Bayi Tidak Boleh Lewat Jembatan Sungai?

KATANYA, anak bayi yang masih merah tidak boleh diajak berjalan melewati sungai. Dikhawatirkan nanti dia akan tumbuh menjadi anak yang rewel. Alias suka menangis. Permintaannya tidak dituruti,l angsung menangis. Sakit sedikit menangis. Digoda temannya sedikit, menangis. Pokoknya dikit-dikit menangis. Nangisnya lama lagi.

Begitu cerita Yang disampaikan Bu ls, asal Tegal, Jawa Tengah. Ketika ditanya alasannya, Bu ls mengatakan, katanYa, di bawah jembatan itu banyak ‘penunggunya’. Air  ungai itu kan mengalir. Nah, ‘penunggu’ itu bisa datang dari mana saja. Sedang anak kecil itu kan  peka. Dikhawatirkan, ia akan melihat penampakan para ‘penunggu’ tersebut.

Suatu ketika, ada tetangga Bu ls yang hendak membawa bayinya melewati jembatan’ Maklum, untuk pergi ke desa seberang, ia harus melewati jembatan. Tak ayal orang tuanya pun menegur’ “ltu oroknya, jangan dibawa lewat jembatan. Bayi masih merah gitu kok,” kata orang tuanya. Kalau sudah terlanjur? “Katanya sih harus balik lagi. Atau dibacakan doa-doa perlindungan,” kata Bu ls.

Bayi yang masih merah, sebaiknya memang tidak dibawa keluar rumah. Pertahanan tubuhnya masih lemah dalam menghadapi terpaan virus dan kuman. Namun, bila larangan tersebut dihubunghubungkan dengan mitos, tentu ada yang perlu diluruskan kembali.

Tidak ada hubungan antara kerewelan seorang anak dengan jembatan sungat. Jin itu ada dimana-mana. Tidak hanya di sungai. Didalam rumah Pun sangat dimungkinkan, bila rumahnya jarang dipergunakan untuk shalat atau membaca al-Qur’an.

Menghindari jembatan sungai, tidak berarti membebaskan seorang anak dari gangguan  syetan. Maka yang perlu dilakukan orang tua adalah bagaimana ia sendiri melakukan Penjagaandiri dengan memperbanyak ibadah, membaca al-Qur’an, serta doa-doa perlindungan lainnya.

Kalau kemudian, anak kita rewel setelah dulunya pernah melewati jembatan sungai, maka jangan sekali-kali terbawa arus. Lalu membenarkan mitos tersebut. ketahuilah syetan itu sangat licik. la bisa memanfaatkan mitos yang berkembang di masyarakat untuk menggelincirkan akidah. Misalnya dengan mengganggu anak yang pernah dibawa melewati jembatan. Dengan demikian, syetan berhasil menyesatkan akidah’ Waspadalah, waspadalah’ Jangan kotori akidah dengan debu’debu katanya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN