Dari Mana Metode Ruqyah Didapat

Bapak Ustadz semoga dilindungi Allah, saya berharap Pak Ustadz mau menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

  1. Darimanakah sistim ruqyah didapatkan?
  2. Bagaimana mengimani yang ghaib sesuai syariat?
  3. Bagaimana cara mengetahui seseorang terkena gangguan jin, bagaiman cara mengatasinya?
  4. Penyakit apa saja yang bisa diruqyah apa hanya gangguan jin saja?
  5. Saya punya kelainan di mata apakah dapat diruqyah biar normal seperti orang lain?

Agus S,  Bandar Lampung

 

Saudara Agus S dan pembaca yang dirahmati Allah, setiap orang harus mempunyai pijakan atau tuntunan dalam hidupnya. Dan sesungguhnya seorang muslim mempunyai dua pedoman hidup yaitu Al-Qur’an dan As Sunnah. Nabi bersabda, “Aku tinggalkan untuk kalian dua hal yang jika kalian berpegang teguh pada keduanya maka kalian tidak akan tersesat selamanya, yaitu Al-Qur’an dan As Sunnah.”

Dalam hal Ruqyah ini, beberapa ayat Al-Qur’an menunjukkan bahwa di dalam Al-Qur’an terdapat penyembuh, seperti firman Allah Swt, “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi kesembuhan dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al Isra; 82), juga pada ayat yang lain seperti pada (QS. Yunus: 57), (QS. Fusshilat: 44)

adapun dalil dari hadits, di antaranya sebagai berikut:

  1. Hadits dari ummul mukminin Aisyah bahwa Rasulullah berkata kepada Aisyah saat ia sedang mengobati seorang wanita, “Obatilah ia dengan Al-Qur’an.” (HR. Ibnu Hibban dalam shahihnya)
  1. Hadit dari Utsman bin Abil Ash dia berkata, “Rasulullah menjengukku saat aku sakit dan berkata. Usaplah dengan tangan kananmu tujuh kali dan ucapkan Audzu bi’izzatillahi waqudrotihi, wa sulthonihi min syarri maa ajidu. Kemudian aku lakukan dan Allah menghilangkan penyakit itu dariku, dan aku selalu sampaikan tentang ini kepada keluargaku dan yang lain (HR. Imam Ahmad, Muslim dalam Shahihnya)

Adapun tentang bagaimana mengimani yang ghaib sesuai syariat.

Beriman kepada yang ghaib adalah sifat pertama yang dimiliki oleh orang yang bertaqwa, Allah berfirman, “Al-Qur’an itu tidak ada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib dan mendirikan shalat dan membayar zakat, dan mereka menginfaqkan sebagaian rizki yang Allah berikan kepada mereka.” (QS. Al baqarah 2-3)

Abu Ja’far Ar Razi dalam tafsir Ibnu Katsir berkata bahwa Yang dimaksud dengan Al Ghaib dalam ayat di atas adalah, “Beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, surga, neraka, bertemu Allah dan beriman kepada kebangkitan kembali setelah hidup.” Sedangkan menurut Qatadah, “Sesuatu yang ghaib bagi manusia seperti tentang masalah surga, neraka dan semua yang ghaib yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Sedangkan menurut Zaid bin Aslam Al Ghaib adalah taqdir. Dan semua pendapat itu adalah satu makna yang berdekatan, karena semua yang disebutkan di atas termasuk yang ghaib yang wajib diimani.

Sehingga mengimani yang ghaib sesuai syariat adalah mengimani yang ghaib yang diberitakan oleh Al-Qur’an maupun oleh hadits Rasulullah. Dengan demikian semua berita dan informasi tentang yang ghaib termasuk tentang dunia jin bisa diterima dan bisa ditolak. Diterima jika selaras dengan Al-Qur’an dan al hadits dan ditolak jika bertolak belakang dengan keduanya.

Sedangkan cara mengetahui orang yang terkena gangguan jin, prinsip Islam yang benar mengenai hal ini adalah bahwa manusia tidak bisa melihat hakikat jin. Allah berfirman, “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Al A’raf: 27). Dalam hal ini Imam Syafi’i mengatakan, “Barangsiapa yang mengaku dirinya bisa melihat jin (dalam bentuk aslinya), maka kesaksiannya ditolak.” Sehingga ketika kita menyatakan bahwa seseorang terindikasi gangguan adalah dengan mengetahui tanda-tanda gangguan itu pada seseorang. Bukan karena bisa melihat jin yang ada dalam tubuh seseorang.

Adapun di antara tanda-tanda itu adalah sebagi berikut. Di antara tanda-tanda saat terjaga: gelisah, susah tidur, mudah marah, malas beribadah, makan banyak tidak kenyang atau makan sekali rasanya kenyang dua hari, linglung, sering lesu dan malas, rasa sakit yang berkepanjangan atau pusing pada waktu-waktu tertentu.

Diantara tanda saat tidur adalah: tindihan, mimpi buruk atau menyeramkan, suara gigi beradu, sering terbangun saat tidur, mimpi seakan-akan jatuh dari tempat tinggi.

Adapun cara mengatasinya adalah dengan berlindung kepada Allah, menjaga shalat lima waktu dengan berjama’ah di masjid atau di mushalla, membaca Al-Qur’an dan Anda juga bisa melakukan dzikir pagi dan sore serta mengamalkan doa-doa penjagaan, untuk hal ini Anda bisa memiliki kaset Ma’tsurat dan doa penjagaan terbitan Ghoib Shout.

Ruqyah sendiri terbagi menjadi dua; ruqyah penjagaan dan ruqyah pengobatan. Ruqyah penjagaan yaitu ruqyah seperti yang dilakukan oleh Rasulullah terhadap cucunya Hasan dan Husein padahal keduanya tidak sakit. Juga ruqyah yang dilakukan Nabi dengan membaca doa sayyidul istighfar tiga kali di pagi dan sore hari.

Adapun penyakit yang bisa diruqyah adalah seluruh penyakit; akhlak atau moral, medis atau non medis, fisik atau non fisik. Karena hakikat yang memberi kesembuhan adalah Allah. Allah berfirman, “Dan ketika aku sakit Dialah (Allah) yang menyembuhkanku (QS. Asy Syuara: 80). Di dalam pengobatan dengan metode ruqyah ini kita memohon kepada Allah dari penyakit yang kita rasakan maupun yang dirasakan oleh pasien.

Ibnu Qayyim Berkata, “Al-Qur’an adalah penyembuh yang sempurna dari segala penyakit hati, jasmani, duniawi dan ukhrawi. Barangsiapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai obat dengan keimanan, dan keyakinannya yang kuat, maka penyakit itu tidak mampu menandingi Al-Qur’an. Bagaimana penyakit akan menandingi kalamullah yang menciptakan langit dan bumi yang seandainya diturunkan di atas gunung pasti dia akan tertunduk, atau diturunkan di atas bumi, maka ia akan membelahnya…..”

