Serial Tempat-tempat Syetan 1

Serial Tempat-tempat Syetan

 

1. Kamar Kosong

Tidak jarang dalam rumah kita ada ruangan yang tidak terpakai. Ruangan yang dibiarkan kosong. Padahal tanpa kita sadari, dengan membiarkan sebuah ruangan itu kosong berarti kita telah menyediakan tempat istimewa bagi syetan untuk berdiam diri di sana. Tempat khusus bagi syetan untuk selalu mengamat-amati gerak-gerik anggota keluarga setiap hari, bahkan setiap detik.

Jabir mengatakan bahwa Rasulullah berkata, “Satu kamar untuk suami, satu kamar lagi untuk istrinya, dan kamar ketiga untuk tamu, sedang kamar keempat adalah kamarnya syetan.” (HR Ahmad, Muslim dan Abu Dawud).

Itulah makna yang tersirat dari hadits ini, meski pada akhirnya ada sebagian ulama yang menafsirkannya dengan makna lain. Bahwa maksud dari kamar keempat adalah kamarnya syetan menunjukkan larangan untuk bersifat boros, terlebih dalam suatu kondisi yang saat itu membutuhkan banyak dana untuk dakwah, atau dalam kondisi krisis ekonomi seperti yang melanda negeri ini. Sehingga larangan untuk berlaku boros itu bermakna luas, tidak sekedar membiarkan kamar itu kosong.

Namun, penafsiran manapun yang kita ambil, yang jelas kita harus tetap semaksimal mungkin memanfaatkan ruangan yang ada. Dan tidak berlaku boros, Dan, bila memang di rumah kita ada kamar yang kosong, putarlah kaset mengaji atau seringkali jadikan tempat itu sebagai tempat untuk beribadah sehingga pada akhirnya syetan pun tak kuasa bertahan di kamar kosong itu.

2. Bersihkan Rumah dari Patung

Selanjutnya bersihkan rumah dari patung yang menghalangi masuknya malaikat. Kalau malaikat sendiri enggan memasukinya maka secara otomatis, tanpa perlawanan akhirnya rumah itu menjadi tempat syetan. Rasulullah bersabda, “Malaikat tidak memasuki rumah yang di dalamnya ada patung atau gambar-gambar.” (HR. Muslim).

Untuk menjelaskan gambar apa yang sebenarnya dilarang itu dan apa alasannya, perhatikan sebuah atsar dari Said bin Abu Hasan. Suatu saat ia bersama dengan Ibnu Abbas. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki seraya berkata, “Wahai Ibnu Abbas, sesungguhnya penghasilan saya berasal dari buah karya tangan saya. Dan saya membuat lukisan-lukisan ini.” Ibnu Abbas lalu berkata, “Saya tidak akan mengatakan kecuali apa yang saya dengar langsung dari Rasulullah.” Rasulullah berkata, “Barangsiapa menggambar sesuatu, maka Allah akan menyiksanya sampai ia meniupkan ruh kepada apa yang dilukisnya. Padahal ia tidak akan pernah bisa menghidupkannya. Demi mendengar itu, maka laki-laki tadi nampak marah sekali, Ibnu Abbas berkata “Celaka, bila kamu tidak mau meninggalkan apa yang kamu lakukan maka lukislah pohon atau apa saja yang tidak bernyawa” (HR Bukhari dan Muslim).

3. Hindari Tidur dengan Sebagian Badan Terkena Sinar Matahari Sementara Sebagian Badan Lainnya Terlindung oleh Bayang-bayang Pohon.

Memang, matahari yang merambat naik, semakin mempertajam sinarnya, seakan mencabik- cabik kulit yang tak berbaju. Saat seperti itu, enak rasanya bila berteduh sejenak di bawah rindangnya pepohonan, dengan semilir angin yang menerpa halus kulit kita. tapi ingat dalam kondisi demikian hindarilah untuk membiarkan sebagian anggota badan kita kepanasan sementara anggota badan yang lain berada di tempat yang teduh. Rasulullah melarang demikian karena itu adalah majlisnya syetan.

Rasulullah melarang seseorang berteduh di bawah bayang-bayang pohon tapi separuh badannya masih terkena sinar matahari. Rasulullah berkata, “Itu adalah majlisnya syetan.” (HR. Ahmad dan Hakim)

Ibnu Qayim berkata, “Ini merupakan peringatan untuk tidak tidur di tempat seperti itu karena tidur dalam keadaan demikian ternyata tidak baik.”

Hal ini diperkuat dengan pernyataan DR Abdul Razaq al- Kailani yang menjelaskan alasan pelarangan ini dari sudut ilmiah. DR Abdul Razaq berkata, “…Sinar matahari yang menyinari badan akan menimbulkan terciptanya sinar-sinar lain yang tidak terlihat mata biasa. Di antara sinar itu adalah sinar infra yang mengalirkan hawa panas sehingga tubuh menjadi hangat dan panas. Serta sinar biru yang membuat kulit menjadi merah. Bila sinar-sinar ini menimpa sebagian anggota badan sementara yang lain tidak, maka akan menimbulkan kerancauan dalam peredaran darah, akibatnya anggota-ang- gota badan tidak bisa berfungsi secara normal dan terjadilah kekacauan di sana.”

4. Di Pungggung Unta.

Mungkin, kita terpana saat mendengar berita bahwa syetan berada di punggung unta. Tapi, itulah berita yang disampaikan Rasulullah, dalam hadits shahih, sebagaimana diriwayatkan oleh Hamzah bin Amr al-Aslami bahwa Rasulullah berkata, “Di setiap punggung unta itu ada syetan. Karena itu bila kalian naik unta maka sebutlah nama Allah.” (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban).

Secara lebih jauh Al-Munawi menjelaskan alasan mengapa unta menjadi tunggangan syetan. la mengatakan bahwa unta diciptakan dari jin, sebagaimana syetan merupakan jenis jin juga. Bila demikian, tidaklah mengherankan kalau unta menjadi tunggangan syetan.

Nah, bila kebetulan kita sedang ke kebon binatang dan sempat naik unta, janganlah lupa untuk menyebut nama Allah, saat menaikinya. Dengan demikian syetan yang sebelumnya telah berada di punggung unta, akhirnya harus mengalah dan menyingkir.

5. Jarak yang Ada antara Dua Orang yang Sedang Shalat

Ini dia, yang sering ditemukan dalam barisan shalat. Jarak antara satu orang dengan orang di sebelahnya agak renggang, bahkan tidak jarang terlihat suatu barisan yang sangat longgar sehingga memungkinkan orang lain untuk melewatinya. Tanpa sengaja, karena ketidaktahuan semacam inilah sehingga kita membuka peluang syetan untuk mengganggu orang yang sedang shalat. Bila demikian, pantas shalat kita sering tidak khusyu.

Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, “Rapatkan barisan kalian, karena sesungguhnya syetan itu berdiri di antara barisan yang renggang (tidak rapat).” (HR. Ahmad)

Karena itu, seyogyanya seorang imam selalu mengingatkan makmum untuk merapatkan barisan, sebelum memulai shalat. Demikian pula diharapkan partisipasi dari setiap makmum untuk saling merapatkan diri mereka. Bukan sebaliknya acuh tak acuh ketika melihat barisan shalat itu renggang. Caranya dengan merapatkan pundak satu sama lain, atau dengan menyamakan dan merapatkan kaki masing-masing.

Syetan Biang Cabul

Syetan Biang Cabul

 

 

Satu lagi, bukti nyata di hadapan kita. Syetan benar-benar perusak. Kali ini tentang kasus penyimpangan seksual. Kasus seksual sesama wanita, Lesbi. Penyimpangan seksual yang dulu dianggap sangat aib, tetapi kini dianggap biasa. Bahkan kuat usaha untuk melegalkan kemaksiatan yang menjijikkan itu. Sebagian aktifis kemanusiaan, bicara atas nama kesamaan mengusulkan agar komunitas itu diakui negara. Beberapa negara telah benar- benar melegalkan hal itu. Binatang saja tidak ada yang melakukannya. Manusia memang bisa lebih sesat dari binatang kotor sekali pun.

Kasus saudari kita yang alhamdulillah kini telah taubat, saudari Rosmala sungguh sangat tragis. Dia berjalan di antara lembah hitam. Mencoba mencari kebahagiaan melalui dunia lesbi. Menebar jaring jeratan, untuk menjerat pasangan wanitanya. Mata hatinya telah gelap. Akal sehatnya telah tertutup. Gaji dua bulan habis hanya dalam semalam untuk memuaskan nafsu syetannya. Kemaksiatan jika telah menjadi candu benar-benar membuat orang pandai menjadi sangat bodoh, membuat orang melek jadi buta, membuat orang tidak lagi peduli kecuali mencari kepuasan sesaat. Kecanduan kemaksiatan sampai membuat Rosmala ingin menikahi teman kencannya yang sama-sama wanita. Benar-benar buta.

Jin lesbi ternyata juga berandil besar dalam membuat Rosmala sulit meninggalkan dunia lesbinya. Jin itu telah berhasil dikeluarkan melalui metode Nabi, Ruqyah. Setelah itu, Rosmala bisa mengendalikan diri sehingga bisa benar-benar terlepas dari jeratan penyimpangan seksual. Jin selalu membisikkan hal-hal yang tidak diridhoi Allah.

Sampai-sampai jin Bety ingin menikah dengan Rosmala. Memaksa betul hingga dia tidak mau dikeluarkan. Jin Bety tetap berteriak-teriak ingin menikah dengannya. Karena terlanjur selama ini jin mendapatkan kesenangan dari Rosmala. Sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat, “Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan Allah berfirman): Hai golongan jin (Syetan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia. Lalu berkatalah kawan- kawan mereka dari golongan manusia: Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian dari pada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian(yang lain).” (Al-An’am: 128).

Kasus jin mencintai manusia pernah juga terjadi di zaman Ibnu Taimiyah. Beliau langsung turun tangan untuk mengeluarkan jin itu. Jin itu berkata, “Saya mencintainya.” Ibnu Taimiyah membentak, “Dia tidak mencintaimu.” Jin itu menyahut lagi, “Aku ingin pergi haji bersamanya”. Ibnu Taimiyah menyangkal, “Dia tidak mau pergi haji bersamamu”. Lalu jin tersebut menambahkan, “Saya tinggalkan dia demi menghormatimu”. Ibnu Taimiyah menegaskan, “Tidak, tapi karena taat kepada Allah dan rasul-Nya. “Ya, aku akan keluar darinya” sahut jin menyerah kalah.

Jin memang biang kerusakan

Setelah Iblis dikeluarkan dari surga, dia bersumpah dengan keagungan Allah untuk menyesatkan anak cucu Adam. Sehingga segala kerusakan dan kemaksiatan yang kita saksikan di bumi ini tidak lepas dari rencana-rencana panjang Iblis dan bala tentaranya.

Sebagaimana yang kita baca dalam ayat yang menjadi selalu pengingat kita bahwa kita selalu berhadapan dengan musuh besar, “Syetan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan.” (Al-Baqarah: 268).

Perbuatan-perbuatan jahat adalah hasil bisikan syetan dalam hati manusia. Sedikit demi sedikit hingga kecanduan dan sulit melepaskan. Kemudian sebagian mati dalam keadaan berlumuran dosa. Naudzu billichi min dzalik.

Seperti yang dialami saudari kita Rosmala. Syetan lah yang telah menyeretnya hingga masuk ke lembah hitam lesbi. Baik syetan manusia yaitu temannya yang pertama kali memperkenalkannya kepada dunia itu ataupun jin yang benar-benar telah merasuk dalam dirinya dan selalu mendorongnya untuk melakukan dosa itu.

Dalam seruan ayat lain yang lebih tegas, Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.” (An-Nur:21).

Lesbi adalah perbuatan yang keji dan mungkar. Dan ternyata itu adalah langkah-langkah yang sudah direncanakan untuk merusak anak cucu Adam. Jangan diikuti sejak bisikan kecil pertama yang kelihatannya sepele. Karena itu hanya permulaan dari sebuah rencana jahat yang besar.

Mengejar Cinta Semu

Ini pelajaran berikutnya, terutama bagi orang tua. Percekcokan di rumah tangga antara ayah dan ibu Rosmala sudah bagai kicauan burung di pagi hari. Hampir setiap hari terjadi. Cara mendidik ayah yang kasar dan tidak Islami membuat permasalahan semakin runyam. Belum lagi beban psikis sebagai anak pertama melihat adik-adiknya yang semakin membebani ibu.

Rumah sudah tidak lagi nyaman untuk dihuni. Harapan anak untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian dalam menyusun rencana masa depannya semuanya telah buyar.

Sebagai pelampiasan, dia lari ke luar rumah dengan segumpal harapan untuk mendapatkan yang telah hilang di rumah. Dan sebagaimana yang kita ketahui, dunia luar rumah di negeri ini sangat rawan, Rawan untuk keimanan kita. Sebagaimana yang ditemui Rosmala di luar rumah. Kemaksiatan demi kemaksiatan.

Orang tua yang masih melakukan kontrol terhadap anaknya ketika di luar rumah masih sering kecolongan. Maka bagaimana Rosmala tidak tenggelam dalam kemaksiatan, ketika kontrol orang tua sama sekali tidak ada. Terlebih setelah ibunya meninggal. Sejak usia yang masih relatif kecil yaitu usia SMP di sudah kecanduan narkoba. Setiap minggunya dia selalu memakai barang haram itu.

Sementara teman dekat tempat dia curhat bukan orang baik. Dari temannya itulah dia mengenal dunia yang dulunya tidak pernah terbayangkan akan dilakukannya. Menjadi seorang lesbian. Dari yang sifatnya coba-coba hingga dia sendiri menjadi lesbian yang menggaet teman- teman kerja wanitanya untuk dijadikan teman kencan. Masalah memang sudah kronis. Dosa sudah menjadi candu.

Tetapi berputus asa dari karunia Allah me mang bukan sifat seorang muslim. Dan Rosmala telah membuktikan itu. Karunia Allah turun membersihkan dirinya yang telah kotor. “Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat- Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selamanya-selamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (An-Nur: 21).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, “Kalau sekiranya Allah tidak menganugerahi bagi yang Dia kehendaki untuk taubat dan kembali kepada-Nya, pembersihan jiwa dari syirik, dosa, kotoran dan akhlak rendah, tentu tidak ada jiwa yang bersih dan baik.”

Selama nyawa ini masih ada, selama matahari belum terbit dari barat, dosa yang telah mencekik kita pun bisa kita lepaskan. Asalkan kita cepat sadar bahwa kita sedang dicengkeram musuh abadi, syetan. Dan jangan pernah berputus asa, karena karunia Allah Maha Luas dan tipu daya syetan sangatlah kecil di hadapan- Nya. Semoga Allah selalu melindungi kita.

 

Ghoib Edisi No. 14 Th. 2/1425 H/2004 M

Jangan Tertipu Lagi, Sihir Bertopeng Karamah

Jangan Tertipu Lagi, Sihir Bertopeng Karamah

Sudah banyak korban berjatuhan. Akibat ulah jin dan para kroninya, dukun. Dengan berbagai cara para dukun yang kini telah banyak berganti penampilan itu mengelabui korbannya. Ketika banyak yang tidak percaya dengan masalah mistis yang dihubungkan langsung dengan jin, maka sebagian orang pinter itu merubah strategi menggaet korbannya. Kini banyak yang mengatasnamakan ajaran Islam. Ditonjolkan dzikir dan wirid yang akrab kita dengar. Supaya orang menyangka bahwa ini bukanlah sihir tetapi karamah. Padahal, walau berbeda caranya isinya tetap sama. Tetap saja mereka teken kontrak dengan jin untuk saling membantu.

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan agar kita tidak menjadi korban kesyirikan tingkat tinggi itu.

1. Iman Kita, Paling Mahal dalam Hidup Kita

Apapun masalah kita. Apapun problematika hidup kita. Apapun derita yang kini kita alami. Iman adalah sesuatu yang paling mahal dalam hidup kita. Lebih mahal dari kesehatan kita, lebih mulia dari kekayaan dan jabatan kita. Lebih berharga dari fisik kita.

Iman jangan ditukar dengan sekelumit dunia yang akan kita tinggal itu. Tanpa iman seseorang akan bagai tengkorak berjalan. Lebih hina dari binatang. “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-Araf: 179).

Kalau pun kita sakit parah, jadilah seperti Nabi Ayyub yang tidak pernah menukar imannya dengan sekedar kesembuhan. Sakitnya bertahun lamanya dan iman tetap bertahan. Utsman bin Affan tidak perlu menggunakan jimat ataupun dukun untuk mempertahankan bisnisnya. Ketika beliau dibunuh, istrinya berkata, “Kalian telah membunuh orang yang sangat mencintai Al-Quran dan sholat malam.” Itulah rahasianya. Tidak seorang pun dari kholifah yang empat, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali yang mengejar dan mempertahankan jabatan dengan kesyirikan.

Ini yang harus kita pertebal dalam hati kita. Iman ini harus dipelihara jangan sampai usang dimakan usia atau rusak oleh virus kesyirikan, apalagi hanya ditukar dengan sampah dunia yang hanya membebani kita di dunia dan akhirat kelak.

2. Jangan Cepat Silau dengan Kelebihan Seseorang

Kita telah mengetahui bahwa kelebihan tidak selamanya karamah. Bahkan hari ini sihir lebih banyak bermunculan bak jamur di musim penghujan. Ketika kita membaca atau mendengar atau menyaksikan sendiri suatu keanehan, kedigdayaan dari seseorang, jangan cepat silau. Jangan cepat berkesimpulan bahwa dia adalah orang sakti yang tidak terkalahkan.

Walaupun perdukunan konvensional masih cukup digemari, kini banyak yang beralih ke dukun dengan berpenampilan sebagai ustadz atau kyai. Kita tidak sedang menyalahkan apalagi menghina para ustadz dan kyai kita. Tetapi ini adalah kebenaran yang harus sampai kepada siapa pun. Ini adalah aqidah yang tidak boleh dicemari dan dirusak dengan kesyirikan sekecil apapun.

Kita harus mempunyai filter dan timbangan yang benar. Yaitu syariat Islam. dengan terperinci timbangan itu dinyatakan oleh Syaikhul Islam, “Jika ada yang mempunyai kelebihan maka dia harus ditimbang dengan syariat. Jika dia orang yang istiqomah maka kelebihan itu adalah karamah. Dan jika dia bukan orang yang istiqomah maka itu adalah fitnah, seperti halnya fitnah yang akan dibawa oleh Dajjal berupa kemampuan menghidupkan orang mati dan surga nerakanya. Sesungguhnya orang yang demikian itu, tersesat dan tidak mendapatkan bagian (di akhirat).”

Selanjutnya beliau menjelaskan, “Adapun orang yang berpegang teguh pada syariat Islam yang mulia ini, maka jika dia melihat seseorang dapat terbang di udara atau berjalan di atas air, maka dia mengetahui bahwa hal itu adalah fitnah untuk para hamba.” (Majmu Fatawa 4/16).

Ya, jangan silau dengan kelebihan yang dimiliki siapa pun. Sekali lagi siapa pun. Karena setiap kita bisa salah. Yang terjaga dari dosa hanya Rasulullah. Imam Malik sambil menunjuk makam Nabi berkata, “Setiap kita, pendapatnya mungkin diterima dan mungkin ditolak. Kecuali penghuni makam ini.”

3. Kejarlah istiqomah, bukan karamah

Simaklah pesan Imam Al-Jurjani: “Jadilah pemburu istiqamah dan jangan memburu karomah. Untuk apa Anda memburu karamah padahal Allah menuntut Anda untuk istiqamah.”

Pesan kebenaran telah disampaikan. Allah berfirman: “Maka dari itu serulah (mereka kepada agama) dan istiqamahlah sebagai mana yang diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka.” (As-Syura: 15). Kemudian Allah memberi kabar gembira bagi orang yang istiqamah dalam syariatnya: “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (Fushilat: 30).

Untuk itulah kita diperintahkan untuk mengejar istiqomah dan bukan karamah. Walaupun banyak di antara kita yang ingin sekali mempunyai karamah tersebut. Sebagaimana yang apa dinyatakan oleh Syekh Sahrawardi, “Ahli ijtihad dan ibadah telah mendengar dari salafus sholeh dulu tentang karamah pada dan keanehan-keanehan yang mereka miliki. Kemudian para ahli ijtihad dan ibadah itu kini sangat ingin memilikinya. Sebagian merasa sangat sedih, menuduh bahwa selama ini amalnya tidak benar karena tidak mendapatkan karamah. Padahal kalau saja mereka tahu rahasia masalah ini, tentu tidak mendapatkan karamah sangatlah remeh baginya. Karena karamah terbesar yang diberikan Allah kepada hamba-Nya adalah taufik untuk menjalankan hal yang dicintai dan diridhoi Allah berupa ketaatan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya, membela wali Allah dan memusuhi musuh Allah.”

Ya, istiqamah di tengah zaman penuh maksiat ini suatu yang luar biasa. Itulah karamah terbesar. Setiap kita seharusnya terus berusaha agar mempunyai diri yang istiqamah. Karena istiqamah lebih baik dari seribu karamah.

4. Mintalah Perlindungan Kepada Allah

Allah lah yang telah menciptakan semuanya. Kalau jin bisa melihat kita sementara kita tidak melihat mereka, dan mereka menebarkan bahaya sewaktu-waktu, maka jalan terbaik untuk melindungi diri adalah meminta perlindungan kepada yang menciptakan mereka.

Rasulullah telah mengajarkan kepada kita doa-doa perlindungan. Salah satunya seperti yang diajarkan ayat, “Dan katakanlah: Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syetan dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Al-Mukminun: 97-98).

Sebuah ajaran perlindungan yang sempurnya. Agar kita tidak digoda, diganggu dan tergiur dengan iming-iming manis syetan jin dan syetan manusia.

Sudah banyak yang mengorbankan aqidah, harta, diri dan keluarganya demi memenuhi kerakusan dukun dan jin. Dengan kedok karamah, sihir telah berhasil mereka kemas menjadi karamah. Racun itu berlabelkan madu.

 

Ghoib Edisi No. 11 Th. 2/1424 H/2004 M

KENAPA PASIEN RUQYAH SYAR’IYYAH ITU SEDIKIT SEKALI

KENAPA PASIEN RUQYAH SYAR'IYYAH ITU SEDIKIT SEKALI

Akhirnya saya paham,

KENAPA PASIEN RUQYAH SYAR’IYYAH ITU SEDIKIT SEKALI

Tadi malam saya mentherapi seorang ibu. Ketika saya telusuri keluhannya itu ternyata sdh muncul sejak tahun 2005an, ketika anak pertamanya kls 1 SMP, padahal sekarang sdh usia 30 tahun.

Si anak yg Masya Allah penuh perhatian ini merasa sudah kebal kelelahan menghadapi ibunya kesurupan, karena seringkali malam hari ngurusin ibunya kumat kesurupan. Saking bosennya (kurang lebih 18 tahun) si anak membiarkan saja ibunya kesurupan, nanti Subuh biasanya sudah sadar sendiri.

Ketika kami eksekusi dengan ruqyah syar’iyyah, sudah nampak hasilnya dengan cepat, wajah si ibu yang sebelumnya kusut, tidak bercahaya, suram dll, langsung keliatan glowing bercahaya. Ketakutan dan rasa pusingnyapun hilang ketika melihat saya sebagai therapis. Terasa tubuhnya enteng. Bahkan sudah bisa guyon..

Ketika ruqyah terjadi kesurupan terkendali (kalo sebelumnya sangat ekstrim), muntah campur darah, keringat dingin dan batuk yg tiada henti-hentinya.

Usia therapi, saya bertanya kepada anaknya, kenapa Mas sampeyan kok baru ruqyah sekarang? Bukankah keluhannya sudah teramat sangat lama sekali?

Apa jawabannya?

Bukannya nggak tahu Ustadz, tetapi setiap kali mau di ruqyah, pasti banyak reaksi seperti ;

1. Nggak percaya dan benci mendengar ruqyah syar’iyyah
2. Ketika mau berangkat ruqyah, kepalanya pening, pusing, badannya lemes dan berbagai macam alasan untuk nggak jadi ruqyah!

