada pasiennya atau tidak. Begitu juga kedatangan kita kepadanya. Secara tidak langsung kita mendukung keberadaan praktik haram tersebut. Apalagi kalau kita memberinya imbalan uang dalam jumlah yang besar, berarti kita mendanai praktik sesat.

Rasulullah bersabda, “Bukan termasuk golongan kami orang yang melakukan tathayyur (mengundi nasib dengan sesuatu yang dilihat atau didengar) atau minta dilakukan tathayyur untuknya, berpraktik perdukunan atau minta bantuan perdukunan, melakukan sihir atau memanfaatkan jasa mereka. Barang siapa mendatangi dukun, lalu membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kufur terhadap apa yang telah diturunkan kepada Nabi Muhammad (al-Qur’an dan al-Hadits).” (HR. al-Bazzar dengan sanad jayyid).

Apalagi kalau si dukun minta syarat-syarat tertentu. Minta agar pasiennya menyembelih kambing, ayam, atau binatang lainnya. Berarti orang tersebut telah menyembelih binatang untuk selain Allah. la menyembelih untuk jin atau syetan yang membantu dukun tersebut, agar si dukun dapat informasi yang tepat dan akurat.

Rasulullah telah bersabda, “Allah melaknat orang yang menyembelih (binatang) dan ditujukan kepada selain Allah.” (HR. Muslim). Kalaupun kita tidak menyembelih secara langsung, tapi hanya memberikan uang mentahannya, maka kita tetap mendapatkan hukuman yang sama, yaitu dilaknat Allah.

Dan juga terlepas dari berhasil dan tidaknya praktik perdukunan tersebut, kita tetap berdosa kalau telah mendatangi praktiknya atau minta bantuannya. Meskipun pada kenyataannya, sakit yang kita derita belum sembuh, barang kita yang hilang belum ditemukan. Dalam kondisi seperti itu, kerugian kita berlipat ganda. Yaitu kita telah berdosa karena telah memanfaatkan jasa perdukunan, dan hukumannya di sisi Allah sangat pedih jika tidak segera bertaubat. Lalu ditambah kerugian materi atau barang kita yang belum ditemukan. Derita di atas derita.

Kehilangan barang adalah bagian dari mushibah. Sikap seorang muslim yang benar adalah bersabar dan tawakkal. Kalau ingin menelusuri atau mencarinya, bisa lapor ke polisi atau pasang informasi kehilangan di media massa, cetak maupun elektronik. Berdo’alah kepada Allah. Jika barang tersebut masih menjadi milik kita, Allah akan mengembalikannya. Dan jika tidak, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik, insya Allah.

Do’a yang telah diajarkan Rasulullah adalah, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, Allahumma jurni fi mushibati wa akhlif li khairan minha”, (Sesungguhnya kami milik Allah, dan kepada- Nyalah kami akan kembali. Ya Allah limpahkanlah pahala atas mushibah yang menimpaku, dan gantilah untukku dengan yang lebih baik darinya). Wallahu A’lam..

Gangguan Jiwa, Bisakah Diruqyah?

Assalamu ‘alaikum warahamtullah wabarakatuh

  1. Apakah penyakit gangguan mental Skizofrenia. bisa dikatakan juga gangguan jin? Dan apakah gangguan mental Skizofrenia bisa disembuhkan dengan ruqyah syar’iyyah, selama penderita tersebut juga minum obat dari psikiater? 
  1. Apakah setiap penyakit jiwa yang lain seperti stres dan depresi juga merupakan gangguan jin?
  1. Apakah ada perbedaan antara penyakit gangguan mental medis dengan penyakit gangguan mental karena jin?
  1. Apakah Majalah Ghoib menganjurkan pasien-pasien ruqyah yang sedang rawat terapi jalan dipaksa untuk berhenti merokok, dan kepada yang wanitanya yang belum berjilbab tetapi dalam masa pengobatan ruqyah, sehari-harinya mereka harus memakai jilbab?
  1. Kita tahu pengobatan yang menggunakan me- dia seperti ayam, kambing adalah sesat, bagaimana dengan pengobatan alternatif yang lain?
  1. Usaha dan ikhtiar apa saja yang harus saya lakukan selain ruqyah dan minum obat darı psikiater, supaya saya bisa sembuh total dari penyakit Skizofrenia?

