Cium Tangan Bayi Bikin Celamitan?

Ibarat kertas, anak-anak adalah kertas putih bersih yang belum terkotori oleh noda setitik pun. Kertas yang bisa berganti menjadi indah dan menarik atau sebaliknya menjadi kertas yang menyebalkan. Semuanya karena goresan warna-warni yang tertoreh di atasnya.

Satu kenyataan yang melahirkan proteksi dari orangtua yang terkadang berlebihan. Berlebihan karena sudah tidak lagi pada tempatnya. Berlebihan karena mengaitkannya dengan hal-hal yang tidak masuk akal. Taruhlah contoh mencium tangan bayi.

Sampai detik ini masih berkembang luas di masyarakat bahwa seorang bayi tidak boleh dicium tangannya. Kalaupun toh itu Anda melakukannya maka bersiaplah untuk menerima teguran dari ibunya atau neneknya. “Jangan cium tangannya, nanti celamitan. Cium pipinya saja!” ujar seorang nenek sambil menepuk tangan orang yang mau mencium sang bayi.

Celamitan. Ya, orangtuanya khawatir bila sang bayi dicium tangannya maka kelak dia akan tumbuh menjadi seorang anak yang suka meminta-minta seperti pengemis di jalanan. Seharusnya dia menjadi anak manis yang menyenangkan, tapi karena ulahnya yang suka meminta makanan atau mainan teman sepermainannya, membuat hati orangtua teriris sembilu. Malu dan kehilangan muka.

Anak itu akan menyodorkan tangannya kepada orang lain, sebagaimana dulu waktu bayi tangannya diraih dan dicium. Memori otaknya masih kuat merekam apa yang terjadi dan mempraktekkannya dalam bentuk yang lain.

Ini adalah satu keyakinan yang harus diluruskan. Orangtua atau siapapun boleh saja memproteksi bayi yang masih bersih, tapi jangan sampai proteksi tersebut terlalu berlebihan, hingga melahirkan suatu keyakinan yang tidak pada tempatnya.

Mencium bayi atau anak yang manis itu sah- sah saja. Tidak ada pantangan dan larangan sama sekali dalam agama. Mau cium pipi, silahkan. Cium kening, silahkan. Cium tangan juga boleh saja. Tidak ada masalah. Karena ciuman itu merupakan bentuk kasih sayang seseorang kepada anak-anak.

Dahulu Rasulullah menunjukkan kasih sayangnya kepada anak- anak juga dengan ciuman, seperti yang dikisahkan Abu Hurairah. “Rasulullah mencium Hasan bin Ali sedang di sampingnya duduklah Aqra bin Habis at- Tamimi. Aqra’ berkata, “Sesungguhnya saya memiliki sepuluh anak. Dan tidak satu pun dari mereka yang saya cium.” Rasulullah melihat Aqra’ kemudian berkata, “Orang yang tidak menyayangi (orang lain) maka dia tidak akan disayang (orang lain)” (HR. Bukhari Muslim).

Hadits Abu Hurairah dan beberapa riwayat lain tidak membatasi ciuman tersebut harus di pipi atau di kening. Hadits-hadits tersebut juga tidak melarang untuk mencium tangan bayi, karena takut kelak dia akan tumbuh menjadi anak yang sering menangis karena rebutan dengan mainan temannya.

Waspadalah! Terhadap mitos katanya yang banyak berseliweran di sekitar kita. Jangan biarkan debu katanya mengotori akidah kita!
Ghoib, Edisi No. 34 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Gigi Rahang Atas Tanggal Dibuang ke Atas?

Pesona gigi putih yang berbaris rapi memang menawan. Menambah daya tarik senyum tipis yang tersungging. Sangat serasi. Menjadi impian setiap orang.

Namun, realita yang kita temukan sehari- hari tidaklah demikian. Gigi yang tumbuh dengan rapi akhirnya mungkin berubah. Sesaat setelah satu demi satu gigi susu tanggal. Gigi indah menawan, berganti dengan gigi yang menonjol ke depan. Membuat bibir bagian atas monyong. Giginya tonggos.

Ada juga gigi yang tumbuh dengan malu- malu. la memilih berlindung di balik temannya. Sebaliknya, ada pula gigi yang dengan gagah berani menantang setiap makanan yang masuk. Akhirnya dia memilih tempat yang paling depan. Gigi gingsul, itulah namanya.

Kekhawatiran semacam ini melahirkan suatu kepercayaan baru di sebagian masyarakat. Sebagian orangtua yang tinggal di Manggarai, Jakarta Selatan misalnya menyuruh anaknya untuk tidak membuang gigi yang tanggal sembarangan.

Gigi yang tanggal dari rahang atas, tidak boleh dibuang ke tanah. la harus tetap nangkring di tempat yang tinggi. Akhirnya dipilihlah gentheng sebagai tempatnya.

Katanya, bila gigi tersebut jatuh ke bawah, maka dikhawatirkan akan menghalangi pertumbuhan gigi permanen yang menggantikannya. Sebaliknya bila gigi yang tanggal berasal dari rahang bawah, maka tidak boleh dilempar ke atas. la harus menerima takdirnya untuk selalu berada di bawah. Nah, tahukan bagaimana wajah orang yang ompong. Persis nenek-nenek.

Sebenarnya gigi tanggal itu adalah hal yang biasa. Gigi susu yang pertumbuhannya dimulai saat janin berusia 8-14 minggu suatu saat akan digantikan oleh gigi permanen. Namun, masalah ini menjadi sesuatu yang luar biasa karena dikaitkan dengan keyakinan yang tidak memiliki keterkaitan sebab akibat sama sekali. Keyakinan yang akan menggerus akidah hingga terkikis.

Menurut drg. Faizal Rachman, secara medis, ada dua faktor yang menyebabkan gigi tumbuh dengan tidak teratur. Faktor langsung dan tidak langsung. Di antara penyebab langsung adalah gigi susu tersebut tanggal belum pada waktunya (premature loss). Akibatnya gigi permanen akan kehilangan arah/ petunjuk untuk tumbuh dan terjadi penyempitan ruangan. Dan gigi pun tumbuh di luar lengkung gigi.

Sebab lainnya adalah memang tidak ada gigi yang tumbuh atau yang disebut dengan missing teeth. Atau bisa juga gigi susu tidak tanggal padahal gigi permanen telah tumbuh dan bersiap menggantikannya. Sehingga gigi akan tumbuh di luar lengkung rahang dan tampak berjejal. Atau bisa juga karena kebiasaan buruk yang sering dilakukan seorang anak. Misalnya dengan menghisap jari hingga berumur 5 tahun.

Sedang faktor yang tidak langsung di antaranya adalah faktor keturunan, gangguan pada janin akibat konsumsi obat-obatan atau gangguan keseimbangan kelenjar endokrin.

Awas! Jangan biarkan akidah kita terkotori debu-debu katanya.
Ghoib, Edisi No. 33 Th. 2/ 1425 H/ 2005 M

Ikan Hias Mainan Tuyul?

Cerita seputar pesugihan sudah tidak asing lagi. Dari dulu hingga kini masih banyak orang yang mengaku pernah kehilangan uang karena ulah tuyul. Berita tentang kiprah jin yang satu ini kian berkibar setelah kisahnya banyak dimuat di koran maupun majalah. Atau bahkan merambah dunia maya melalui media televisi.

Hilangnya uang dengan cara yang di luar nalar, semakin menggila. Tumpukan uang senilai satu juta misalnya, tidak raib semuanya. Tuyul itu katanya hanya mengambil satu lembar dan meninggalkan yang lain tetap berada di tempatnya.

Katanya, tuyul itu juga bisa bersikap rakus. la tidak hanya mengutil satu lembar, tapi semua uang yang ada. Lebih heboh lagi bila ada seorang warga yang sedang hajatan. Biasanya tamu yang datang itu membawa amplop. Kemudian amplop demi amplop dimasukan ke dalam kotak.

Nah, di sinilah tuan rumah mulai ketar-ketir, bila uang sumbangan dari para tamu harus raib tidak berbekas. Hanya menyisakan kotak dengan amplop yang kosong.

Entah bagaimana asal-usulnya sehingga muncul ide untuk mengalihkan perhatian tuyul. Mungkin tuyul itu dianggap sebagai anak-anak yang masih suka mainan, sehingga di sebelah kotak uang sumbangan tersebut disediakan akuariuam yang berisi ikan mas koki atau pun ikan hias lainnya.

Demikianlah yang terjadi di sebagian warga Wonogiri, ketika mereka mengadakan hajatan. Terlebih bila ada warga masyarakat yang ditengarai memelihara tuyul.