Kesembuhan ada ditangan Allah, dengan demikian kewajiban kita hanyalah berikhtiar, dengan cara yang tidak melanggar tentunya. Dan sekalipun nampak jelas bahwa seseorang mengalami penyakit fisik, tidak ada salahnya untuk melakukan ruqyah, karena antara pengobatan ruqyah dengan pengobatan medis itu tidak bertolak belakang. Mudah-mudahan bermanfa’at. Wallahu a’lam bis showab

 

Oleh : Ustadz Akhmad Sadzali, Lc.

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 40 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

“Semua Gerak Kehidupan di Dunia Ini, Tidak Ada Yang Kebetulan”

Nuansa pedesaan sangat kental ketika Majalah Ghoib memasuki komplek Pesantren Rafah yang asri dan sangat terjaga kebersihannya. Pesantern yang mulai dibuka tahun 99 ini, memberikan pengajaran secara gratis kepada 350 santri TPA, untuk penduduk sekitar. Setidaknya 250 santri juga telah bermukim di sana yang datang dari berbagai daerah di Indonesia termasuk santri yang datang dari Papua. Majalah Ghoib datang dan menemui Pimpinan Pondok Pesantern ini, untuk berbincang mengenai gejolak alam yang sedang terjadi sekarang ini. Ustadz yang memiliki judul tesis “ferifikasi penelitian naskah kitab didalam ilmu nahwu.” ini. Menjelaskan secara gamblang mengenai hal tersebut kepada Majalah Ghoib dengan penuh ketelitian. Berikut petikannya.

 

Dari 130 gunung yang ada di Indonesia, 9 gunung sedang “mual-mual”, angin puting beliung melanda beberapa daerah, juga banjir dan gempa yang terus menerus. Kalau ada yang berpendapat, ini hanyalah gejolak alam yang kebetulan saja, bagaimana pendapat Anda?

Itu merupakan pandangan orang-orang sekuler. Sementara pandangan orang yang beriman, dengan orang yang tidak beriman, terhadap apa yang terjadi pada gejolak alam sekarang ini tentunya berbeda. Kalau kita berpandangan dengan keimanan kita, maka Allah lah yang mengatur alam semesta ini. Apapun fenomena yang terjadi pada alam ini, tidak lepas dari aturan Allah. Jadi semua gerak kehidupan di dunia ini, tidak ada yang berjalan dengan kebetulan.

Dalam mengamati fenomena gejolak alam seperti ini, alangkah tepatnya kalau kita merujuk kembali kepada pandangan-pandangan yang telah diberikan oleh para salafush shalih (ulama-ulama yang sholih) terdahulu.

 

Bisa Anda jelaskan pandangan para salafush shalih tersebut mengenai hal ini?

Apa yang pernah ditulis oleh Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah dalam kitab al Fatawa jilid ke-28, halaman 138 menyatakan, sudah menjadi sesuatu yang diketahui oleh semua orang. Bahwa Allah telah memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya, pada diri kita dan pada alam semesta ini. Karena itu, sesungguhnya maksiat merupakan sebab dari pada bencana. Dan ketaatan kepada Allah merupakan sebab daripada turunnya nikmat dan berkah Allah kepada kita.

Sementara itu Ibnu Khayyim di dalam kitabnya al Jawaabul Kaafi, menyatakan, bahwa diantara hukuman-hukuman terhadap dosa adalah dicabutnya nikmat dan diturunkannnya bencana.

Kita seharusnya merenungi apa yang telah Allah kisahkan di dalam al Qur’an, tentang umat-umat terdahulu. Bahwa sebab utama yang menghilangkan dicabutnya nikmat tersebut adalah bahwa mereka telah menentang ajaran Allah dan bermaksiat kepada Rasulullah. Jadi semua bencana ini, disebabkan oleh dampak dari dosa-dosa yang telah dilakukan oleh manusia.

Dari dua pandangan salafush shalih ini. Sangat tepat kalau kita jadikan asas pandangan kita dalam melihat fenomena gejolak alam. Bahwa kita tidak bisa melepaskan kaitan, antara gejolak yang terjadi di alam ini dengan perbuatan dan kelakuan manusia.

 

Berarti orang sekarang cenderung berbuat maksiat, dari pada taat kepada Allah?

Kita harus jujur, bahwa sementara ini kaum muslimin masih banyak yang melakukan maksiat. Kita sekarang tidak hidup di jaman Rasulullah. Kalau di jaman Rasulullah kita punya penangkal turunnya bencana yaitu Rasulullah sendiri.

Tapi kita masih punya penangkal yang kedua pada jaman sekarang ini, untuk penangkal bencana. Yaitu Istighfar. Semua kalangan sekarang ini harus banyak beristighfar. Karena banyak orang yang melakukan maksiat, tetapi mereka sendiri tidak sadar kalau telah melakukan maksiat, sehingga mereka tidak segera beristighfar. Inilah yang menyebabkan turunnya banyak musibah di negeri tercinta ini.

 

Apakah faktor ketataan para ulama di jaman sekarang, tidak bisa menangkal datangnya bencana?

Secara obyektif kita mengatakan, bahwa tingkatan kita para ulama sekarang, tidak seperti tingkatan para salafush shalih terdahulu apalagi seperti Rasululloh junjungan.

Tetapi tetap, ketaatan para ulama tersebut adalah sesuatu yang bernilai. Ada satu sunnatullah yang berlaku dipermukaan bumi ini. Bahwa musibah itu apabila turun ke muka bumi akan mengenai semua orang, kecuali yang dirahmati oleh Allah. Pada saatnya nanti akan dibangkitkan sesuai dengan niat mereka masing-masing.

 

Kalau ada yang mengaitkan gejolak alam ini, karena kurangnya sesajen pada alam?

Tentunya, ini merupakan pendapat yang harus diluruskan. Kita ini bukan kurang sesajen. Tetapi kita ini sedang merusak alam. Dengan tidak memberi hak kepada mereka yang berhak menerimanya. Artinya kita ini kurang infaq dan shodaqoh. Karena infaq dan shodaqoh itu adalah penangkal bala dan musibah, kedzoliman lain terhadap alam juga terus berlangsung, seperti eksploitasi sumber daya alam yang diselewengkan. Dengan adu kekuatan dalam tendernya, sehingga gejala korupsi makin menggurita. Siapa yang kuat dia yang berkuasa untuk mengekploitasi sumber daya alam.

 

Apa yang harus dilakukan oleh orang-orang beriman dalam menghadapi gejolak alam yang terus menerus ini ?