Muhammad Umar Chatab Ciputat

 

Saudara Umar Chatab dan seluruh pembaca Majalah Ghoib semoga selalu dalam lindungan Allah. Berdasarkan pengamatan kami selama meruqyah, dan hasil diskusi kami dengan tim medis yang bekerja sama dengan Majalah Ghoib yang telah melakukan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa gejala gangguan jiwa itu digolongkan menjadi tiga golongan. Pertama, gangguan jiwa murni. Kedua, gangguan jin murni. Ketiga, campuran antara keduanya. Kita dapat mengetahui dan membedakan antara ketiganya dari latar belakang pasien.

Pada gangguan jiwa murni, kondisi awal pasien normal atau biasa-biasa saja. Kemudian mengalami peristiwa traumatik (kehilangan anggota keluarga tercinta, di PHK, mengalami kecelakaan serius). Akhirnya ia menjadi lebih pendiam, tidak mau bersosialisasi dan suasana hatinya menjadi lebih labil, mudah marah, mudah tersinggung, mudah menangis. Gangguan jiwa murni ini dapat berupa depresi atau skizofrenia dan lainnya.

Sedangkan pada gangguan jiwa karena jin atau sihir murni, pasien mempunyai kondisi fisik dan mental yang biasa saja, lalu secara tiba-tiba berubah kondisinya tanpa ada peristiwa tertentu yang mengawalinya. Tiba-tiba pasien sering terbangun di tengah malam, ketakutan, menjerit- jerit, berbicara sendiri dan lain-lain.

Adapun pada gangguan jiwa campuran, biasanya pasien mengalami gangguan jiwa yang didomplengi oleh jin. Ada peristiwa yang menyebabkan ia mengalami gangguan jiwa, yang membuatnya suka murung, mengisolasi diri dan menyebabkan emosinya tidak stabil. Dalam kondisi itulah jin masuk dan mengganggu. Kemudian gangguan kejiwaannya memburuk dengan cepat. Ditandai dengan rasa curiga berlebihan, halusinasi. Bahkan sampai pada tahap melukal diri sendiri atau orang lain.

Karena gejala dari ketiga gangguan ini mirip satu sama lain, maka diperlukan pengamatan yang seksama terhadap latar belakang pasien beserta peristiwa yang mungkin menyebabkannya terganggu dan kronologinya. Misalnya apakah gangguan itu memburuk dengan cepat? Hal ini nantinya akan berguna untuk menentukan apakah pasien cukup menjalani ruqyah saja? Dan ataukah juga membutuhkan dokter dalam hal ini obat psikiater.

Bila dilakukan ruqyah lalu pasien bereaksi (mual, pusing, muntah dan lainnya), maka dianjurkan untuk melakukan terapi ruqyah saja. Tetapi bila pasien cenderung masih belum bisa mengontrol dirinya untuk tidak melukal diri atau orang lain, maka pasien dianjurkan untuk tetap menjalani terapi obat selain terapi ruqyah syar’iyyah.

Dan sebagai orang yang beriman kita harus yakın, bahwa tidak ada penyakit yang tidak bisa disembuhkan termasuk penyakit skizofrenia, stres dan depresi. Nabi bersabda, “Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Allah menurunkan obatnya.” (HR. Bukhari).

Yang harus dipahami dalam menghadapi gangguan kewaan adalah kesungguhan pasien untuk mencari kesembuhan serta perhatian dan dorongan dari orang-orang terdekatnya. Jangan sampai kita terburu- buru atau tergesa-gesa. Saat yang kita harapkan belum terwujud lalu kita putus asa.