Bahkan kemarin saja Ustadz, ketika saya kabarin mau ruqyah ke Ustadz kepalanya sudah merasa pening. Nih tadi mau berangkat, hampir batal….

Akhirnya saya teringat beberapa kasus serupa yg kami therapi sebelumnya, bahwa banyak bbrp pasien mau ruqyah itu sudah reaksi diantaranya sbb
1. Menunda-nunda keinginan ruqyah
2. Gagal menyimpan nomor telponnya peruqyah
3. Kepalanya pusing, ingin muntah ketika hendak ruqyah, bahkan ada yang sudah kesurupan ketika chatting dengan peruqyah dan membaca kata-kata ruqyah saja
4. Suka kesasar ke tempat peruqyah
5. Menggagalkan waktu janjian dengan peruqyah
6. Ada rasa benci, mangkel, keringat dingin ketika ketemu, dll

Akhirnya saya sangat paham, bahwa diantara faktor kenapa pasien ruqyah itu sangat sedikit.

Jadi ruqyah merupakan hidayah dari Allah. Kalo Allah memberi hidayah kepada seseorang, maka bisa saja sang pasien akhirnya ketemu dan ditherapi oleh peruqyah dengan jalan yg penuh dengan lika liku.

سبحان الله وبحمده عدد خلقه ورضاء نفسه وزينة عرشه ومداد كلماته

Surabaya, 9 Januari 2023

9 Perbedaan Mendasar Antara Karamah dan Sihir

 

 

Karena lemahnya Aqidah Islamiyah yang meng hujam dalam hati kita, karena sedikitnya ilmu agama kita. dan juga karena pandainya agen-agen syetan mengemas produk yang mereka tawarkan dan penampilan Islami yang me- reka tampakkan serta maraknya media-media yang mengiklan- kan mereka, maka banyak sekali masyarakat Islam yang tertipu dan terpedaya. Sihir yang mereka tawarkan dianggap karamah, kesesatan mereka dianggap ketaatan, penyimpangan mereka dianggap wajar dan suatu keharusan, keanehan mereka dianggap suatu keistimewaan. Dan yang lebih naif lagi, figur yang dinilai sebagai ulama oleh masyarakat malah melegalisir keberadaan mereka dan mengatakan kepada orang-orang awam bahwa, “Kita tidak layak untuk menilai mereka atau mengoreksinya, karena maqomnya (levelnya) berbeda, mereka sudah ma’rifat sementara kita masih syariat.” Memang kalau kita pribadi tidak layak untuk menilai mereka, karena belum tentu kita lebih baik dari mereka. Tetapi parameter penilaian di sini adalah syariat islam.

Syariat adalah mikroskop yang akan menguak virus-virus dan bakteri-bakteri kesesatan mere- ka. Syariat adalah barometer akan seberapa jauh penyimpangan mereka dengan keanehan-keanehan yang mereka miliki. Dan teladan terbaik serta figur hidup yang kita jadikan cermin dalam pengamalan syariat Islam adalah Rasulullah. Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Tidak dianggap suatu perkataan kecuali bila dibuktikan dengan perbuatan.

Perkatan dan perbuatan tidak dianggap benar bila tidak dibarengi niat yang benar. Perkataan, perbuatan dan niat tidak bisa dikatakan lurus dan benar bila p tidak sesuai dengan sunah Rasulullah.” (Talbis Iblis: 16).

Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak perbedaan antara karamah dan sihir. Agar kita tidak mudah tertipu oleh syetan, baik syetan dari jin atau syetan dari manusia. Tidak mudah tergoda oleh penampilan dan kemasan. Tidak mudah tergiur oleh gencarnya iklan dan bujuk rayuan. Covernya islami tapi isinya syirik. Slogannya rahmani tapi cara dan aktifitasnya syaithani. Di antara perbedaannya adalah sebagai berikut:

1. Karamah itu datangnya dari Allah, sedangkan sihir berasal dari syetan.

Ketika Nabi Zakaria as. bertanya kepada Maryam tentang makanan yang selalu tersedia di mihrabnya. Maryam menjawab, “Makanan itu dari sisi Allah.” Sedangkan kita mengetahui bahwa Maryam bukanlah seorang Rasul atau Nabi, sehingga hal yang luar biasa itu kita kategorikan sebagai mukjizat. Tapi itulah karamah yang diberikan Allah kepada sosok perempuan yang suci, ibu dari Nabi Isa as.

Kisah serupa juga pernah dialami oleh al-Hallaj atau al- Husein bin Manshur (858-922 H) dak bersama sekelompok pengikutnya, ketika mereka minta  makanan manisan, maka Al-Hallaj bangkit dan pergi ke suatu tempat yang tidak jauh, dan tak berapa lama ia kembali dengan membawa nampan yang penuh manisan. Tapi akhirnya terkuak Kita bahwa manisan tersebut adalah hasil curian jin (syetan) dari sebuah warung permen di Yaman. Begitulah cerita sihir yang diklaim pengikut Al-Hallaj sebagai karamah seperti yang diceritakan Ibnu Taimiah dalam Majmu Fa tawa di permulaan jilid 35.

Allah berfirman, “Allah pelindung orang-orang yang beriman. dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang kafir pelindung mereka adalah thaghut (syetan) yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS Al-Baqarah: 257).

2. Karamah tidak dapat dipelajari sedangkan sihir bisa dipelajari.

Dalam lembaran sirah kehidupan tauladan kita Rasulullah, tidak kita baca bahwa Rasulullah mempelajari karamah atau mengajarkannya kepada sahabatnya, para sahabatpun tidak pernah mengajarkan karamah kepada generasi sesudahnya, yaitu para tabiin. Karena memang karamah adalah hadiah langsung dari Allah yang diberikan kepada hambaNya yang sholih. Dengan demikian kalau ada lembaga atau instansi yang mengajarkan karamah kepada murid-muridnya itu merupakan kesalahan yang menyimpang dari pengertian karamah itu sendiri. Ada di antara masyarakat kita yang belajar karamah dengan cara seakan-akan Islami. Seperti puasa dengan jumlah bilangan hari atau dengan wirid dan doa tertentu dalam hitungan ratusan atau ribuan, Bahkan ada yang memburu karamah dengan meditasi dan bertapa di tempat-tempat yang mereka keramatkan atau dianggap angker. Yang lebih naif lagi, dalam menjalankan ritualitas tersebut mereka mengabaikan perintah-perintah Allah yang wajib atau yang sunah. Kalau dengan metode pembelajaran tersebut, ternyata mereka berhasil memperoleh sesuatu yang luar biasa maka bisa dipastikan itu adalah sihir dan syetanlah sebagai mahaguru mereka. Allah memberitahukan hal tersebut dengan firman-Nya, “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan nabi Sulaiman (mereka mengatkan bahwa Nabi Sulaiman melakukan sihir), syetan-syetan itulah yang kafir (melakukan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (QS.Al-Baqarah: 102).