Yang pertama adalah amar ma’ruf nahi munkar atau berdakwah untuk mengajak orang berbuat kebaikan dan menjauhi kemungkaran agar bencana tidak terus terjadi. Yang kedua, taubat dari setiap kesalahan-kesalahan kita selama ini. yang ketiga, adalah instropeksi secara jujur terhadap diri kita. Dan yang terakhir tentunya terus berdoa kepada Allah.

 

Bisa Anda jelaskan apa yang dimaksud dengan Instropeksi secara jujur terhadap diri kita?

Ini harus menjadi re-evaluasi kita. Artinya kita harus selalu instropeksi dalam segala kondisi. Kita harus selalu memandang secara jernih setiap kesalahan dan kekurangan kita sebagai bahan instropeksi. Kita juga harus “bersuudzon” kepada diri kita. Artinya kita harus selalu sibuk menganggap diri kita selalu dalam kekurangan dalam beribadah kepada Allah. Sehinnga kita tetap terpacu untuk selalu beribadah kepada Allah.

Rasulullah pernah berwasiat kepada kita, dalam sebuah hadits shahih, “beruntunglah orang yang sibuk dengan aibnya sendiri tidak sibuk dengan aib orang lain.” maka pesan saya untuk kaum muslimin, hendaklah kita banyak berdzikir kepada Allah, memperbaiki amal kita dan bermuamalah dengan baik terhadap sesama manusia. Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu memperbaiki amal kita.

 

Oleh : KH. M. Nasir Zein, MA. (Pimpinan Pondok Pesantern Rafah, Bogor)

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 40 Th. 2/1426 H/ 2005 M

MEMBANTU JIN KELUAR DARI TUBUH PASIEN

Ustadz, saya sering membantu jin keluar dari tubuh seseorang saat jin itu telah menyerah dan mengaku sulit keluar, bagaimana hukumnya?

Ust. Jauhar Arifin, Wonosobo Jawa Tengah

Bismillah wal Hamdulillah, Allah berfirman, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. al-Maidah: 2). Dan Rasulullah juga bersabda, “… Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat…” (HR. Muslim).

Jika Anda meruqyah seseorang untuk menerapi gangguan yang dialaminya, itu adalah bagian dari upaya untuk membantu seseorang keluar dari kesulitannya. Walaupun orang itu belum disembuhkan oleh Allah secara langsung sehabis diruqyah, atau langsung mendapat kesembuhan setelah diruqyah. Karena sembuh dan tidaknya penyakit seseorang adalah otoritas Allah semata.

Begitu juga ketika kita meruqyah seseorang, lalu orang tersebut menampakkan reaksinya. Lalu jin pengganggu yang ada dalam tubuh tersebut mengalami kesulitan untuk keluar dari tubuh orang yang terganggu, maka kita diperbolehkan untuk membantunya untuk keluar. Tapi dengan syarat, cara memberi bantuannya tidak menyimpang dari syari’at. Seperti minta dibakarkan kemenyan, minta ditaati semua perintahnya, minta disembelihkan seekor binatang atau hal lainnya yang menyimpang. Suruh saja ia keluar dari jalan yang dianggapnya mudah, lalu kita bantu dengan membaca doa kepada Allah, agar jalan keluarnya dipermudah. Jika kita bisa membantu jin itu untuk bertaubat dan keluar dari tubuh si penderita, maka kita akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah, insya Allah. Wallahu A’lam.

 

Oleh : Ustadz Hasan Bishri, Lc.

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 40 Th.2/ 1426 H/ 2005 M

AIR PUTIH UNTUK MENENANGKAN HATI

Apakah meminta bantuan pada seorang kyai untuk menenangkan hati, lalu diberi segelas air putih yang dibacakan ayat-ayat Al-Qur’an itu adalah cara yang sesuai dengan syari’at?

Hamba Allah, Tanggerang Banten

Bismillah wal Hamdulillah, air putih itu hanya merupakan media. Rasulullah pernah menjadikan air putih sebagai media dalam meruqyah. Tapi, banyak juga dukun yang menggunakan air sebagai sarana praktik perdukunannya? Tentu, antara perbuatan dukun dengan yang dilakukan Rasulullah sangat jauh berbeda. Cara perdukunan melibatkan kekuatan syetan, sedangkan cara Rasulullah melibatkan kekuatan Allah. Bacaan dukun bermuatan mantra dan jampi-jampi kesyirikan, bacaan Rasulullah terdiri dari ayat-ayat al-Qur’an. Walaupun airnya sama-sama putih, tapi substansinya jauh berbeda.

Dalam suatu hadits shahih, Ali bin Abi Thalib bercerita, “Ketika Rasulullah sedang shalat, ada seekor kalajengking yang menyengatnya. Sehabis shalat beliau berkata, “Laknat Allah untuk kalajengking, orang yang sedang shalat pun disengatnya. Lalu beliau mengambil air yang dicampur dengan garam. Kemudian diusapkan ke bagian yang sakit sambil membaca surat al-Kafirun, surat al-Falaq dan surat an-Nas.” (HR. Ath-Thabrani dan dishahihkan oleh Syekh Al-Albani hadits no. 548).

Bacaan yang dibacakan pada air putih itulah yang menjadi pokok permasalahan dalam masalah ini. Bukan keberadaan air putih itu sendiri, karena ia hanyalah sebagai media. Kalau orang yang kita anggap sebagai kyai tersebut membaca bacaan yang tidak jelas lafadznya, atau hanya komat-komit, maka sepatutnyalah kita menaruh curiga kepadanya. Jangan-jangan itu bacaan mantra yang bertujuan memanggil kekuatan jin atau syetan. Bahkan kalau yang dibaca itu ayat al-Qur’an tapi bila dicampur dengan mantra, kita tidak diperbolehkan untuk meminum air putih tersebut dengan niat apa pun. Karena ia telah mencampuradukkan antara yang haq dengan yang bathil, dan itu merupakan perbuatan yang sangat disukai syetan.

 

Oleh : Ustadz Hasan Bishri, Lc.

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 40 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Ziarah ke Makam Orang Alim

Apa hukumnya berziarah ke makam orang yang alim atau punya karamah dan ulama terkenal di suatu daerah?

(Rachma, Banjarmasin Kalimantan Selatan).