Saudara Umar Chatab dan seluruh pembaca Majalah Ghoib semoga selalu dalam lindungan Allah Dalam pengobatan ruqyah yang dilakukan Majalah Ghoib tidak ada yang sifatnya pemaksaan, termasuk dipaksa berhenti merokok atau dipaksa memakai jilbab. Tetapi ketika sedang dilakukan ruqyah memang itu termasuk yang harus dilakukan pasien, tidak merokok dan menutup aurat. Mengenakan mukena bagi wanita sehingga sesuai dengan sebutannya “ruqyah syar’iyyah” (ruqyah sesuai dengan syari’at islam). Ketika pasien berada di luar atau tidak sedang terapi, maka tetap kami anjurkan untuk melaksanakan ajaran Islam, termasuk meninggalkan rokok atau memakai jilbab atau ibadah lainnya, Sesama muslim berkewajiban mengingatkan dan mengajaknya untuk meninggalkan hal yang membahayakan diri sendiri atau orang lain. Untuk masalah pengobatan alternatif kita harus hati-hati. Kalau yang dimaksud adalah pengobatan alternatif dengan membaca ayat dan do’a, tidak dicampur dengan mantra kesyirikan atau yang tidak jelas, maka itu dibolehkan.

Kita tidak bisa menilai legalitas syar’ıyyah pengobatan alternatif yang ada, sebelum kita mengetahui praktik kinerjanya. Karena dewasa ini sangat banyak pengobatan alternatif yang bermunculan. Hanya saja ada garis besar dalam praktik pengobatan non medis yang harus kita pahami. Agar kita bisa memilah dan memilih praktik pengobatan alternatif yang ada. Anda bisa menyimak masalah ini di Majalah Gholb edisi khusus “Dukun-dukun bertaubat”, atau edisi 47 tentang ruqyah syar’iyyah versus ruqyah gadungan.”

Adapun usaha yang bisa Anda lakukan selain ruqyah dan minum obat, adalah dengan memperbaiki aktifitas ibadah dan memupuk ketakwaan kepada Allah. Laksanakan kewajiban yang telah diperintahkan oleh Allah, lalu tambahlah dengan ibadah-ibadah sunnah lainnya.

Allah berfirman, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberinya jalan keluar. Dan memberinya rizki dari arah yang tiada disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi (keperluannya)” (QS. at-Thalaq: 2-3)

Abu Khuzaimah berkata, “Wahai Rasulullah, apa pendapat Anda tentang ruqyah untuk mengobati suatu penyakit, obat yang kita konsumsi untuk mengobati penyakit, dan ketakwaan yang kita miliki. Apakah menolak takdir Allah? Rasulullah menjawab, Itu semua juga bagian dari takdir Allah’.” (HR. Tirmidzi).

Bersabarlah dan tabah dalam menghadapi musibah, apa pun bentuknya. Termasuk dalam menghadapi penyakit atau gangguan yang Anda derita sekarang. Dengan kesabaran yang ada, semoga kesembuhan segera datang. Allah akan mengampuni dosa-dosa orang yang bersabar dan akan melipatkan gandakan pahalanya, serta akan mengangkat derajatnya di surga. Semoga kita termasuk mereka, amin.

Wallahu a’lam bisshawab.
Oleh : Ustadz Akhmad Sadzali, Lc

Bentengi Rumah dengan Dzikir

Mengajar di berbagai kampus ternama, adalah aktifitas Ustadzah yang mendapatkan gelar Profesor pada bidang Hukum Islam dan Perbandingan di tahun 1997 ini. Di tengah kesibukannya tersebut, ia masih menyempatkan diri untuk hadir pada Konferensi Internasional Wanita Islam di Mesir pada pertengahan Maret 2006. Majalah Ghoib mewancarainya, untuk mengkaji lebih dalam mengenai upaya syetan dalam menghancurkan keharmonisan rumah tangga. Berikut petikannya.

