Kematian adalah bagian dari rahasia Tuhan yang tidak diketahui siapapun. la bisa menghampiri seseorang setiap saat. Tanpa salam. Tanpa permisi. Tanpa melewati tangga tangga kematian. Rambut yang sudah memutih, punggung yang membungkuk, atau pun mengidap penyakit kronis. Kematian laksana musuh yang mengintai setiap saat.
Meski sudah tahu bahwa kematian adalah suatu kepastian, namun tidak sedikit orang yang tidak bersiap diri menyambutnya. la ketakutan yang luar biasa bila harus meninggal.
Ketakutan-ketakutan yang bukan pada tempatnya itu, bertemu dengan mitos yang juga tidak kalah mengerikannya. Ya, katanya bila ada orang yang meninggal pada hari Sabtu, maka keluarganya atau warga sekitar harus bersiap-siap menjadi incaran maut berikutnya.
Itulah yang dialami Yuyun (nama samaran), asal Cirebon. Jauh-jauh, ia datang dari Cirebon ke kantor kami untuk mengikuti terapi ruqyah. Kedatangannya tidak terlepas dari mitos tersebut. Kebetulan beberapa minggu yang lalu salah seorang tetangganya meninggal pada hari Sabtu.
la sebenarnya tidak percaya dengan mitos tersebut, tapi apa lacur, mitos itu begitu kuat mencengkeram keyakinan masyarakat, hingga roda keimanannya mulai tergoyah. Hatinya berdebar. Jiwanya gelisah. Bayangan kematian yang akan menjemputnya terus memburu. Hingga Yuyun mencoba menenangkan diri dengan mengikuti terapi ruqyah.
Yuyun masih beruntung, la menjawabnya dengan terapi ruqyah, tapi bagi warga lainnya mereka menjawab dengan cara yang tidak masuk akal. Ya, mereka yang khawatir dijemput ajal itu pun menangkap seekor ayam lalu melepasnya. Dengan itu, ia berharap bisa menghindar dari kematian.
Lain tempat, lain pula cara yang digunakannya. Dengan uang recehan di tangan mereka menunggu sang mayat lewat di depan rumahnya, lalu melemparkan uang recehan tersebut ke jalan yang dilaluinya. Sedangkan warga yang tidak punya uang, maka mereka cukup mengambil air dan menyiramkan ke jalan yang dilalui mayat. Ada-ada saja.
Entahlah apa alasannya, ketika hal ini ditanyakan kepada Yuyun dan beberapa orang yang tinggal di Cirebon, mereka tidak tahu mengapa mitos tersebut begitu kuat mengakar. Padahal secara umum, setiap orang menyadari bahwa kematian adalah bagian dari rahasia Allah yang tidak ada seorang pun yang tahu.
Kematian yang telah ditentukan waktunya semenjak seorang janin berusia seratus dua puluh hari. Waktu datangnya ajal yang tidak bisa ditunda atau dimajukan, “Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang ajalnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. al- Munafiqun: 11).
Dan kalaupun toh ada orang meninggal pada hari Sabtu dan beberapa hari kemudian ada warga lain yang menyusulnya, maka ketahuilah itu hanya faktor kebetulan semata. Kontrak antara kedua orang tersebut kebetulan berakhir pada hari yang tidak jauh berbeda. Bukan lantaran salah seorang dari mereka meninggal pada hari Sabtu.
Ghoib, Edisi No. 36 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M