Bismillah wal Hamdulillah, para ulama’ sepakat bahwa ziarah kubur disunnahkan bagi orang laki-laki. Dan mereka berbeda pendapat tentang hukum wanita yang berziarah kubur. Para pengikut madzhab Hanafi berpendapat bahwa ziarah kubur hukumnya sunnah bagi laki-laki dan juga perempuan. Sedangkan mayoritas ulama menyatakan bahwa ziarah kubur sunnah bagi laki laki berdasarkan hadits Rasulullah, “Saya pernah melarang kalian (para lelaki) untuk berziarah kubur, (tapi sekarang) silahkan kalian berziarah ke kubur, karena hal itu bisa mengingatkan kalian akan kematian.” (HR. Muslim). Di riwayat lain, “Karena bisa mengingatkan kalian akan akhirat”. Dan menurut jumhur ulama ziarah kubur bagi perempuan hukumnya makruh. Berdasarkan hadits, “Allah melaknat para perempuan yang ziarah kubur.” (HR. Tirmidzi dan dinyatakan sebagai hadits shahih). Lebih lengkapnya lihat kitab al-Fiqhul al-Islami wa Adillatuhu: 2/1568-1572.

Kalau tujuan dari ziarah kubur itu untuk mengingatkan akan kematian dan alam akhirat, maka tidak ada alasan bagi kita untuk membedakan antara kuburan orang alim dengan orang awam, antara kuburan seorang tokoh dengan seorang rakyat biasa. Dan syari’at Islam telah mengajarkan umatnya untuk berdo’a atau membaca ayat suci al-Qur’an, memohon kepada Allah agar penghuni kubur tersebut diampuni dosa-dosanya oleh Allah dan diterima amal baiknya. Adapun do’a yang diajarkan oleh Rasulullah saat ziarah kubur adalah. “Assalamu ‘alaikum ahlad diyar minal mukminin, wa inna insya Allah bikum lahiqun, nas-alullaha lana wa lakumul ‘afiyah“. (Semoga keselamatan bagi kalian semua wahai orang-orang mukmin penghuni kubur. Dan insya Allah kami akan menyusul kalian semua. Kami memohon kepada Allah keselamatan untuk kami dan kalian semua). (HR. Muslim).

Kalau ada seseorang yang ziarah ke kubur seorang ulama’ atau tokoh terkenal yang semasa hidupnya dikenal dan diyakini punya ‘kesaktian’ atau ‘kekeramatan’, dengan tujuan memohon berkahnya atau kesaktian dan karomahnya, maka ia telah melakukan penyimpangan dan penyelewangan. Niatnya telah salah, dan tujuannya telah melenceng dari tujuan ziarah kubur yang sesuai dengan syari’at. Perbuatan seperti itu tidak akan mengingatkan pelakunya kepada kematian atau kehidupan akhirat, justru malah sebaliknya. Dan secara sadar atau tidak, cepat atau lambat, pelakunya akan terseret dan terjerembab pada jurang kesyirikan. Na’udzu billahi min dzalik.

 

Oleh : Ustadz Hasan Bishri, Lc.

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 40 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Sekeluarga Selalu Was-Was Ketika Shalat

Ustadz Pengasuh konsultasi yang dimuliakan Allah. Langsung saja saya punya masalah, ketika mau shalat hati selalu was-was, sehingga sampai takbir berkali-kali. Rasanya, ketika baca basmalah dan takbir selalu kurang tepat dan muncul dari hoti keyakinan kurang sah dan harus diulang. Saya lihat ayah dan kakak laki-laki saya juga demikian, tapi ibu dan kakak-kakak perempuan tidak. Apakah itu pengaruh jin? Apa yang harus saya lakukan? Bacoon apa yang harus dibaca?

Imron R, Sumatera Selatan

Saudara Imron R dan pembaca yang dirahmati Allah, ada bermacam-macam gangguan jin terhadap manusia, ada gangguan sebelum tidur sehingga susah tidur. Ada yang diganggu saat tidur dengan mimpi-mimpi buruk atau menyeramkan. Ada juga seperti yang Anda alami yaitu gangguan saat shalat. Untuk masalah yang terakhir ini sebetulnya juga mencakup gangguan pada seseorang yang malas untuk melakukan shalat atau selalu mengulur-ulur waktu shalat, sehingga tidak melakukan shalat kecuali di akhir waktu atau bahkan bisa saat waktu telah lewat dan telah masuk waktu shalat yang lain. Begitu pentingnya shalat itu dalam Islam, sehingga syetan tidak akan tinggal diam ketika melihat orang shalat dengan khusyu’. Khanzab, begitulah nama syetan itu. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dalam shahihnya dari Utsman bin Abil ‘Ash berkata, “Ya Rasulullah, syetan telah mengganggu shalatku dan bacaanku pun menjadi lupa karenanya.” Nabi berkata, “Itu adalah ulah syetan, namanya Khanzab, jika kamu merasakan gangguannya berlindunglah kepada Allah dari gangguannya dan meludahlah ke arah kirimu tiga kali. Kemudian aku melakukannya dan Allah menghilangkan gangguannya dariku.”

Imam Bukhari dalarn shahihnya dari Abu Hurairah berkata, Nabi bersabda, “Apabila dikumandangkan adzan shalat, syetan menyingkir sambil terkentut-kentut dengan bersuara dan ketika telah selesai ia kembali, apabila adzan dikumandangkan kembali, maka ia menyingkir, jika selesai ia kembali, sehingga terbetik dalam hatinya dan syetan berkata, ‘Ingatlah ini, ingatlah itu.’ Sehingga ia lupa tiga raka’at atau empat, jika ia tidak tahu tiga atau empat maka ia melakukan sujud sahwi.

Demi Allah, Allah tidak akan menghisab pikiran dan bisikan dari syetan tetapi Allah meminta pertanggungjawaban dari merespon pikiran-pikiran itu dan mengikutinya serta tidak khusyu’ karena tersibukkan olehnya.”

Saudara Imron dan pembaca yang budiman, Syekh Wahid Abdus Salam Bali mengatakan, “Ketahuilah sesungguhnya syetan mengganggu orang shalat melalui dua pintu:

Pintu yang pertama: Sesuatu yang berhubungan dengan indera yang nampak.

Seperti orang shalat yang mendengar suara keras kemudian tersibukkan dirinya dengan suara itu. Atau orang yang melihat sesuatu yang menakjubkan seperti melihat hiasan atau yang lainnya. Cara mengusir dari gangguan ini adalah dengan tidak menghiraukan suara itu atau tidak melihat hiasan itu dan memalingkan pandangannya. Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari hadits Aisyah, “Sesungguhnya Rasulullah shalat memakai pakaian bergambar pemberian Abu Jahm, setelah selesai shalat Nabi melepas pakaian itu dan berkata, “Pergilah dan bawalah pakaian ini kepada Abu Jahm, sesungguhnya pakaian itu telah menyibukkanku dan melupakan shalatku tadi dan bawakan kepadaku Anbajanih (sejenis pakaian tak bermotif/polos).

An-Nasai meriwayatkan dari hadits Ibnu Abbas bahwasanya Rasulullah pernah di atas mimbar sedang ditangannya ada cincin, lalu dilemparkannya seraya berkata, “Cincin ini telah menyibukkanku antara melihat dan memandang kalian.