Bila Wonogiri menggunakan ikan hias, maka lain halnya dengan mitos yang berkembang di sebagian warga Boyolali. Bukan lagi ikan mas koki yang cantik dan menarik, tapi seekor binatang bersapit. Hewan kesenangan tuyul katanya adalah kepiting. Ada-ada saja.

Secara tinjauan Islam, tuyul atau jin yang pandai mencuri uang tanpa meninggalkan jejak. Itu bukan hal yang aneh. Toh mereka juga melakukan hal yang sama menjadi pencuri berita dari langit. Satu hal yang jauh lebih sulit dari sekadar mencuri uang. Tapi sikap yang kemudian berkembang di masyarakat untuk mengantisipasi gangguan jin itulah yang perlu diluruskan.

Untuk mengusir pencuri dari kalangan jin atau sebutlah tuyul tidak seharusnya dengan menaruh ikan hias atau kepiting. Karena keduanya hanyalah binatang biasa. Tidak berbeda dengan hewan lainnya yang tunduk kepada aturan dan perintah Allah.

Seharusnya apa yang kita lakukan adalah dengan mengusir jin dan memaksanya untuk tidak kembali. Tentu dengan sebuah kekuatan yang bisa menghalangi mereka. Ya, dengan membacakan surat al-Baqarah atau ayat-ayat lain di rumah kita. Dan lebih khusus lagi membacanya di tempat penyimpanan uang. baik di brangkas, laci maupun tempat penyimpanan lainnya.

Buktinya, ketika salah seorang bendahara sebuah departemen pemerintah sering kehilangan uang dalam brangkas yang terkunci hingga jutaan rupiah, bisa diselesaikan melalui ruqyah yang dilakukan oleh salah seorang tim ruqyah Majalah Ghoib.

Tuyul menemukan kunci yang tidak seperti biasanya. la kena batunya dan tidak sanggup lagi menembus lalu mengeruk isinya. Akhirnya, uang selamat dan akidah pun tidak tergadaikan..
Ghoib, Edisi No. 32 Th. 2/ 1425 H/ 2005 M

Mengadopsi Anak, Memancing Kehamilan?

Setiap pasangan suami istri mendambakan si buah hati. Rumah tangga terasa kurang lengkap tanpa kehadiran mereka. Kelucuan dan keluguan anak yang menghilangkan rasa letih dan lesu setelah seharian bekerja. Tawa canda yang bisa merekatkan jalinan cinta yang mulai redup.

Karena itu banyak cara dilakukan pasangan suami istri untuk mewujudkan keinginan mereka. Dari yang berbau medis hingga yang tidak logis. Ya, dengan mengikuti terapi medis oleh seorang dokter kandungan maupun dengan meminum ramuan obat-obatan tradisional.

Yang tidak logis pun banyak ditemukan di kalangan masyarakat. Suatu mitos yang diyakini bisa memancing datangnya si buah hati. Di antaranya adalah saran untuk mengadopsi anak.

Dalam kenyataannya mitos ini sering dilakukan oleh sebagian masyarakat. Bisa jadi mereka mengambil mitos ini dari kisah nabi Zakaria yang tidak memiliki anak hingga berusia lanjut.

Nabi Zakaria mengadopsi Maryam dan mengasuhnya dengan bijaksana. Waktu terus berjalan. Istrinya sudah semakin tua, dan menurut akal sehat manusia sudah tidak mungkin akan hamil. Tapi Allah berkehendak lain, dalam usianya yang lanjut itu istri nabi Zakaria hamil dan lahirlah nabi Yahya.

Dr. Hasnah Siregar, Sp. OG menjelaskan mitos mengadopsi anak yang memang tidak bisa dijelaskan hubungan antara keduanya. Hanya saja, mitos ini pada akhirnya membuat jiwa ibu tenang. Bila ibu tenang, maka organ reproduksi akan bekerja maksimal dan memudahkan terjadinya kehamilan. Dengan catatan baik suami maupun istri tidak mengalami gangguan secara fungsional maupun anatomis.

Masih menurut Dr. Hasnah, Sp.OG, hampir 2/3 atau 60 persen faktor penyebab tiadanya kehamilan bukan faktor fungsional organ atau anatomisnya. Melainkan masalah psikologis atau psikis ibu. Faktor psikologis itu sendiri banyak sebabnya. Antara lain adalah pasangan suami istri tersebut tinggal serumah dengan mertua atau ada dengan banyak saudara ipar, atau tekanan dalam pekerjaan sehingga seorang ibu mengalami stress.