 

Apa penyebab terjadinya perceraian pada pasangan suami istri?

Menurut saya sangat banyak penyebabnya. Misalnya karena ketidakcocokan. Hal ini terjadi karena masing-masing pihak tidak saling pengertian, atau tidak mau saling mengalah, ketika terjadi masalah. Muara semua itu adalah karena pengaruh syetan tentunya. Sifat tidak mau mengalah, itukan sifat iblis yang sombong. Kalau masing-masing pihak hanya menuruti hawa nafsunya saja, maka kita telah terjebak pada pengaruh syetan yang memang ingin menghancurkan keharmonisan sebuah keluarga.

 

Jadi campur tangan syetan pada pasangan yang bercerai sangatlah dominan?

Tentu saja. Hal ini telah dijelaskan di dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 102. “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan- syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syetan-syetan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengerjakan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil (Babilonia) yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu, apa yang dengan sihir itu mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka tidak akan dapat memberi mudharat (keburukan) dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah…”.

Ayat ini berbicara tentang orang Yahudi yang mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan Sulaiman. Padahal mereka tahu bahwa yang demikian adalah salah. Mereka menuduh bahwa Nabi Sulaiman yang menghimpun kitab sihir dan menyimpan di bawah tahtanya, yang kemudian dikeluarkan dan disiarkan. Tuduhan seperti itu adalah sebuah pemalsuan yang dipengaruhi oleh hawa nafsu. Artinya sebuah perceraian yang terjadi jelas-jelas karena campur tangan syetan.

 

Apa penjelasan dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim tentang perbuatan yang terhebat yang dilakukan oleh syetan, adalah berhasil menggangu keharmonisan rumah tangga?

Hadits itukan berbunyi, “Sesungguhnya Iblis membangun singgahsananya di atas laut. Kemudian ia mengirim bala tentaranya (untuk menggoda manusia). Maka syetan yang paling dekat dengan Iblis adalah yang yang paling besar menciptakan fitnah (di antara manusia). Salah seorang syetan datang. “Saya telah melakukan ini dan itu,” katanya. “Kamu belum mengerjakan apa-apa.” jawab Iblis. Kemudian ada lagi yang datang. “Saya tidak meninggalkannya hingga la menceraikan istrinya.” Kemudian Iblis menyuruhnya mendekat seraya berkata, “Kamulah yang terhebat.”

Namanya syetan itukan selalu mencari gara- gara. Syetan tidak ingin, manusia hidup dalam suasana yang damai. Syetan ingin kita selalu bermasalah. Kenapa mencerai-beraikan sebuah ikatan keluarga dianggap pekerjaan terhebat, karena sebuah keluarga yang berantakan merupakan awal dari hancurnya masyarakat bahkan merusak peradaban manusia.

Pekerjaan syetan sangatlah rapi dan terencana. Syetan selalu mengawali dari yang terkecil dalam menggoda manusia. Ketika terjadi percekcokan antara suami istri. Syetan menghembuskan bisikan “Mengapa hanya kamu omelin saja.” Setelah nanti berhasil di omelin, Syetan berkata lagi, “Kenapa tidak kamu tempeleng atau bunuh saja istrimu.” Akhirnya jadi bertambah besar masalahnya. Lalu Iblis berkata sambil tertawa, “Wah banyak teman saya nih di neraka nanti.

 

Mengapa syetan berusaha menghancurkan sebuah keharmonisan rumah tangga?

Sebenarnya bukan hanya rumah tangga saja, tetapi pada semua sisi. Tujuannya adalah untuk menghancurkan manusia dan mencari teman yang sebanyak-banyaknya di neraka.

 

Gangguan apa lagi, selain lewat perceraian yang dilakukan syetan untuk menghancurkan keharmonisan rumah tangga?