Oleh sebab itu para ulama memakruhkan pembuatan hiasan dinding dalam masjid karena bisa mengganggu orang yang shalat. Imam Ahmad berkata, “Tidak boleh menulis sesuatu apapun di bagian Qiblat karena akan menyibukkan hati orang yang shalat.”

Pintu kedua: Sesuatu yang berhubungan dengan hati.

Jika hati telah bergantung dengan dunia, maka ia akan disibukkan dengannya di dalam shalat maupun di luar shalat. Karena orang yang mencintai sesuatu itu, ia banyak memikirkannya. Sehingga selalu nampak dalam semua gerakan shalat, bahkan ketika bersujud hatinya sibuk dengan dunia, dan satu pikiran ke pikiran yang lain. Sungguh pintu ini sangat besar, hampir tidak ada yang selamat darinya kecuali orang yang mendapatkan taufiq dari Allah dan tidak ada obatnya kecuali dengan mengetahui rendahnya nilai dunia seraya memperbanyak doa, “Ya Allah, Jadikanlah dunia ditangan kami dan jangan Engkau jadikan dunia di hati kami, kemudian senantiasa mengingat kedahsyatan ketika berdiri di hadapan Allah mempertanggungjawabkan seluruh amal pada hari kiamat.”

Selanjutnya, apa yang harus kita lakukan untuk menghilangkan rasa was-was dan bisa tetap khusyu?

  1. Siapkan diri Anda untuk shalat dengan cara menghentikan aktifitas sesaat sebelum shalat untuk berdzikir atau membaca beberapa ayat al-Quran.
  2. Lakukan shalat tepat waktu, Ibnu Mas’ud berkata, “Saya bertanya kepada Rasulullah amal- amal apa yang paling utama ya Rasulullah?” Nabi bersabda, “Shalat tepat waktu,” Saya bertanya, “Kemudian apa?” “Berbakti kepada kedua orangtua” “Kemudian apa lagi?” “Jihad fi Sabilillah,” jawab Nabi. (HR. Bukhori Muslim)
  3. Shalat dengan berjama’ah di masjid atau di mushalla bagi laki-laki (Perempuan shalatnya berjamaah di rumah dan boleh shalat di masjid jika tidak mengundang fitnah). Nabi bersabda. Shalat berjama’ah itu lebih utama dari shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat” (HR Bukhari Muslim)
  4. Berusaha menempati shaf/barisan yang terdepan, meluruskan dan merapatkannya
  5. Berusaha untuk memahami maknanya dari setiap bacaan dan menghayati bacaannya.

Jika was-was dan ragu-ragu maka lakukanlah hal berikut.

  1. Tetaplah berpegang pada yang yakin daripada yang meragukan, misalnya jika anda lupa rakaat ketiga atau ke empat, maka ambillah yang tiga rakaat, karena itu yang meyakinkan.
  2. Berlindung kepada Allah dengan membaca, “Aku berlindung kepada Allah dari (godaan) syetan yang terkutuk, dari kesombongannya, tiupannya serta bisikan jahatnya.” (HR.Abu Daud)
  3. Menunduk dan meludah tipis ke arah kaki kiri tiga kali jika mulai ada bisikan was-was
  4. Kemudian lakukanlah sujud sahwi dua kali saat duduk terakhir sebelum salam.

Bisikan setan tidak akan putus kecuali dengan berlindung kepada Allah sebagaimana firman Allah dalam surat al-A’raf 200.

“Dan jika kamu ditimpa godaan syetan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi maha mendengar.”

Mudah-mudahan Allah memberikan pertolongan kepada kita dan memasukkan kita pada golongan orang-orang khusyu’ dalam shalatnya Amin.

 

Oleh : Ustadz Akhmad Sadzali, Lc.

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 39 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

“Tanpa Doa, Kekuatan Kita dengan Syetan “Fifty-Fifty”

Pagi itu udara sangat cerah. Matahari mengeluarkan sinarnya tanpa pamrih. Membuat aktivitas anak manusia berjalan secerah sinar mentari. Saat Majalah Ghoib menemui DR. Atabik Lutfi, MA di rumahnya di daerah Kalisari. Ustadz yang memiliki judul desertasi doktoral, Perkembangan Metodologi Tafsir Qur’an Kajian Indonesia ini, telah menerjemahkan 6 buah buku saat masih di Negeri Jiran Malaysia salah satunya tentang doa-doa yang mustajab dalam al-Qur’an dan Sunnah. Berikut petikannya.

 

Bisa Anda jelaskan, bagaimana al-Qur’an berbicara tentang doa dalam kehidupan seorang muslim?

Kalau kita kaji beberapa ayat dari kitab suci al-Qur’an, di sana banyak mengajarkan kepada kita tentang doa. Doa-doa tersebut bisa kita fahami merupakan wujud komunikasi yang efektif epada Allah. Jadi, ketika kita membaca al-Qur’an, hal itu menunjukkan bagaimana kita mengadakan hubungan yang total kepada Allah. Setiap ayat yang kita baca, terdapat nilai-nilai doa yang terkandung di dalamnya. Sehingga kita bisa katakan, bahwa al-Qur’an itu banyak berbicara tentang doa, dan sarat dengan nilai-nilal permohonan dan permintaan kepada Allah.

 

Apa hikmah yang bisa diambil, dari doa-doa para Nabi yang tercantum dalam al-Qur’an?

Para Nabi itu kan sudah kita jadikan sebagai suri tauladan. Jadi alangkah baiknya, kalau doa-doa yang kita panjatkan harus bersumber dari al-Qur’an, sebagaimana juga yang dicontohkan para Nabi. Para Nabi tersebut, sangat tahu bahasa permohonan atau permintaan yang layak untuk disampaikan kepada Allah. Sehingga doa-doa mereka sangat mustajab. Kalau doa kita ingin dikabulkan, maka apa yang kita pinta kepada Allah, sebisa mungkin ada contohnya.

 

Adakah contoh dalam kajian al-Qur’an, bahwa seorang Nabi pernah berdoa untuk kebaikan dirinya dan orang lain?

Nabi Sulaiman pernah berdoa kepada Allah, seperti yang tercantum dalam surat An Naml ayat 19. “Maka dia tersenyum dengan tertawa karena mendengar perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Allah, berilah aku ilmu untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal sholeh yang Engkau ridhoi, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang sholeh.”