Selain itu dorongan kuat untuk segera hamil menjadi faktor yang tidak bisa dikesampingkan sehingga seorang ibu selalu tegang menunggu hari-hari menstruasinya. Sedemikian tegangnya sehingga emosi seorang ibu tidak stabil. Jiwanya tidak tenang dan pembuahan benar-benar tidak kunjung terjadi. Atau bisa juga karena seorang ibu mengalami stress akibat pertanyaan orang-orang sekitarnya.

Bila demikian, masalah tiadanya kehamilan bisa dibilang cukup kompleks. Ada banyak faktor yang saling terkait. Bila berbagai cara sudah ditempuh dan masih tidak ada hasilnya, pasangan suami istri bisa saja mengadopsi anak. Tentu dengan tujuan yang mulia. Bukan sekadar mengikuti mitos. Tapi lakukanlah itu sebagai panggilan jiwa kebapakan atau keibuan. Seraya terus berharap semoga Allah mengabulkan doanya.

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 31 Th. 2/ 1425 H/ 2005 M

Tolak Gunung Meletus dengan Ketupat?

Ini bukan sekadar mitos omong kosong dan tidak lagi diyakini sebagian masyarakat di negeri ini. Hari- hari ini, ketupat mudah ditemukan di rumah warga yang berdiam di seputar gunung Merapi. Terutama warga Desa Kinahrejo dan Kepuharjo Cangkringan Yogyakarta. Bukan karena ketupat itu menjadi menu utama makanan mereka. Juga bukan karena sekadar hiasan bila ketupat itu terlihat bergelantungan di pintu-pintu rumah sebagian warga.

Masalahnya, di balik ketupat itu tersimpan keyakinan yang mengakar di tengah masyarakat. Ketupat yang berisi garam terbungkus daun sirih itu diyakini memiliki kekuatan magic. Kemampuan linuwih untuk menghindari letusan Gunung Merapi.

Sejak 12  April 2006 Gunung Merapi berstatus siaga. Aktifitasnya terus meningkat. Menurut pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta posisi magma terus naik. Ditandai dengan tingginya intensitas gempa berfase banyak dan kian seringnya terjadi guguran lava.

“Artinya magma sudah amat dekat dengan puncak, tinggal menunggu saatnya untuk keluar,” kata Sri, petugas Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian seperti dirilis sebuah harian nasional.

Berbagai upaya antisipasi terus dilakukan berbagai pihak. Pemerintah telah menyediakan tenda- tenda pengungsian yang siap dihuni setiap saat. Tim evakuasi juga telah disiagakan.

Penduduk di sekitar Gunung Merapi tidak tinggal diam. Mereka melakukan ritual tolak balak dengan cara menggantung ketupat berisi garam dalam balutan daun sirih di pintu-pintu rumah mereka serta berbagai ritual lainnya.

Menurut keyakinan mereka, ritual ketupat itu diselenggarakan atas dasar wangsit dari Eyang Sapu Jagad. Lalu mengapa harus ketupat, garam dan daun sirih? Mbah Marijan, juru kunci Gunung Merapi membeberkan alasannya. Ketupat janur hijau melambangkan Kraton Yogyakarta, daun sirih yang rasanya agak pahit sama dengan keadaan masyarakat di sekitar Gunung Merapi yang kehidupannya sedang pahit. Sedangkan garam yang dipilih karena garam melambangkan semangat saling menolong.

Melihat asal-usul ritual ketupat tolak balak yang berasal dari Eyang Sapu Jagad serta alasan yang melatar belakanginya, sejatinya hukum dari ritual ini menurut pandangan Islam telah jelas. Seterang sinar matahari di siang hari. Bahwa hukumnya terlarang dan masuk dalam bab syirik.

Tapi bukan berarti kita dan warga di sekitar Gunung Merapi dan beberapa gunung lain yang menunjukkan peningkata aktifitas hanya diam berpangku dan menyerah pada nasib. Ada senjata istimewa yang bisa dilakukan oleh kaum muslimin di manapun mereka berada. Senjata itu adalah kekuatan doa. Perhatikanlah penuturan Imam al-Ghazali, seperti dinukil Imam Nawawi dalam al-Adzkar.

