Yang kita maksud dari kekeliruan di sini adalah penggambaran jati diri jin yang tidak sesuai dengan syari’at Islam atau menyimpang darinya. Sudut pandang kita adalah syari’at Islam, bukan seni acting, teknik ambil gambar, mitos yang berkembang, budaya yang ada atau presepsi masyarakat. Meskipun tayangan-tayangan tersebut disajikan dalam kemasan hiburan dan tontonan. Di antara kekeliruan televisi dalam memaparkan kehidupan jin adalah.
- Setiap Orang yang Mati Secara Tidak Wajar Ruhnya Akan Penasaran
Yang harus ditegaskan di sini adalah bahwa syari’at Islam tidak mengenal istilah arwah gentayangan. Karena ruh orang yang baik atau yang jahat ketika dicabut dari jasadnya, keduanya telah kembali ke tempat yang telah disediakan Allah. Ruh orang-orang yang shalih disediakan tempat terpisah dari ruh orang-orang jahat. Sebagaimana yang termaktub dalam shahih Muslim 4/2202 no. 2872 dalam hadits tentang tempat kembali nya ruh mukmin dan kafir. Disebutkan nama kedua tempat kembalinya sama yaitu akhirul ajal. Tetapi Qodhi lyadh menjelaskan bahwa kedua kata itu berbeda arti. Ruh mukmin akan kembali ke al-malaul a’la atau ‘illiyyin (tempat yang paling atas) dan ruh kafir kembali ke sijjin (tempat yang paling bawah). Pernyataan beliau didukung oleh hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Abu Said al-Khudri yang jelas menyebut sijjin sebagai tempat kembali ruh kafir. Jadi, tidak ada ruh gentayangan dalam kajian Islam.
Kalau begitu siapa yang menampakkan diri dan menyerupai sosok orang yang telah meninggal dunia? Penampakan itu ada karena halusinasi orang yang melihat, atau memang benar-benar penampakan yang dilakukan oleh jin. Adapun halusinasi tidak masuk dalam pembahasan kita kali ini, yang kita bahas adalah penampakan jin. Memang jin mampu merubah dirinya dalam bentuk yang dikehendaki Allah sesuai dengan izin-Nya, hanya saja mereka tidak bisa menyerupai sosok Rasulullah. “Syetan tidak akan bisa menyerupaiku”, begitulah Rasulullah menegaskannya dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim.
Jadi kalau ada penampakan seperti sosok orang yang telah meninggal, itu bukan ruh orang tersebut yang penasaran atau gentayangan. Tapi itu ulah syetan untuk menyesatkar manusia. Dan kelihatannya misi mereka berhasil, karena banyak masyarakat yang termakan oleh persepsi yang salah tersebut. Buktinya tayangan tentang arwah penasaran yang diyakini sebagai ruh manusia masih banyak diyakini dan tayangan seputar itu pun masih banyak digemari. Kalau penampakan itu persis dengan orang yang telah meninggal, tindakan dan tutur katanya sama, biasanya pelakunya adalah jin qorin. Jin qorin adalah jin pendamping yang mendampingi seseorang semenjak dilahirkan, sehingga ia tahu betul akan kebiasaan dan kekhasan dari manusia yang didampinginya. Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang pun di antara kalian kecuali disertakan untuknya qorin dari jin dan qorin dari malaikat.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Ibnu Mas’ud).
- Ruh Penasaran Bisa Menampakkan Diri
Ruh adalah suatu yang ringan dan lembut yang bergerak dan mengalir dalam tubuh, sebagai mana air mengalir dalam tumbuhan atau api dalam sekam. Islam tidak mengenal reinkarnasi. Setiap jasad ada ruhnya masing-masing, yang akan bertanggung jawaba atas perbuatannya selama di dunia. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya di dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah selama itu juga, kemudian menjadi mudhghah selama itu juga. Kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh padanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ruh yang ditiupkan oleh malaikat ke dalam jasad adalah salah satu dari permasalahan ghaib yang hakikatnya hanya diketahui oleh Allah. Maka dari itu ketika Rasulullah ditanya tentang ruh, Allah memberinya jawaban, “Dan mereka bertanya kepada-mu (Muhammad) tentang ruh. Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kalian diberi pengetahuan melainkan sedikit. (QS. Al-Isra’: 85).
Tidak ada satu ayat pun atau hadits yang menjelaskan bahwa ruh yang telah keluar dari jasadnya, bisa berubah wujud menjadi sosok jasad yang ditinggalkannya, apalagi merasuki jasad orang lain. Yang bisa berubah wujud atau menyerupai sesuatu atau sosok seseorang adalah malaikat dan jin. Dan ruh yang ditiupkan ke jasad seseorang, bukanlah malaikat atau jin, yang ketika telah lepas dari jasadnya bisa berubah wujud atau menampakkan diri.