Setiap orangtua yang mempunyai anak, disunnahkan untuk berdoa agar keturunannya dijauhkan dari syetan. Bahkan anak yang baru lahir diadzankan. Hal itu dimaksudkan, agar ucapan yang pertama kali didengarnya adalah Allah. Bukan bisikan syetan. Makanya sejak kecil, anak kita harus dibiasakan mendengarkan al-Qur’an, jangan lagu-lagu cinta dan sebagainya. Kalau tidak seperti ini, keharmonisan rumah tangga bisa terganggu karena disebabkan anak-anak yang durhaka kepada orangtuanya, atau kasus anak. anak yang terlibat penyalahgunaan narkoba dan seks bebas.

 

Keluarga yang seperti apa, yang mudah diganggu oleh syetan?

Tentu adalah keluarga yang di dalamnya tidak pernah melaksanakan shalat. Karena shalat itu kan mencegah perbuatan keji dan munkar. Perbuatan keji dan munkar itu tentunya di bawah pengaruh syetan. Orang yang melakukan sebuah kemaksiatan, pasti dipengaruhi syetan. Makanya kita memohon untuk senantiasa diberikan jalan yang benar atau jalan yang lurus oleh Allah Serta memohon perlindungan-Nya dari gangguan syetan yang terkutuk.

 

Sebuah keluarga bisa dikatakan sudah mapan dengan rumah dan mobil yang mewah, tetapi di dalamya tidak ada ketenangan. Apa yang menjadi penyebab terjadinya hal ini?

Ketidaktenangan ini sering disebabkan karena mereka tidak berdzikir kepada Allah. Padahal dzikir adalah kunci untuk menentramkan hati Dzikir yang dimaksud, bisa membaca al-Qur’an, shalat berjamaah dan lain sebagainya. Tipe keluarga seperti ini sangatlah banyak dijumpai di sekitar kita. Mereka sudah punya segalanya, mungkin hanya matahari dan bulan saja yang mereka belum punya, tetapi ketentraman tak kunjung datang. Mereka ini kurang qona’ah (merasa cukup), bahkan tidak mau menshadaqahkan sebagian hartanya untuk orang-orang yang kurang mampu.

 

Apa resepnya agar sebuah keluarga muslim tetap harmonis?

Yang pertama, kita harus kembali kepada ajaran agama (Islam). Yang paling dasar itu, jangan meninggalkan shalat. Kalau kita mengerjakan shalat, pasti selalu ingat Allah. Kalau kita selalu ingat Allah, jika ada yang menggoda kita maka kita memiliki benteng diri. Dan implementasi dari shalat itu, kita harus senantiasa melaksanakan semua perintah Allah dalam semua aktivitas kehidupan. Lebih dari itu, bahwa sebaik-baiknya bekal dalam mengarungi hidup yang penuh ujian ini adalah taqwa. Kemudian dalam pergaulan suami istri di rumah, jangan mengikuti hawa nafsu yang selalu dihembuskan syetan. Bersikaplah jujur serta saling memaafkan. Liputi rumah dengan suasana keterbukaan dan saling pengertian agar menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
Oleh : Prof. Dr. Hj. Huzaemah Tahido Yanggo, MA.
Guru Besar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta

Shalat Istikharah, Muncul Nama di Sajadah

Saya pernah shalat istikharah dan tahajjud. setelah puasa 7 Senin, 7 Kamis, 7 hari kelahiran. Di akhir rekaat saya dapati di sajadah tulisan sebuah nama, waktu saya sujud tulisan itu hilang, sudah lima tahun belum juga saya temukan nama itu. Bagaimana ini ustadz?