Imam al-Ghazali berkata, “Jika ada orang yang bertanya, apa manfaatnya doa itu padahal qadha (ketentuan Allah) tidak dapat dihindarkan lagi? Ketahuilah bahwa di antara sebagian dari qadha itu terhindarnya suatu bala bencana karena doa. Doa adalah penyebab dari tertolaknya bala bencana dan adanya rahmat Allah. Sama halnya perisai adalah penyebab bagi terhindarnya orang dari senjata, air penyebab bagi tumbuhnya pohon dan tumbuh-tumbuhan di atas bumi. Bukan lah persyaratan bagi pengakuan akan qadha itu dengan cara tidak membawa senjata (dalam berperang) Allah berfirman: “… maka hendaklah mereka siap siaga dan menyandang senjata…” (QS. An-Nisa’: 102).

Oleh karena itu Allah menakdirkan sesuatu dan menakdirkan pula sebabnya..

Jenazah Diloncati Kucing Hidup Lagi?

Katanya, orang yang telah meninggal dan belum dimakamkan itu bisa hidup lagi bila diloncati kucing. Hi hi hi mengerikan ya pasti orang-orang yang melihatnya akan lari tunggang langgang. Wong baru mendengar beritanya saja sudah merinding. Mayat hidup. mayat hidup…

Masih menurut mitos ini, mayat hidup itu memiliki kekuatan luar biasa. la bisa mendekap orang yang berada di sekelilingnya. Katanya, dekapannya itu begitu kuat sehingga tidak bisa dilepaskan lagi.

Lho…? Menurut mitos ini, kehidupan mayat untuk kedua kalinya itu hanya berlangsung sesaat. Hanya berlangsung beberapa menit saja. Setelah itu dia akan kembali terkapar dan tidak berdaya. Bukan berarti kemudian si mayat akan hidup lagi bertahun-tahun seperti kehidupannya sebelum meninggal.

Sekarang, mitos ini masih sering terdengar meski telah berubah menjadi gurauan. Bila ada yang mengatakan, “Hati-hati lho, bila mayatnya diloncati kucing hidup lagi.” “lya, kucingnya hidup lagi. Wong dia yang meloncat,” begitulah kira-kira jawaban orang-orang yang tidak percaya dengan mitos ini. Yang hidup lagi itu bukan mayatnya, tapi si kucing yang melompatinya. Masih tidak percaya? Coba saja buktikan

Memang, seiring dengan bergulirnya sang waktu, mitos ini mulai tersisih dari peredarannya. Tapi dulu, dua puluhan tahun yang lalu, mitos ini masih berkibar-kibar di tengah masyarakat. Ubaid misalnya. Pemuda yang menetap di Bogor ini semasa kecilnya merasakan ketakutan warga bila ada kucing masuk ke dalam rumah yang di dalamnya, sang mayat masih tergeletak di atas tikar.

Orang-orang yang di rumah itu berusaha keras mengusir sang kucing dan tidak membiarkannya masuk ke dalam rumah. Pokoknya rumah itu untuk sementara waktuharus steril dari kucing.

Di dalam situs internet pun mitos ini masih menghiasi halamannya. “Bila kucing melompati jenazah, maka akan membangunkan si jenazah dan bila jenazah memeluk orang yang ada di sekitarnya maka akan sulit untuk dilepaskan,” tulis situs tersebut tanpa menyebutkan alasan mengapa jenazah itu hidup lagi bila diloncati kucing.

Wah, kalau mayat itu bisa hidup lagi seperti sedia kala dan tidak menimbulkan akibat yang buruk, tentu banyak orang yang akan membiarkannya diloncati kucing.

Atau bahkan menangkap kucing dan memaksanya untuk melompati sang mayat. Bukankah, masih banyak orang yang belum rela ditinggal anak, istri, suami atau orangtuanya? Mereka menangis meraung-raung bila ajal itu datang menjemput. Masalahnya mitos ini hanya sekadar mitos yang tidak ketahuan ujung pangkalnya.

Dalam kaca mata agama, keyakinan ini jelas menyimpang. Yang menghidupkan dan mematikan itu hanyalah Allah . Tidak ada seorang pun di dunia yang bisa melakukannya, kecuali Nabi Isa apalagi seekor kucing. Kisah raja Namrud, yang mengaku bisa menghidupkan orang yang mati menjadi cermin tersendiri.

Sang raja bukannya menghidupkan orang yang telah meninggal. Tapi ia memanggil dua orang narapidana. Narapidana pertama dibebaskannya. Sedangkan narapidana kedua dihukum mati. Dengan itu dia mengatakan bahwa dia bisa menghidupkan dan mematikan.