Kelebihan yang diambil dengan mempelajarinya atau mencarinya maka bisa dipastikan itu bukanlah karamah, tetapi sihir.

3. Karamah tidak bisa di- transfer sedangkan sihir bisa ditransfer.

Karamah termasuk sesuatu yang tidak bisa dipindahkan ke orang lain, baik secara kontak langsung atau tidak langsung, jarak dekat atau jarak jauh. Karena karamah itu milik Allah, tetapi sebaliknya ilmu sihir bisa ditransfer ke orang lain, baik dengan jarak dekat (langsung) atau dengan jarak jauh.

Bahkan mereka sekarang memanfaatkan teknologi internet untuk mentransfer sihir ke antar negara dan antar benua. Karena pada hakekatnya kekuatan sihir mereka adalah jin (syetan) yang bisa bergerak cepat dan selalu siap siaga untuk membantu manusia dalam rangka penyesatan dan pengelabuhan. Perhatikan iklan provokatif yang ada di salah satu majalah seperti, “Transfer ilmu Hikmah. Inginkah anda mempunyai kemampuan supranatural yang mengagumkan? Anda bisa menembus dimensi astral khodam jin, malaikat. Dalam tingkat lanjut anda dapat menguasai karamah para wali dan kyai-kyai.”

Kita tidak tahu persis, sudah berapa puluh ribu orang yang telah tertipu dengan iklan tersebut atau yang senada dengannya. Padahal kita tidak pernah mendengar Rasulullah dan para sahabatnya mentransfer karamah satu sama lainnya. Jadi jelas bagi kita kalau ada karamah yang bisa ditransfer kesana kemari adalah sihir. Dan sihir bukan karamah dalam terminologi syariat Islam.

4. Karamah tidak bisa diwariskan, berbeda dengan sihir yang bisa diwariskan kepada siapapun yang berkenan.

Karena karamah itu bukan harta atau benda yang bisa dimiliki, ia merupakan pemberian Allah seketika itu juga. Maka ia tidak dapat diwariskan kepada siapapun. Dan karena tidak ada ritual atau cara khusus untuk mendapatkannya, maka karamah tidak dapat ditelusuri untuk menemukannya kembali. Dan juga tidak bisa ditapaktilasi untuk mewarisinya jika orang yang diberi karamah sudah meninggal. Hal ini berbeda dengan sihir yang hakekatnya merupakan tipu daya syetan. Siapa saja yang mendapatkan ilmu sihir, lalu sebelum meninggal ia ajarkan kepada orang lain metode mempelajarinya, maka orang tersebut bisa mewarisi jin yang telah membantunya dalam keberhasilan penerapan ilmu sihir-menyihir.

Jangankan ada prosesi pewarisan (pengalihan hak milik), tanpa itupun jin berusaha untuk dimiliki oleh keturunan “sang dukun”, agar bisa mendapatkan korban yang lebih banyak dan melanggengkan pengaruhnya kepada anak manusia. Tim ruqyah Majalah Ghoib sering mendapat pengaduan kasus semacam ini. Karena keturunan sang dukun tidak mau menerima warisan tersebut, akhirnya kehidupannya diganggu dan ketenangannya diteror, bahkan sampai tahap gangguan fisik yang menyakitkan.

5. tidak dapat didemonstrasikan, tapi sihir bisa didemonstrasikan.

Kita tidak pernah mendengar riwayat atau membaca sirah kehidupan Rasulullah dan sahabat mempersiapkan diri, latihan atau berkemas-kemas untuk pertunjukan kesaktian atau kehebatan dalam ilmu kedigdayaan. Entah itu untuk penggalangan dana atau hiburan ataupun menjadikannya sebagai sarana dakwah, sebagaimana dalih yang dikemukakan para pendekar “karamah” dan akrobatik-akrobatik sihir.

Memang Khalid bin Walid pernah melakukan sesuatu yang spektakuler, itupun terpaksa dan bukan disiapkan terlebih dahulu tapi spontanitas, selanjutnya Khalid tidak pernah mempertunjukkan kembali kejadian tersebut, yaitu meminum racun waktu dia dan pasukannya mengepung benteng musuh. Pimpinan mereka berkata, “Kami tidak akan menyerah sebelum kamu meminum racun.” Khalid pun meminumnya dan dia tetap segar bugar dengan idzin Allah.

Maka dari itulah, apabila ada seseorang yang tampak darinya sesuatu yang luar biasa, lalu 3 yang bersangkutan berusaha menampilkan kembali atau memamerkan ke khalayak, maka bisa dipastikan itu adalah sihir bukan karamah. Apalagi kalau hal tersebut diorganisir dan dijadikan sebagai obyek bisnis atau mesin pencetak uang.

6. Karamah tidak bisa diprediksi kedatangannya, sihir sedangkan sihir dapat diprediksi.

Karamah hanya diberikan kepada hamba-hamba Allah yang beriman dan bertaqwa. Namun, realitanya tidak semua orang mukmin yang bertakwa  mendapat karamah dari Allah. Oleh karena itu kita tidak bisa mengatakan jika seseorang beriman dan memperbanyak ibadahnya kepada Allah, itu sebagai pertanda bahwa orang ke tersebut akan mendapatkan karamah. Apalagi cuma dengan puasa beberapa hari atau shalat seribu rakaat atau wirid doa 7 sekian puluh ribu kali pasti akan mendapat karamah. Itu semua merupakan doktrin yang tidak berdasar pada dalil syariat.