Dedeh, Mattel, Cibitung Jawa Barat
Bismillah wal Hamdulillah, shalat istikharah dan shalat tahajjud adalah bagian dari shalat yang telah diajarkan Rasulullah kepada umatnya. Jabir bin Abdullah berkata, “Rasulullah telah mengajari kami shalat Istikharah dalam setiap menghadapi perkara atau urusan, sebagaimana beliau mengajari kami membaca surat-surat al-Qur’an. Beliau bersabda, ‘Apabila kalian dibingungkan dalam suatu masalah, maka shalatlah dua rakaat yang bukan shalat fardhu…” (HR. Bukhari, no. 1096).
Sedangkan shalat tahajjud yang sering disebut dengan shalat malam, adalah shalat sunnah yang diserukan langsung oleh Allah melalui ayat- Nya, “Dan pada sebagian malam hari, shalatlah tahajjud sebagai suatu tambahan ibadah bagimu (sunnah). Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. al-Isra’: 79).
Karena shalat Istikharah dan shalat tahajjud merupakan shalat sunah yang diperintahkan, maka dalam pelaksanaannya kita harus mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah. Rasulullah bersabda, “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat saya shalat…” (HR. Bukhari, no. 595).
Tidak ada ritual khusus yang diajarkan oleh Rasulullah saat kita hendak melaksanakan shalat Istikharah atau Tahajjud. Pada umumnya, cara pelaksanaannya sama dengan shalat sunnah lainnya. Tidak didahului oleh puasa 7 Senin, 7 Kamis dan 7 hari kelahiran, sebagaimana yang Anda lakukan.
Tulisan nama yang Anda jumpai di sajadah pada rakaat terakhir adalah sensasi keghaiban yang dilakukan syetan. Agar Anda yakin bahwa apa yang dilakukan itu benar, padahal menyimpang dari sunnah. Dan sensasi keghaiban itulah yang menyibukkan pikiran Anda sampai sekarang. Anda mencari-cari nama itu, karena Anda yakin bahwa itu adalah petunjuk dari Allah. Nama itulah yang akan menjadi jodoh Anda. Padahal belum tentu itu petunjuk, tapi godaan syetan.
Seandainya nama yang muncul itu ‘Rijal’, misalnya. Di Indonesia ini ada berapa ribu banyaknya nama Rijal. Ada yang masih bayi atau balita, ada yang masih duduk di bangku TK, SD, SMP atau SMA. Ada yang sudah berkeluarga atau beristri, bahkan sudah beranak pinak atau bercucu. Bahkan ada yang gila. Rijal mana yang dimaksud oleh ‘petunjuk’ itu?
Kalau di wilayah rumah Anda ada satu Rijal dan dia masih TK, apakah Anda akan menunggunya? Karena Anda berpegang teguh pada ‘petunjuk tadi. Atau kalau dia sudah menjadi suami orang, apakah Anda akan merebutnya karena merasa dia itu hak Anda. Atau kalau ada pemuda yang bernama Rijal tapi ia tidak suka pada Anda, apakah Anda akan putus asa dan bunuh diri atas penolakannya?
Sampai sekarang Anda telah merasakan dampak buruk dari ‘petunjuk yang menyesatkan itu. Anda terus kepikiran dengan nama yang telah muncul di sajadah. Kalau Anda yakin akan kebenaran ‘petunjuk itu, mungkin Anda akan kehilangan kesempatan emas. Kalau sekarang ada pemuda yang shalih, datang meminang Anda. Apakah Anda akan menolaknya karena namanya tidak sesuai dengan nama tersebut?
Shalat Istikharah dianjurkan oleh Rasulullah bukan untuk meminta jodoh atau mengetahui nama jodoh yang akan diberikan oleh Allah Istikharah itu mencari yang terbaik. Tidak hanya urusan jodoh. Setiap kita menghadapi suatu perkara, menentukan pilihan, yang membuat kita ragu atau bimbang, maka kita dianjurkan untuk shalat dua rakaat lalu berdo’a kepada Allah, memohon agar diberikan yang terbaik dari pilihan yang ada. Sebagaimana yang dinyatakan oleh hadits di atas, yang berasal dari Jabir bin Abdullah.