- Jin yang Menampakkan Diri Tidak Bisa Disakiti
Sering kita lihat dalam tayangan Televisi yang memberitakan suasana ketakutan yang dialami oleh seseorang yang didatangi syetan saat menampakkan diri. Dalam ketakutannya, orang tersebut berusaha melakukan perlawanan, menembak penampakan itu dengan senjata api, membabatnya dengan senjata tajam, atau melemparinya dengan benda-benda yang ada di dekatnya. Akan tetapi usaha tersebut sia-sia belaka, penampakan itu malah tertawa keras dan dengan sombongnya melecehkan perlawanan orang tersebut. Tak satupun senjata yang bisa melukainya, semuanyа hanya tembus begitu saja seperti melempari ruang hampa. Sehingga pemirsa berkeyakinan bahwa syetan itu hebat dan sakti karena tidak bisa disakiti.
Informasi itu jelas bertentangan dengan syari’at Islam, yang telah menceritakan bahwa syetan yang berubah wujud dan menampakkan diri ternyata bisa disakiti bahkan dibunuh. Simaklah kejadian yang berasal dari Abu Sa’id al-Khudri. Bahwa ada seorang shahabat Rasulullah yang membunuh seekor ular di rumahnya, ketika bangkainya mau dibuang, ternyata ular itu mematuknya dan shahabat itu mati seketika. Ketika peristiwa itu diceritakan kepada Rasulullah, beliau bersabda, “Sesungguhnya di Madinah ini ada jin yang telah masuk Islam. Oleh sebab itu, jika kalian melihat salah satu dari mereka, maka usirlah sampai batas waktu tiga hari. Jika setelah itu ia masih terlihat, maka bunuhlah karena ia adalah syetan.” (HR. Muslim).
Aisyah berkata, “Ketika Rasulullah shalat, datanglah syetan kepadanya. Lalu Rasulullah menangkapnya, membating dan mencekiknya. Rasulullah bersabda, “Sampai aku rasakan lidahnya yang dingin di tanganku.” (HR. Nasai) Dari dua riwayat di atas, jelaslah bagi kita bahwa syetan yang menampakkan diri akan berlaku baginya hukum penampakan, bisa kita sakiti atau kita bunuh sebagaimana yang telah dilakukan oleh seorang shahabat Rasulullah.
- Jin Mengetahui Hal yang Ghaib
Termasuk yang sering diekspos televisi seputar kehi dupan jin adalah, kehebatannya dalam mengetahui hal-hal yang ghaib. Bahkan terkesan berlebihan dan dibesar- besarkan. Sehingga ketika ada masalah yang berkaitan dengan keghaiban, cara penyelesaiannya tidak jauh dari praktik perdukunan. Seperti nasib seseorang yang akan datang, jodohnya atau kesuksesan yang akan diraih. Karena mereka meyakini bahwa dukunlah yang punya akses dengan jin, sehingga diyakini bisa menyelesaikan masalah ghaib yang mereka hadapi. Tayangan seperti ini bisa menjauhkan pemirsanya untuk menggantungkan nasibnya kepada Allah. Secara umum jin itu seperti manusia dalam masalah keghaiban, mereka tidak mengetahui hal ghaib yang sifatnya mutlak atau hakiki. Jin telah mengakui hal itu dalam al- Qur’an, “Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi, ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka” (QS. Al-Jin: 10). Bahkan Allah telah menunjukkan kepada kita akan kebodohan jin terhadap hal yang ghaib, termasuk kematian seseorang, “Maka tatkala Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, jin baru mengetahuinya. Kalau sekiranya mengetahui hal yang ghaib tentulah mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan” (QS. Saba: 14).
Para jin itu baru mengetahui kematian Sulaiman, setelah rayap memakan tongkatnya kemudian ia jatuh tersungkur. Inilah bukti konkrit atas tidak tahunya jin mengenai hal yang ghaib. Tidak seperti yang digambarkan dalam tayangan televisi, seakan jin bisa mengetahui isi hati dan nasib manusia. Itulah persepsi yang salah dan harus diluruskan.
- Jin Takut Terhadap Benda-Benda yang Dikeramatkan (Jimat)
Itulah persepsi yang berhasil dibangun oleh televisi atau media massa lain, merekalah yang sering menampilkan beragam jimat yang digunakan pemiliknya untuk mengusir jin dan syetan. Merekalah yang memberitahu masyarakat luas bahwa dukun bersama jimat yang dimilikinya bisa menghalau syetan. Itulah cerita mistis dan menyesatkan yang dihembuskan syetan melalui media. Disadari atau tidak, tayangan seperti itu telah mengajak pemirsanya untuk pergi ke dukun atau paranormal. Padahal Rasulullah telah menegaskan, “Barangsiapa yang memakai (menggantungkan) jimat maka ia telah syirik”. (HR. Ahmad dan dishahihkan al- Albani).
Yang menciptakan syetan adalah Allah. Dan Allah-lah yang paling paham tentang apa saja yang disukai syetan atau yang ditakutinya. Tidak ada satu ayat pun atau hadits Rasulullah yang menjelaskan bahwa syetan takut pada jimat, isim, wifiq, rajah atau benda-benda pusaka dan yang sejenisnya. Yang diberitakan oleh syari’at Islam adalah syetan takut terhadap bacaan ayat-ayat suci atau doa- doa yang diajarkan Rasulullah. Seperti yang disabdakan Rasulullah, “Sesungguhnya syetan pergi dan kabur dari rumah yang di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah”. (HR. Muslim), Atau hadits lain, “Apabila kamu hendak tidur di pembaringan, bacalah ayat Kursi sampai tuntas, karena Allah senantiasa menjagamu dan syetan tidak akan mendekatimu sampai pagi. (HR. Bukhari, dari Abu Hurairah). Itulah cara mengusir syetan dan membentengi diri dari gangguan mereka yang sesuai syari’at Islam, bukan jimat atau semburan ludah dukun.