Beda halnya dengan sihir, bila seseorang melakukan ritualitas tertentu atau pemujaan dengan pengabdian kepada jin, atau melecehkan ayat-ayat Allah dengan mengencingi kitab suci Al-Qur’an atau menjadikannya sebagai sandal menuju toilet dan sejenisnya, maka hampir bisa dipastikan jin akan bersenang hati dan bergegas menuruti permintaan orang tersebut. Hal itu dilakukannya untuk melanggengkan kesyirikan dan kesesatan si pelaku. Sekaligus sebagai bentuk tipu daya bagi pelaku-pelaku bid’ah yang akhirnya berdalih bahwa apa yang dia lakukan juga diterima dan dikabulkan Allah. Memang kalaupun pelaku-pelaku sihir itu sukses dalam menjalankan misinya, itu semua berkat idzin Allah. Tapi karena cara dan kenerjanya yang tidak sesuai dengan syariat, maka Allah tidak meridhoinya. Bahkan perbuatan mereka akan mengundang murka dan laknat Allah.

Jadi jangan heran kalau ada seseorang bertapa di gunung. goa, hutan beberapa minggu, atau berguru ke perguruan- perguruan kedigdayaan dengan menjalani ritualitas yang tidak pernah diajarkan Rasulullah, lalu mendapatkan “keajaiban dan keanehan”, karena itu adalah hasil karya syetan dan teman- temannya.

7. Karamah biasanya terjadi tidak berulang-ulang, sedangkan sihir bisa diulang- ulang.

Kita pernah mendengar karamah-karamah yang dimiliki oleh beberapa sahabat. Seperti Salman al-Farisi makan di piring, lalu piring itu bertasbih. Usaid bin Hudhair saat keluar dari majlis Rasulullah ada cahaya yang meneranginya, Amir bin Fuhairah mati syahid jasadnya terangkat ke langit dan masih banyak yang lainnya. Kalau kita perhatikan, peristiwa tersebut hanya terjadi sekali dalam kehidupan mereka. Kalaupun terulang seperti yang dialami Maryam, ibunya Nabi Isa, itu beberapa hari saja saat belum punya anak, setelah itu tidak kita dengar dia selalu mendapat jatah makanan itu lagi.

Lain halnya dengan sihir, si tukang sihir terus bisa mengulangi atraksi-atraksi sihirnya, selama “upeti” yang disetorkan kepada jin pelayannya jalan terus. Pengorbanan demi pengorbanan terus dilakukan, permintaan jinnya terus dituruti, kesyirikan demi kesyirikan terus dipersembahkan. Tapi kalau si tukang sihir membelot dan mengingkari perjanjian yang sudah  disepakati dengan jin, maka jin itu akan berbalik meneror si tukang sihir dan menyakitinya, bahkan obyek sasarannya bukan cuma dia, biasanya merembet ke istri dan anak keturunannya serta keluarga yang lain. Itulah jahatnya jin (syetan). Sehingga orang yang terlanjur berprofesi sebagai dukun atau tukang sihir akan sulit dan berat untuk keluar dari belenggu syetan dan jaring-jaringnya. Di samping dia harus menanggung resiko yang begitu mengerikan dan fatal.

8. Karamah itu dimiliki orang shalih, sedangkan sihir dimiliki orang munafiq, fasiq dan kafir.

Imam Nawawi mendefinisikan orang yang shalih adalah orang yang selalu melaksanakan kewajibannya kepada Allah dan menunaikan kewajibannya kepada sesama manusia dengan baik. Imam al-Haramain mengutip adanya ijma (kesepakatan ulama) bahwa sihir tidak akan muncul kecuali dari orang yang fasiq sedangkan karamah tidak akan muncul dari orang yang fasiq (pendosa). Akan tetapi karamah itu kadang muncul sesuai kondisi seseorang. Jika karamah itu diberikan saat iman orang tersebut melemah, maka ia akan memperkokoh imannya. Orang yang lebih sempurna iman dan ketaqwaannya tidak akan membutuhkan karamah. Karena dia sudah merasa cukup atas apa yang dimilikinya, yaitu kedekatan Allah Yang Maha Perkasa dengannya dan senantiasa melindunginya.

Maka dari itulah orang-orang yang memiliki karamah tidak akan gentar bila bertemu dengan orang-orang shalih sepertinya. Bahkan merasa aman dan tentram serta bergembira. Pertemuan tersebut tidak akan mengancam keberadaannya.

Apalagi bila berhadapan dengan tukang-tukang sihir, mereka tidak akan bergeming atau menciut nyalinya. Sebaliknya tukang-tukang sihir kalau bertemu dan berhadapan dengan orang-orang yang shalih, mereka akan gentar dan gemetar. Takut dan khawatir kalau jin (syetan) yang setia membantunya lari dan kabur, sehingga sihirnya luntur dan sirna.

9. Karamah tidak bisa diperjualbelikan sedangkan sihir bisa diperjualbelikan

Kalau anda memperhatikan media-media cetak, terutama yang berkaitan dengan mistik, maka anda akan menjumpai beraneka macam iklan yang menawarkan sihir berkedok karamah. Ada yang memakai kata karamah, keramat, benda supranatural atau tenaga dalam serta kedigdayaan atau kesaktian. Ada yang berterus terang mencantumkan label harganya ada yang diperhalus bahasanya dengan kata mahar, infaq, ongkos kirim atau pengganti puasa dan tirakat. Kalau kita mendapatkan karamah yang diobral semacam itu maka pastilah itu adalah sihir.

Karamah itu bukanlah benda atau barang yang bisa dijadikan hak milik atau hak paten, dan juga bukan obyek dagangan yang menjanjikan income yang menggiurkan. Jual beli dalam hal ini sarat dengan penipuan dan penyesatan. Karena konsumen digiring kepada kemusyrikan dan pendangkalan tawakal kepada Allah. Bahkan bisa jadi si konsumen akan dibawa kepada penduaan Allah dan pemujaan syetan beserta bala tentaranya. Maka dari itulah, hindari transaksi-transaksi yang berkaitan dengan ilmu atau benda “keramat”, sebelum anda merugi dunia dan akhirat.