Kemampuan Nabi Isa itu tidak dimiliki oleh orang lain. Karena itu adalah bagian dari mukjizat yang hanya diberikan Allah kepadanya.

Waspadalah! Jangan kotori akidah dengan debu-debu katanya.

Gadis Keramas di Hari Sabtu?

Katanya, seorang gadis tidak boleh keramas sembarangan. Ada hari dan waktu- waktu tertentu yang menjadi pantangan. Bila pantangan ini tidak dihiraukan, konon si gadis atau orangtuanya harus bersiap-siap menghadapi masalah.

Seperti keramas pada hari Sabtu. Hari ini adalah hari pantangan bagi seorang gadis untuk keramas. Bila dilanggar, katanya, akan berakibat si gadis bakal mempunyai suami penyiksa.

Demikian pula dengan waktu- waktu sehabis Maghrib hingga jelang jam empat pagi. Konon, waktu-waktu tersebut juga menjadi pantangan bagi seorang gadis untuk mandi. Hanya saja, mitosnya sedikit berbeda. Bila keramas pada hari Sabtu, balak nya hanya menimpa si gadis, tapi bila mandi selepas Maghrib hingga jam empat pagi, maka yang menderita adalah orangtua si gadis. Mereka akan rentan terserang penyakit, katanya. Nah lho…

Ning, lajang keturunan Bogor, mengatakan bahwa dulu orangtuanya termasuk orang yang percaya dengan mitos ini. Hingga ia dan keempat saudara perempuannya sering mendapat omelan dari orangtuanya, hanya karena mereka mandi selepas Maghrib. Maklum karena aktifitas yang padat, kadang mereka telat pulang.Akibatnya, mandi harus tidak kenal waktu. Kadang selepas Maghrib atau habis Isya’. Orangtuanya pun mengomel, “Ini mandinya malam melulu nih. Badan bapak jadi sakit semua,” kata bapak sedikit kesal. Beruntung orangtua Ning telah sadar dan tidak lagi mempedulikan apakah anaknya mandi habis Maghrib atau sebelumnya.

Mitos ini tidak diragukan lagi kesalahannya. Bayangkan seorang gadis yang telah akil baligh dilarang keramas pada hari Sabtu. Sedangkan masa haid seorang wanita tidak bisa dilarang untuk hadir pada hari Sabtu atau hari-hari lainnya. Haid itu bisa berakhir kapan saja.

Ironisnya bila seorang gadis lebih mematuhi pada mitos ini, berarti dia telah meninggalkan kewajiban yang tidak terbantahkan dalam agama. Yaitu shalat atau puasa bila bertepatan pada bulan Ramadhan. Karena syarat sahnya shalat dan puasa adalah mandi wajib dengan membasahi seluruh badan. Tidak ketinggalan pula dengan rambut yang sering diistilahkan dengan keramas.

Larangan mandi selepas Maghrib bila dikaitkan dengan kesehatan orangtua juga setali tiga uang. Sama sekali tidak ada hubungan antara sakitnya orangtua padahal yang mandi itu adalah anak-anaknya.

Waspadalah! Bersihkan akidah dari debu- debu katanya!

Baju Terbalik Penunjuk Arah?

Memakai baju terbalik? Mungkin Anda juga pernah mengalaminya. Saat terburu-buru tanpa terasa kaos atau baju yang dikenakan pun terbalik. Bagian yang seharusnya di dalam eh… malah di taruh di luar.

Bagi orang yang percaya dengan mitos, baju yang terbalik memiliki ragam makna. Satu daerah dengan daerah yang lain bisa berbeda. Setidaknya ada dua mitos di masyarakat terkait dengan baju yang terbalik.

Pertama, orang yang memakai baju terbalik tanpa disengaja diyakini memperoleh kemudahan bila mau menagih hutang. Tanpa kesulitan pihak penghutang akan membayarnya. la pun pulang dengan gembira.

Mitos ini berkembang di sebagian masyarakat Temanggung, Jawa Tengah. Bahkan gurauan sesama mereka pun meluncur begitu saja, “Kayak Cina mau nagih hutang saja,” seloroh mereka.

Wah, kalau begitu debt collector pun tidak perlu pasang tampang seram dong, kalau mau menagih hutang. Tinggal membiasakan diri untuk lupa memakai baju saja biar terbalik setelah itu urusan pun beres.

Lain lagi dengan keyakinan sebagian warga Ponorogo, Jawa Timur. Mitos baju terbalik tidak terkait dengan urusan hutang piutang. Tapi lebih kepada orang yang sedang kebingungan. Bila Anda sedang bepergian dan tidak tahu arah, mana barat dan timur, maka menurut mitos orang Ponorogo Anda tidak perlu mengeluarkan kompas penunjuk arah.

Cukup dengan membuka baju lalu memakainya secara terbalik, maka tidak I kemudian kebingungan itu akan hilang. Kehilangan arah itu seakan sirna bersam dengan baju yang terbalik. Ada-ada saja Mau coba? Jangan dulu. Ini adalah mitos yang tidak perlu dicoba dan ditiru. Sebuah mitos yang berasal dari kepercayaan yang tidak jelas ujung pangkalnya. Bayangkan baju terbalik saja bisa diartikan macam-macam. Ada yang mengatakan A, lain daerah mengatakan B. Lalu mana yang benar? Dua-duanya benar? Jelas tidak mungkin.

Tidak ada urusan baju terbalik dengan penagihan hutang maupun penunjuk arah. Itu faktor kebetulan semata. Karena itu kepercayaan semacam ini jelas tidak dibenarkan dalam kaca mata agama.

Bahkan menjurus kepada perbuatan syirik. Bila kebingungan menentukan arah barat dan timur, maka berlindunglah kepada Allah dari gangguan syetan. Bisa jadi itu adalah ulah syetan.

Bila saat itu Anda hendak shalat dan tidak tahu arah, Anda tidak perlu membalik baju. Shalatlah sesuai dengan keyakinan Anda ke arah mana saja. Seandainya mitos yang diyakini sebagian warga Ponorogo itu dibenarkan secara syar’i, niscaya Rasulullah menyuruh umatnya membalik baju, saat hendak shalat dan ia kebingungan menentukan arah kiblat.

Waspadalah! Bersihkan akidah dari debu- debu ‘katanya’..

Buang Pospak Sembarangan, Bayi Gatal-Gatal?

KATANYA, bila popok sekali pakai atau yang disingkat dengan pospak dibuang sembarangan maka sang bayi/anak bisa terserang gatal-gatal atau ruam. Begitulah kepercayaan sebagian warga masyarakat yang memanfaatkan jasa pospak untuk menampung air seni si bayi atau anak-anak.

Untuk itu, pospak atau sebut saja pampers sebagai salah satu jenis pospak harus mendapat perlakuan istimewa. la tidak boleh dibuang sembarangan. Bahkan bila sang bayi buang air besar di pampers maka kotorannya harus dibersihkan dulu, baru kemudian pampers itu dikumpulkan dengan pampers- pampers lainnya dan terpisah dari sampah yang lain.

Bila ketentuan semacam ini tidak dihiraukan, katanya, orangtua bayi harus bersiap- siap menghadapi si bayi yang rewel karena gatal-gatal. Keyakinan ini masih berkembang di tengah masyarakat. Salah seorang tim ruqyah Majalah Ghoib yang anaknya baru berusia satu tahun, langsung mendapat teguran dari tetangganya ketika ia membuang pampers di tempat sampah. “Ustadz, pampersnya jangan dibuang di situ, nanti anak Ustadz sakit gatal- gatal,” tegur sang tetangga.

Memang, menurut rekomendasi dari WHO, badan kesehatan dunia, pospak tidak boleh dibuang sembarangan. la harus dikumpulkan bersama dengan sampah non organik lainnya semisal plastik karena pospak termasuk jenis sampah yang tidak dapat didaur ulang. la harus diproses kembali secara kimiawi.

Larangan membuang pospak sembarangan tidak disebabkan oleh gatal-gatal yang diderita sang bayi/anak, tapi lebih dikarenakan pospak tergolong sampah non organik yang tidak dapat didaur ulang.

dr. Silvi, mengakui bahwa kasus dermatitis/ ruam/radang kulit di daerah kelamin dan pantat bayi yang disebabkan oleh pemakaian pospak yang tidak tepat. Radang kulit itu disebabkan karena kesalahan dalam pemakaian pospak. Karena masing-masing merk dan jenis pospak mempunyai batas maksimal untuk menampung kadar air. Misalnya enam kali basahan.