Dalam kitab Fiqh dijelaskan bahwa, dianjurkan bagi orang yang shalat Istikharah untuk membaca surat al-Kafirun di rakaat pertama, dan membaca surat al-Ikhlas di rakaat kedua. Kalau sekali shalat, kok belum tampak hasilnya maka dianjurkan untuk mengulanginya sampai tujuh kali. Sebagaimana yang dipesankan Rasulullah kepada Anas bin Malik, “Wahai Anas, apabila kamu dihadapkan pada suatu perkara, maka beristikharahlah kamu kepada Tuhan-Mu sebanyak tujuh kali. Lalu rasakan mana yang mantap di hatimu, karena kebaikan itu ada padanya. Kalau kamu berhalangan untuk shalat, maka istikharahlah dengan berdo’a.” (HR. Ibnus Sunni). (Lihat kitab al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu: 2/ 1065).
Kalau Anda menginginkan sesuatu, termasuk mengharapkan agar Allah segera mempertemukan Anda dengan jodoh yang telah Dia tentukan, maka bukan dengan shalat Istikharah, tapi dengan shalat Hajat. Dan kalau pada suatu saat, ada beberapa laki-laki yang baik, datang ke rumah untuk meminang Anda dalam waktu yang hampir bersamaan, maka Anda bisa melakukan shalat Istikharah untuk memohon kepada Allah agar dipilihkan yang terbaik di antara mereka.
Adapun shalat Hajat itu dilaksanakan sebanyak empat rakaat, atau dua rakaat setelah shalat Isya’. Dalam sebuah hadits marfu’ dijelaskan bahwa pada rakaat pertama dianjurkan untuk membaca ayat Kursi. Dan pada rakaat kedua membaca surat al-Ikhlas dan al-Mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Nas). (Lihat kitab al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu: 2/1066).
Abdullah bin Abi Aufa berkata, “Rasulullah telah bersabda, ‘Siapa saja yang mempunya hajat (keperluan) kepada Allah, atau hajat kepada seseorang dari bani Adam, maka hendaklah la berwudhu dan menyempurnakan wudhunya. Kemudian shalat dua rakaat. Setelah itu memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullah. Selanjutnya berdo’a kepada Allah.”
Adapun lafazh do’anya, “La ilaha illallahul halimul karim, subhanallahil rabbil ‘arsyil ‘azhim, alhamdulillahi rabbil ‘alamin. As-aluka mujibati rahmatika, wa ‘aza-ima maghfiratika, wal ghanimata min kulli birrin, was salamata min kulli itsmin Latada li dzanban illa ghafartahu, wa la hamman illa farrajtahu, wa la hajatan hiya laka ridhan illa qadhaitaha ya arhamar rahimin.”
Yang artinya, “Tiada Tuhan selain Allah yang Maha Santun dan Mulia, Maha Suci Allah Penguasa ‘arsy yang agung. Segala puji bagi Allah Penguasa alam semesta. Aku memohon kepada- Mu segala hal yang mendatangkan rahmat-Mu, dan yang benar-benar mendatangkan ampunan- Mu, dan yang mengumpulkan segala jenis kebaikan, dan menghindarkan dari segala jenis dosa dan keburukan. Janganlah Engkau biarkan dosa (ku) kecuali Engkau telah mengampuninya. Dan jangan Engkau biarkan kesedihan (ku) kecuali Engkau telah menghilangkannya, dan jangan Engkau biarkan suatu hajat (keperluan) yang Engkau ridhai, kecuali Engkau mengabulkannya, wahai Dzat yang paling Penyayang.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Semoga segala keperluan (hajat) kita yang mengandung kebaikan dan diridahi oleh Allah segera dikabulkan-Nya, amin. Wallahu a’lam.
Oleh : Ustadz Hasan Bishri, Lc
HUBUNGI ADMIN