Akhirnya, janganlah anda mudah terpesona dan terpedaya dengan tawaran untuk menjadi orang shalih yang instan atau orang sakti dadakan ataupun ahli pengobatan. Karena sihir bukanlah karamah. Dan sihirlah yang banyak bergentayangan hari ini. Waspadalah, jangan gadaikan iman.

Menyembunyikan Amal

Menyembunyikan Amal

Nasihat Pagi Dari Syaikh Abul Barra’ Usamah Bin Yasin Al Ma’ani

M Nadhif Khalyani

Pagi ini Alhamdulillah dapat ilmu dan nasihat berharga dari Syaikh Abul Barra’, saat sarapan bersama. Berkumpul dg org berilmu benar benar bermanfaat. Berikut beberapa hal yang saya catat dari kalimat beliau, :

a. Peruqyah wajib menjaga keikhlasan dalam amalnya. Sesungguhnya kesembuhan itu milik Alloh, bukan karena kita. Tp krn Rahmat Nya. Lalu kami bertanya tentang bagaimana hukumnya menceritakan kisah sukses dalam terapi.

Beliau menasihatkan agar terapis tidak melakukan itu, menyebarkan keberhasilan keberhasilan di medsos semata mata untk mengangkat diri sendiri, menampakkan diri punya kehebatan dan sejenisnya. Kesembuhan milik Alloh. Jika terapis terbiasa mengangkat diri sendiri maka Alloh akan cabut keberkahan ilmu dan amalnya.

Tujuan ruqyah adalah agar manusia ingat dan kembali kepada Alloh, bukan kembali pada manusia atau mencari manusia. Beliau mengutip kisah Said Al Khudri yang menerapi pimpinan suku. Hadits itu sama sekali tidak bicara tentang kehebatan Said Al Khudri radhiyallohu’anhu, tetapi berbicara tentang keagungan surah Al Fatihah.

Maka renungan bagi terapis adalah, apakah klien menjadi mengingat dan mencari Al Qur’an, ataukah justru mencari sosok terapis itu. Ini soal keikhlasan. Beliau ingatkan ttg hadist barangsiapa ada kesombongan dalam dirinya meski sebesar dzarroh, maka tdk akan bisa masuk syurga. Ini hal yang lebih kita takutkan, kata beliau.

Namun, jika menyampaikan kisah semata mata utk mengajak kembali kepada Al Qur’an, maka ini boleh, dan harus benar benar berhati2. Tetapi sekali lagi beliau menutup dg kalimat, Merahasiakan keberhasilan jauh lebih utama. Terakhir beliau bercerita kisah sukses terapi dan cara menyikapinya.

Beliau cerita bahwa beliau tidak pernah mau meruqyah ke rumah pasien. Tetapi pasien yang diharuskan datang ke rumah beliau. Namun pasien yang satu ini lain, kondisinya tdk memungkinkan, akhirnya beliau ke rmh org itu dan meruqyah. Alhamdulillah masalah pasien itu selesai, sekali terapi, dan mengucapkan banyak terima kasih Syaikh.

Syaikh mengakhiri penjelasan ini dg kalimat : Saya tidak pernah menceritakan hal ini pada siapapun, tidak pula membahasnya dalam daurah, tidak pula di youtube atau medsos dan hanya sy sampaikn kepada antum hari ini. Beliau kembali menekankan pentingnya merahasiakan amal.

b. Beliau memberi catatan tentang Kitabnya Syaikh Abdulloh Sad-han, tentang Al ‘Ain. Dalam buku tsb terdapat 1 kesalahan tentang Cara Ittiham, Menentukan siapa pelaku pelempar ‘Ain.

Dalam buku tersebut, Syaikh Sad-han membolehkan seseorang memejamkan mata lalu ditanya apa yg dilihat dan menjadikan ‘pengelihatan’ tsb sebagai dasar menentukan siapa pelakunya. Cara ini tidak sesuai dg penjelasan Lajnah Daimah. Lalu kami bertanya, bukankah kitab tersebut telah diteliti oleh beberapa Syaikh, dan ada pengantar dari Syaikh2 tsb?

Beliau menjawab, sepertinya ada beberapa bagian yang tidak dibaca secara detail oleh beliau beliau sehingga ada poin yang terlewatkan. Karena biasanya utk hal yg krusial, pasti mendapat catatan dan koreksi dr para Syaikh.

Kitab kitab Syaikh Abul Barra’ sdh diteliti oleh DR Ibrahim dan DR Ibrahim benar benar meneliti kata per kata, bahkan jika ada kalimat yang salah, beliau coret dan dikoreksi.

Untuk itu, sebaiknya para peruqyah, jika belajar, membaca buku sebaiknya dikonsultasikan kepada para asatidz yang lebih senior. Tidak cukup membaca sendiri. Belajar ruqyah itu tidak sesederhana membaca buku sendiri.

c. Beliau memberikan catatan tentang Syaikh Nashir Abu Hamam. Menurut beliau ada beberapa hal ttg Syaikh Abu Hamam yg tidak bs dijadikan acuan, terutama terkait dg tema ghaib, ttg qarin, ttg energi dll. Detailnya mgkn nanti bs dijelaskn saat ketemu sj.

d. Syaikh menyebut beberapa nama Syaikh yang bs dijadikan rujukan, Beliau memuji ttg skill dan manhajnya.

e. Beliau menyampaikan tentang Daurah di Malaysia dan DN3 di Indonesia.
Beliau menyebut, bahwa daurah di Malaysia skrg dan DN3 nanti adalah _daurah terbaik dari seluruh daurah yang sudah dilakukan selama ini, karena Daurah ini nanti akan lbh banyak bicara tentang Kasus bukan hanya teori. Daurah ini levelnya sdh lbh tinggi dr sebelumnya. Daurah di Malaysia membahas kitab Jilid 10, dan DN3 di Indonesia membahas kitab jilid 11.

f. Terakhir beliau menyebutkan kondisi kesehatan beliau beberapa bulan yang lalu, dan skrg AlHamdulillah sdh membaik. Beliau nampak lebih kurus dari sebelumnya.

Semoga Alloh limpahkan selalu kesehatan untuk beliau. Aamiin. Selangor, 29 November 2019

HUBUNGI ADMIN