Dalam doa ini, Nabi Sulaiman mengajarkan kepada kita bahwa dalam setiap doa yang kita ucapkan, harus senantiasa mengikutsertakan kedua orang tua kita. Karena kedekatan kita dengan keduanya. Kemudian, yang pertama kali harus ada dalam hati setiap insan adalah rasa syukur yang mendalam kepada Allah. Sedangkan untuk bersyukur itu perlu kekuatan. Sampai sampai Nabi Sulaiman sendiri, memohon kekuatan kepada Allah agar mampu mensyukuri nikmat-Nya. Nilai lain yang terkandung dalam doa ini adalah, bahwa seseorang itu beramal shaleh tentunya dengan bantuan Allah. Karena tidak mungkin kita dapat beramal shaleh dengan baik tanpa ada kekuatan dari Allah. Kekuatan kita dengan syetan itu kan fifty-fifty, bila tanpa bantuan permohonan doa kepada Allah.

 

Nabi yang terkenal kesabarannya dalam menghadapi penyakit parah adalah Nabi Ayub, bisa dijelaskan kajian al-Qur’an mengenai hal ini?

Nabi Ayub memang orang yang sangat sabar dalam menghadapi ujian. Dalam keadaan sakit, ia tetap mengatakan bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang kepadanya. Karena penyakit tersebut merupakan hal yang terbaik untuknya, jika datangnya dari Allah. Dan itu merupakan bentuk kasih sayang-Nya kepada seorang hamba. Jadi, kita pun sebagai seorang muslim dalam menghadapi ujian seperti penyakit yang parah bisa mencontoh kisah Nabi Ayub ini.

 

Apa yang harus dilakukan oleh seorang hamba, agar doanya memiliki kekuatan dan dapat diterima oleh Allah?

Dalam sebuah hadits diceritakan, bahwa ada seorang yang berdoa kepada Allah dengan rambut berantakan dan pakaian yang lusuh, maka seumur hidupnya doanya tidak pernah terkabulkan. Artinya, seluruh prilaku manusia itu sangat mempengaruhi nilai kekuatan doanya. Ketika manusia banyak bermaksiat kepada Allah. Maka otomatis kekuatan doanya akan hilang. Namun apabila ibadahnya kuat dan taat, maka doanya akan memilki kekuatan yang dahsyat.

 

Ada kasus seseorang yang sakit parah sekian lama, kemudian didoakan oleh orang yang sholeh dengan doa-doa yang ma’tsur (sesuai contoh Nabi), setelah didoakan ternyata mempermudahnya meninggal dunia, bagaimana kajian Anda tentang hal ini?

Ketika seseorang itu dalam keadaan sakit parah, maka akan ada dua kemungkinan. Kalau seseorang tersebut betul-betul kuat hubungan nya dengan Allah, maka dia akan semakin kuat tingkat permohonannya kepada Allah. Dan dia akan meminta yang terbaik kepada Allah. Kalau dia diberikan kehidupan yang terus, maka ia akan meminta kehidupannya adalah kehidupan yang terbaik. Atau kalau memang akan dicabut nyawanya, maka ia juga meminta kematiannya dalam keadaan yang terbaik. Kalau memang sudah tidak ada alternatif lagi dari penyembuhan yang sesuai syariat Islam, sementara segala usaha telah dilakukan dan sudah menemukan jalan buntu, maka justru orang tersebut mendapatkan kebaikan. Karena kehidupan kita itu kan ditentukan pada saat-saat terakhir dari kehidupan kita. Apakah kita tetap kuat untuk selalu berserah diri kepada Allah walaupun dalam keadaan sakit parah. Jadi apapun keputusan Allah untuk hamba Nya, setelah berdoa atau didoakan oleh orang yang sholeh adalah merupakan keputusan yang terbaik untuk hamba-Nya. Dan kita pun, harus ridho dengan keputusan tersebut, karena di balik keputusan Allah untuk hamba-Nya pasti menyimpan banyak hikmah.

 

Apa Anda punya pengalaman khusus yang berkaitan dengan doa yang berkaitan dengan orang yang sakit keras?

Ya, pada saat di Malaysia, saya kenal dengan seorang Datuk (gelar bangsawan yang diberi oleh raja) la adalah orang yang sangat shaleh, semua ibadah yang ia lakukan harus ada tuntunannya dari Nabi. Suatu saat ia sakit mendadak dan sampai koma selama tiga hari. Saat di rumah sakit, ia dimasukkan ke dalam ruangan kaca pengaman. Karena tidak boleh dijenguk oleh siapa pun. Sebelum ia koma, sempat berdoa kepada Allah dengan satu permintaan, “Ya Allah, lanjutkanlah hidup saya kalau memang itu yang terbaik. Dan tolong mudahkanlah hidup saya kalau itu juga yang terbaik. Karena saya masih mempunyai keluarga yang mencintai saya.” Dan tidak lama berselang Alhamdulillah ia sembuh. Padahal semua dokter sudah menyerah. Sungguh sebuah kuasa Allah yang maha agung. Semoga kita semua bisa bersabar dari penyakit yang mendera. Dan tetap berserah diri kepada Allah sampai ajal menjemput kita.

 

Oleh : DR. Atabik Luthfi, MA (Dosen Pasca Sarjana Universitas Islam Jakarta)

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 39 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

BELAJAR ILMU ‘HIKMAH’?

Ustadz, ada seseorang yang mempelajari ilmu “Hikmah”, agar mampu melihat makhluk halus, dan bisa meramal, apakah apa yang didapatkan itu karamah atau sihir? Dan apa hukumnya mempelajari ilmu seperti itu?

(Abdullah, Cikampek jawa Barat)

Bismillah wal Hamdulillah, seharusnya kita tidak belajar ilmu sembarangan. Apalagi kalau ilmu tersebut malah menjauhkan kita dari Allah atau melanggar ketentuan dan syari’at-Nya. Rasulullah bersabda, “Seharusnya orang mencari ilmu bertujuan untuk mencari ridha Allah. Barangsiapa yang mencari ilmu untuk mendapatkan kehormatan di dunia, maka ia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud dengan sanad shahih). Dan dalam riwayat lain, “Barangsiapa yang mencari ilmu untuk menyombongkan diri di hadapan para ulama’ atau untuk mengelabuhi orang-orang yang bodoh atau untuk menarik simpati manusia, maka tempat baginya adalah neraka.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Apapun ilmu yang kita pelajari, berlebel hikmah atau yang lainnya. Kalau cara mempelajarinya dan proses penguasaannya menyimpang dari syari’at atau mengandung maksiat, maka ilmu itu haram untuk dipelajari. Begitu juga bila tujuan dari mencari ilmu tersebut menyimpang seperti yang Anda ceritakan. Ketahuilah jin adalah makhluk halus yang keberadaannya tidak terlihat oleh manusia, dan Itulah sunnatullah yang telah ditetapkan Allah dalam surat al-A’raf ayat 27. Kalau itu sudah menjadi ketentuan Allah, berarti mempelajari ilmu dengan tujuan melihat jin adalah yang sia-sia dan dilarang. Apalagi jika tujuan lainnya dari belajar ilmu tersebut untuk bisa meramal, maka orang yang mempelajarinya telah melakukan suatu dosa. Karena ramal-meramal dalam Islam adalah perbuatan yang terlarang dan haram. Dan kalaupun si penuntut ilmu itu berhasil, bisa melihat jin dan juga bisa meramal, berarti ia telah masuk dalam tipu daya syetan. Syetan telah mempermainkannya dan memperdayainya. Itulah bagian dari ilmu sihir, bukan karamah seperti anggapan banyak orang. Wallahu Alam.

 

Oleh : Ustadz Hasan Bishri, Lc.

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 39 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Belajar Ilmu Kontak, Apa Hukumnya?

Saya mempelajari ilmu kontak, apakah baik atau tidak dan apa hukumnya?

(Surawan, Hotel Grand Hayyat Jakarta)

Bismillah wal Hamdulillah, sayang sekali Anda tidak menjelaskan tentang jenis dan macam ilmu kontak yang Anda pelajari. Menurut pengakuan beberapa orang yang datang ke Kantor Majalah Ghoib, yang bercerita tentang ilmu kontak yang pernah mereka pelajari. Mereka bercerita bahwa ilmu kontak itu banyak ragam dan jenisnya. Tapi tujuannya dan kekuatan yang dihasilkannya hampir sama. Yaitu untuk membentengi diri dan mengalahkan musuh bila mereka menyerang. Hanya dengan desahan nafas atau gerakan tangan, musuh akan jatuh tanpa disentuh. Mereka akan terpelanting tanpa dibanting. Mereka akan terjengkang tanpa ditendang. Di samping itu ilmu kontak bisa juga digunakan untuk mengobati suatu penyakit dengan ‘tenaga dalam atau bio energi’, dan ada juga ilmu kontak yang bisa membuat tubuh kebal senjata tajam. Dan masih banyak fungsi lainnya yang membuat orang kepincut dan tertarik untuk mempelajari dan menguasainya.

Kalau memang jenis ilmu seperti itu yang Anda maksud dengan ilmu kontak, maka hukum mempelajarinya tidak diperbolehkan. Karena dalam proses mempelajarinya ada banyak hal yang menyimpang dari syari’at. Seperti membaca wirid-wirid tertentu. Kalaupun bacaan wirid itu terdiri dari ayat al-Qur’an biasanya dicampur dengan bacaan atau mantra lainnya. Kalaupun bacaannya murni ayat al-Qur’an, biasanya cara pelaksanaannya menyimpang dari syari’at. Seperti, membaca ayat tersebut dengan jumlah dan bilangan tertentu, atau dibaca diwaktu-waktu tertentu dan dengan cara tersendiri. Ada juga yang didahului oleh puasa-puasa yang tidak disunnahkan Rasulullah, atau ritual menyimpang. Kalaupun unsur-unsur di atas tidak ada, berarti masih ada satu penyelewengan, yaitu salah niat dan menyalahgunakan ayat. Padahal niat yang benar dan cara yang sesuai syari’at adalah dua syarat mutlak diterimanya ibadah seorang mukmin. Kalau salah satu dari keduanya tidak ada, maka ibadah itu tertolak.

Dan satu hal lagi yang harus diwaspadai oleh orang yang mempelajari ilmu kontak, sebagaimana yang dituturkan oleh orang-orang yang sudah bertaubat. Yaitu, percaya dirinya over dosis yang bisa mengikis rasa tawakalnya kepada Allah. la lebih mengandalkan kekuatan magic yang ia miliki. Dan juga sifat sombong akan mendominasi para pemilik ilmu kontak, rata-rata mereka selalu penasaran ingin menjajal kemampuan atau mendemontrasikannya di depan khalayak. Bahkan tak jarang, mereka membuat gara-gara, atau memancing masalah. Perasaan seperti ini sulit diredam atau dikendalikan. “Mungkin itulah pengaruh negatifnya,” kata salah seorang mantan pendekar ilmu kontak.

Ada sebagian orang mempelajari ilmu tersebut dengan tujuan dakwah Islam. “Dalam menyebarkan Islam kan perlu kekuatan untuk menghadapi gesekan dari umat lain”, begitulah salah satu alasan yang sering dijadikan kambing hitam. Memang mulia kalau tujuannya seperti itu. Tapi tujuan tidak boleh menghalalkan segala cara. Pada zaman Rasulullah, umat Islam sangat sedikit jumlahnya, mereka minoritas. Tapi dalam berdakwah, Rasulullah tidak pernah mengajarkan kepada para shahabatnya ilmu yang bisa mementalkan musuh tanpa disentuh, atau ilmu kebal senjata tajam. Mereka diajari strategi perang, bagaimana memanah dan bermain pedang atau menunggang kuda dan berduel mengalahkan musuh. Khalid bin Walid sendiri ketika meninggal, bagian depan tubuhnya terdapat lebih dari 80 goretan bekas tusukan dan goresan senjata tajam. Umar, Utsman dan Ali tiga khalifah Islam meninggalnya karena tikaman senjata tajam musuh. Dalam perang Yamamah, terdapat 70 sahabat yang hafal al-Qur’an yang syahid karena senjata musuh. Mereka tidak ada yang kebal senjata tajam.

Oleh sebab itu, marilah kita pelajari ilmu-ilmu yang bisa mengantarkan kita untuk mengenal syari’at Allah dan mengamalkannya. Bagaimana cara shalat yang benar, membaca dan memahami al-Qur’an serta mengamalkan isinya. Berdzikir dan berdo’a sesuai yang dicontohkan Rasulullah. Hanya dengan mengikuti petunjuk Allah dan sunnah Rasul-Nya, kita bisa bahagia dan selamat di dunia dan di akhirat. Kita tidak butuh kesaktian dan kekebalan yang beraroma klenik. Seandainya kita mati oleh senjata musuh saat meniti syari’at Allah dan memperjuangkannya, berarti kita mati syahid. Kematian seperti itulah yang kita cari, karena bisa mengantarkan kita ke surga. Cukuplah bagi kita petunjuk Allah dan Rasul-Nya. kita tidak butuh kedigjayaan dan kesaktian syetan dan antek-anteknya.

 

Oleh : Ustadz Hasan Bishri, Lc.

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 39 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Melanggar ‘Pantangan’ Bikin Sakit?

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada Redaksi Majalah Ghoib yang telah memuat surat saya ini.

Saya seorang muslim yang menderita suatu penyakit karena musibah yang tak kunjung berhenti.

Singkat cerita, pada waktu masa kecil dulu, saya diajak teman-teman untuk belajar ilmu keramat (kejawen) yang mana pengisiannya dengan cara meminum air teh sembilan. Setelah meminum teh tersebut kita bisa memanggil atau mempraktekkan jurus-jurus apa saja yang kita minta, dan ilmu tersebut ada larangannya, seperti tidak boleh minum alkohol, berzina dan hal yang dilarang agama. Saya sebagai manusia biasa, ternyata melanggar beberapa larangan tersebut. Karena ilmu tersebut mengganggu jiwa saya, maka saya tinggalkan.