- Jin Bisa Dilihat Manusia dalam Bentuk Aslinya
Ada beberapa stasiun Televisi yang menyajikan tayangan reality show dan banyak digemari pemirsanya. Sebelum sesi uji nyali dengan menghadirkan seseorang untuk menghadapi ‘kekuatan ghaib’ yang ada di lokasi tersebut, dihadirkanlah seorang dukun yang diberi lebel praktisi spiritual atau ahli supranatural. Setelah melakukan penerawangan, dia menyebutkan kekuatan ghaib yang ada di lokasi, disertai dengan menyebut bentuk dan tampangnya. Bahkan dia berani mengklaim bahwa dirinya bisa menggiring atau mendatangkan makhluk ghaib dari luar lokasi.
Kebolehan yang didemonstrasikan para dukun itu telah menyesatkan banyak pemirsa. Karena bertentangan dengan Informasi yang ada di dalam al Qur’an, Allah telah berfirman, “Sesungguhnya ia (syetan) dan pengikut-pengikutnya melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa melihat mereka.” (al-A’raf. 27). Ayat tersebut dengan jelas memberitahukan kepada kita bahwa jin dalam bentuk aslinya tidak bisa dilihat oleh mata atau ditangkap kamera, kecuali kalau jin tersebut menampakkan diri. Maka dari itu Ibnu Hajar berkata, “Sesungguhnya syetan bisa menampakkan diri dan melakukan penyerupaan yang bisa kita lihat wujudnya. Sedangkan firman Allah pada surat al-A’raf ayat 27, berlaku apabila jin dalam wujud asli penciptaannya.” (Fathul Bari: 9/ 55). Sehingga Imam Syafi’i menyatakan, “Barangsiapa mengaku dirinya bisa melihat keberadaan jin (dalam bentuk aslinya) maka kami tolak kesaksiannya (karena dia pembohong, pen.), kecuali kalau dia seorang Nabi.” (Fathul Bari: 4 489). Kalau kita tidak bisa melihatnya, bagaimana mungkin bisa menangkapnya atau memasukkannya ke botol???
- Jin takut terhadap sinar Matahari
Beberapa tayangan televisi yang melibatkan jin dalam alur cerita mereka, sering menggambarkan bahwa jin atau syetan itu takut pada sinar matahari. Digambarkan ada sosok jin yang mendatangi seseorang dan menampakkan diri. Dengan berbagai cara dia menakut-nakuti orang tersebut, dengan manampakkan mukanya yang rusak, badannya yang buntung dan bentuk mengerikan lainnya. Dan ketika ada ayam yang berkokok pertanda fajar akan menyingsing dan matahari akan terbit, maka si syetan pun ketakutan dan segera meninggalkan orang tersebut. Mungkin itu termasuk akulturasi dari agama yang menjadikan matahari sebagai sesembahan dan mereka percaya bahwa sinarnya ditakuti syetan? Sebagaimana kepercayaan Ratu Bilqis istri Nabi Sulaiman dan kaumnya sebelum masuk Islam seperti yang diabadikan al-Qur’an di surat an-Naml ayat 24.
Tapi benarkah syetan takut terhadap sinar matahari? Dalam haditsnya Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya matahari terbit antara dua tanduk syetan, dan tenggelam antara dua tanduk syetan” (HR. Bukhari dan Muslim) Bagaimana kita mengambil kesimpulan bahwa syetan itu takut pada sinar matahari, padahal matahari terbit dan tenggelam antara dua tanduk syetan.
Manusia itu senantiasa belajar dari apa yang dilihat dibaca, didengar, dan yang dirasakan. Maka janganlah menganggap enteng terhadap tayangan televisi yang ada. Karena sedikit banyak tindakan dan pola pikir kita akan terwarnai dengan informas- informasi yang berseliweran di sekitar kita. Orang yang suka melihat tayangan mistik dan perdukunan, maka cara dia menyelesaikan masalah yang dihadapi tidak jauh dari praktik dukun. Sampai tersebar pameo dalam masyarakat, terutama di kalangan remaja “Cinte ditolak dukun bertindak”, betul-betul slogan yang menyesatkan.
Maka jagalah diri Anda dan keluarga, terutama anak-anak yang masih polos. Jangan sampai termakan oleh iklan yang menyesatkan atau opini yang menjerumuskan, agar tidak menjadi teman syetan di neraka Jahannam. “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu” (QS At-Tahrim: 6). Agar keyakinan kita tidak salah dalam mengimani yang ghaib, maka gunakanlah al-Qur’an dan al-Hadits sebagai parameternya.
Ghoib, Edisi No. 36 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M