Bila aturan ini dilanggar, misalnya seorang anak memakai pospak yang sama dari pagi hingga siang (tidak diganti atau tidak dilepas), kemungkinan besar pospak tidak sanggup menampung basahan. Jadi BAK (buang air kecil) anak melebihi daya tampung pospak. Walhasil kulit menjadi lebih basah/ lembab oleh air seni yang dapat membuat peradangan di kulit bayi.

Selain itu, pospak tidak dianjurkan untuk dipakai sepanjang hari, kecuali bila anak atau bayi sedang dalam keadaan darurat, misalnya dalam perjalanan. Kulit butuh penguapan sebagai salah satu mekanisme mengeluarkan panas hasil metabolisme dalam tubuh yang keluar melalui keringat.

Daerah yang tertutup rapat sepanjang hari menjadikan tingkat penguapannya berkurang, dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan penyumbatan saluran keringat. Biasanya disebut dengan keringat buntet.

Jadi anak atau bayi bisa saja mengalami gatal/ ruam di daerah genital dan pantat terlepas dari apakah pospak nya dibuang sembarangan atau tidak. Walaupun pospak masuk ke kotak sampah yang benar, tapi bila sebelumnya dipakai secara tidak tepat tetap saja gatal!.

Malam Jum’at Kliwon Syetan Gentayangan?

Malam Jum’at Kliwon menebar ancaman. Ada sebagian orang yang merinding bila keluar rumah di malam jum’at Kliwon. la ketakutan lantaran mendengar mitos keangkeran yang terjadi di malam itu. Katanya, di malam Jum’at Kliwon syetan bergentayangan.

Jagad perfilman lndonesia kembali diramaikan film horor yang mengambil tema malam Jum’at Kliwon. Seorang wanita penyihir yang tewas dihakimi masa menuntut balas. Di malam Jum’at Kliwon, ‘arwahnya yang penasaran’ digambarkan menyembul dari alam ghaib dan menebar ancaman. la bergentayangan mencari mangsa.

Tempat di mana ia meninggal, telah dibangun penginapan. Di malam Jum’at Kliwon keganjilan demi keganjilan menghampiri tamu penginapan. Ada yang kesurupan, ada pula yang meninggal dunia.

Sebuah film yang memanfaatkan mitos yang berkembang di masyarakat untuk mendongkrak pendapatan. Judul film itu telah menggugah rasa penasaran.

Dukun juga memanfaatkan malam Jum’at Kliwon untuk memperkuat ilmunya. Ada yang melakukan ritual-ritual khusus ada pula yang memandikan benda-benda pusaka. Bahkan ada sebagian ilmu sihir yang memanfaatkan jasad perawan yang meninggal di malam Jum’at Kliwon untuk kekuatan ilmunya. Makamnya dibongkar. Kain  kafannya diambil. Semua itu dilakukannya di malam Jum’at Kliwon’.

Bagi kita umat lslam, malam Jum’at Kliwon bukanlah seperti yang dibayangkan orang. Malam yang menakutkan. Sebaliknya, malam Jum’at Kliwon itu tidak berbeda dengan malam Jum’at lainnya. Ia adalah malam yang mubarakah. Malam yang diberkati.

Orang yang meninggal di malam Jum’at Kliwon atau Jum’at-Jum’at lainnya seharusnya berbahagia. Karena itu adalah pertanda bahwa ia adalah orang baik. Orang yang terbebas dari ancaman siksa kubur. Abdullah bin Amr bin Ash meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. Bersabda,

“مَنْ مَاتَ يَـوْمَ اْلجُمْعَــةِ اَو لَيْلَةَ الجُمعَــةِ وُقِـيَ فِتْنَـةَ القَـبْرِ”

“Barangsiapa meninggal di hari Jum’at atau malam Jum’at, dia dibebaskan dan siksa kubur.” (HR. Ahmad)

Hari Jum’at adalah hari raya pekanan bagi urnat lslam. la adalah sayyidul ayyam Sedangkan perhitungan kalender hijriah, dimulai sejak matahari terbenam. Saat adzan Maghrib berkumandang di hari Kamis, maka mulai detik itu sudah terhitung malam Jum’at. Hari Raya Pekanan bagi kaurn muslimin.

Malam Jum’at Kliwon tidak berbeda dengan malam-malam lainnya tidak ada perkecualian apapun untuknya Karena itu tinggalkan hal-hal yang berbau mitos. Kembalilah ke pangkuan lslam.

Waspadalah!! Jangan kotori akidah dengan debu-debu katanya.

 

Ghoib Ruqyah Syar’iyyah

HUBUNGI ADMIN