Sepuluh tahun kemudian, saya diajak oleh teman untuk belajar ilmu tenaga dalam pada suatu perguruan yang cukup terkenal di wilayah Jabotabek yang mana pengisiannya dengan cara digurat perutnya (karena kekuatannya ada diperut). Setelah pengisian tersebut, perut saya selalu sakit. Pertanyaan saya;

  1. Apakah ilmu-ilmu tersebut tidak bisa hilang dan apakah semua ilmu yang seperti itu berkhadam jin?
  1. Badan saya sering kedinginan padahal cuaca panas dan saya sering sakit-sakitan. Padahal kata dokter, saya sehat. Apakah itu akibat dari pelanggaran yang saya lakukan?
  1. Apakah karena saya tidak bisa membaca Al-Qur’an, sehingga jin-jin tersebut tidak mau keluar?
  1. Bagaimana mengetahui ilmu dan jin-jin yang ada pada tubuh saya sudah hilang. Saya sudah terapi ruqyah 3 kali?

Mohon penjelasan, terima kasih.

Wassalamu Alaikum Wr. Wb.

Yusuf, Bekasi.

 

Wa’alaikumus salaam Wr. Wb.

Alhamdulillah, wash shalaatu was salaamu ‘ala rasuulillah, wa ba’du…

Segala puji bagi Allah yang memberikan hidayah kepada kita untuk selalu menjaga tauhid dan keimanan kita di tengah-tengah hiruk pikuknya kemusyrikan yang ada. Tiada henti kita memohon semoga Allah senantiasa menjaga kenikmatan ini dan juga memberikan cahaya-Nya kepada saudara-saudara kita yang masih terjebak oleh tipu daya syetan. Aamiin

Setiap mukmin sejati, seyogyanya mengamalkan Islam secara total atau kaaffah. Sikap totalitas dalam beragama ini Allah jelaskan dalam firmannya, “Wahai orang-orang yang beriman masuklah dalam Islam secara kaaffah ” (QS. Al-Baqarah: 208)

Sahabat Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Apa-apa yang aku larang, maka jauhilah dan apa yang aku perintahkan kepada kalian maka laksanakanlah dengan sekuat kemampuan kalian. (HR. Bukhari no 6777 dan Muslim no 1337)

Inti dari taujih Rabbani (arahan Allah) dan pesan Rasulullah adalah respon seorang mukmin untuk menjalankan perintah Allah atau meninggalkan larangan-Nya didasari oleh ketaatan pada Allah. Bukan karena yang lainnya. Bukan karena syarat agar kebal atau takut “ilmu-ilmu” kita akan hilang. Itu semua adalah tipuan syetan. Sehingga manusia terkelabui dengan hal-hal yang berbau agama. Padahal bukan dari Islam sama sekali. Karena dengan demikian seseorang patuh kepada jin atau syetan dan bukan karena taat pada Allah.

Metode dukun untuk menipu masyarakat bervariasi. Bahkan semakin hari semakin dimodernkan. Kalau dulu dengan istilah tenaga dalam atau diisi. Sekarang sudah tidak mode. Karena masyarakat sudah faham yang diisikan ke tubuhnya tidak lain melainkan jin. Sekarang sering digunakan istilah “dibuka auranya, dibuka cakranya, listrik statis atau pernafasan perut”, Apalagi jika hanya digurat perut seseorang agar memiliki “kekuatan” lebih, sebagaimana perguruan yang bapak datangi. Semua sama. Setali tiga uang. Mereka menggunakan jin.

Yang bapak pelajari bukan kekuatan biasa, dalam arti semuanya menggunakan jin. Dalam sejarah tidak pernah disebutkan bahwa Rasulullah atau para sahabat mempelajari ilmu beladiri dengan cara instan seperti itu. Justru yang diperintahkan adalah dengan berlatih secara wajar sebagaimana tersebut dalam sebuah atsar dari Umar “Ajarilah anak-anakmu berenang, memanah dan menunggang kuda.”

Dengan demikian, keahlian yang muncul begitu saja setelah minum teh sembilan tidak diragukan lagi darimana asalnya. Dengan demikian, ilmu tersebut bisa dibuang, meski dengan perjuangan yang tidak ringan.

Namun demikian, tidak ada jin yang tidak bisa keluar. Sepanjang kita tulus dalam bertaubat, sambil terus bapak perkuat ibadah. Jangan pernah putus asa. Karena salah satu pintu masuk jin adalah keputusasaan. (Wiqooyatul Insan hal 179)

Saat kita bertaubat dan bertekad untuk meninggalkan persekutuan dengan jin. Sering kali jin berbuat hal-hal yang aneh. Tujuannya agar kita mau kembali melakukan kemusyrikan.

Ketika ada rasa sakit, saat melanggar pantangan jangan terlalu dikaitkan dengan kekhawatiran akan “ilmu syetan” tadi. Semestinya yang kita takutkan adalah karena kita telah melanggar larangan Allah.

Bapak melanggar pantangan atau tidak, pada hakekatnya akan sama. Bahwa orang yang mempelajari ilmu seperti yang bapak dalami akan mengalami gangguan, tapi dengan tingkat yang berbeda. Justru bapak patut bersyukur karena kemudian terlepas dari jeratan ilmu yang

Coba diperdengarkan ayat-ayat ruqyah. Apakah perut bapak terasa mual, panas atau ada yang bergerak-gerak. Perhatikan apakah rasa sakit itu ada masa-masa tertentu atau tidak?

Membaca Al-Quran adalah awal dari interaksi seorang muslim terhadap Al-Quran. Selanjutnya adalah tadabbur dan aplikasi. Jika kita kencang dan aktif berinteraksi dengan Al-Quran, maka insya Allah, al-Qur’an akan menjadi pelindung. Termasuk di dalamnya pengamalan Sunnah. Diriwayatkan dari Ibnul jauzi dengan sanad sampai ke A’masy, jin berkata: “Kita sangat berat untuk mengganggu orang yang komitmen dengan sunnah, adapun orang-orang yang menuruti hawa nafsu, maka kami mudah sekali mempermainkan mereka”. (Talbis Iblis hal 39)

Yang diperlukan adalah mempersiapkan benteng diri yang hakiki yaitu akidah yang murni dan ibadah yang tekun.

Semoga Allah selalu memberikan inayah-Nya agar keimanan kita selalu shahih. Aamiin.

Wallahu A’lam

 

Oleh : Ustadz Agus Setiawan, MA

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 37 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

HUBUNGI ADMIN