Dari Kuburan Mbah Dalem Hingga Batu Tulis Bogor

Bukan hanya paranormal yang ramai dikunjungi. Tidak cukup datang ke orang pinter. Para caleg juga datang ke tempat-tempat keramat. Tak urung tempat-tempat itu mendadak ramai, lebih ramai dari sebelum hari-hari kampanye. Para caleg melakukan ritual apa saja, yang penting bisa menyingkirkan lawan politiknya dan duduk di kursi dewan.

Hari menjelang siang. Panas kota hujan Bogor mulai menyengat kulit. Majalah Ghoib siang itu berada di kuburan yang paling dikeramatkan di kota tales itu. Kuburan Mbah Dalem yang dianggap sebagai sesepuh kota Bogor. Untuk menyaksikan denyut kegiatan di makam yang tiba-tiba menjadi sangat ramai menjelang pemilu.

Mobil-mobil yang kebanyakan berplat B nampak parkir di sepanjang jalan raya yang me nikung di depan kuburan Mbah Dalem. Sebagian mereka ada di areal pekuburan dan sebagian lagi sedang makan di warung yang berada di seberang jalan selepas mereka melakukan ritual.

Di tempat keramat itu terdapat beberapa kuburan. Tetapi hanya ada satu yang berada di dalam ruangan. Itulah kuburannya Mbah Dalem yang dianggap satu angkatan dengan Prabu Siliwangi yang sakti itu. “Di Bogor, ya ini kuburan yang paling keramat. Karena Mbah Dalem ini dulunya orang hebat dan terkenal. Kalau yang di kebun Raya itu kuburan para pengawalnya saja,” kata ibu Ating (60), juru kunci makam.

Di jalan masuk terdapat meja yang menyediakan kembang tujuh rupa dibungkus dengan daun pisang. Bagi yang mempunyai hajat diharuskan membawa kembang. Anak-anak muda yang mencoba menanti uluran tangan kebaikan dari para pengunjung nampak duduk-duduk di pintu masuk ke makam.

Bau menusuk hidung campur aduk antara bau kembang dan bakaran kemenyan sangat terasa begitu masuk ke ruangan kuburan itu. Di dalam kamar itu masih terdapat ruangan kecil lagi tempat disemayamkannya Mbah Dalem dan bagi yang mempunyai keinginan harus masuk ke ruangan itu untuk menabur bunga.

Di depan ruangan kecil itu digelari tikar untuk duduk para tamu menanti giliran. Sebuah gentong kecil diletakkan di pojok ruangan. Di dalamnya terdapat air keramat yang disediakan bagi para pengunjung. Nampak sekeluarga besar datang dan antri untuk mendapatkan air tersebut.

Seorang ibu tua dengan mengenakan kerudung duduk di pojok luar ruangan kecil. Setiap yang datang harus menghadap dia dulu. Dan harus mengutarakan keinginannya agar ibu Ating membuka acara dengan permisi kepada Mbah Dalem.

Keluarga besar yang baru datang itu, memberikan beberapa bungkus kembang dan sebotol air keramat kepada ibu Ating. Ibu yang sudah turun temurun menjadi juru kunci di tempat itu lalu memulai doanya di samping bakaran kemenyan. “Assalamu’alai- kum….” bukanya sambil menyembah ke ruangan kecil tersebut. “Wa’alaikum salam,” jawab dia sendiri. Setelah itu dia membaca, “Audzu billahi minasy syaithonir rojim…” Selanjutnya dia berdoa beberapa menit dengan menggunakan bahasa Sunda.

Dalam doa itu, dia mengatakan bahwa ada orang yang datang meminta kepada Allah melalui perantara Mbah Dalem agar dikabulkan segala maksud kedatangannya. Keluarga besar yang baru saja datang itu mendengarkan dengan seksama. “Amin…Amin…,” kata mereka pelan. Beberapa permintaan disampaikan, dari mulai keinginan agar naik pangkat dan gaji, pinter sekolah bagi anak kecil yang juga ada bersama mereka dan selamat dunia akhirat. Kemudian ibu Ating membuka tutup botol air keramat dan mulai berdoa dengan doa yang serupa. Air itu untuk diminum dan dan dibawa pulang.

Kemudian mereka dipersilakan masuk ke ruangan kuburan untuk menaburkan bunga. Tidak lama kemudian datang seorang bapak dengan mengenakan topi bertuliskan security menyodorkan kembang dan air sambil membisikkan keinginannya di telinga ibu Ating. Tidak lama kemudian ibu yang juga tinggal di tempat itu, berdoa kembali.

Begitulah keramaian di kuburan itu. Menjelang pemilu ini ibu Ating kebanjiran tips dari para pengunjung. Lebih ramai dari hari-hari sebelumnya. “Menjelang pemilu ini sangat ramai,” kata ibu Ating yang tidak bisa menyebutkan angka persisnya dari jumlah pengunjung.

Tentu, para caleg lah yang banyak berdatangan. Menurutnya banyak yang datang dari Jakarta dan Bogor sendiri. “Malah kemarin ada yang minta didoakan agar bisa jadi presiden. Cuma saya lupa siapa namanya,” kisahnya.

Bisa jadi ibu Ating memang tidak pernah perhatian dengan nama caleg yang datang dan partai yang menaunginya. Karena dia sudah tua. “Pokokna mah banyak” katanya. Untuk itulah Majalah Ghoib menanyakan hal ini kepada Atang, anak muda yang melayani orang yang meminta air keramat, dia menjawab santai, “Wah kalau itu rahasia, mas.

Tidak jauh dari tempat itu, terdapat tempat keramat lain. Prasasti batu tulis yang pernah heboh karena ulah menteri agama kita. “Batu tulis ini batu yang ditulisi sama Prabu Siliwangi,” kata Ibu Mumun juru kunci.

Batu yang bertuliskan bahasa Sunda kuno berada di dalam sebuah kamar. Siang itu menjelang Dhuhur, terdapat seorang anak muda yang telah selesai didoakan oleh ibu Mumun dan seorang anak muda lain yang masih duduk tenang. Anak muda yang datang dari Jakarta ini mengenakan atribut Jawa, dengan mengenakan blangkon berikut baju kraton dan sebotol minyak wangi disampingnya. Dia menyandar di sebuah batu yang ada di ruangan itu. Matanya menatap ke arah kakinya berselonjor. “Saya tidak tahu dia punya hajat apa. Tadi dia langsung duduk terus doa sendiri,” bisik ibu Mumun kepada Majalah Ghoib. Tidak lama anak muda itu keluar untuk ganti baju dan kemudian dia ngeloyor pergi.

Seperti ibu Ating, Ibu Mumun pun menuturkan bahwa menjelang pemilu ini batu tulis banyak dikunjungi para caleg “Cuma hari ini belum ada caleg yang datang,” jelasnya. Dan ibu Mumun juga tidak pernah peduli siapa dan dari partai apa caleg itu berasal. Yang dia ingat hanya asalnya saja. Banyak yang datang dari Bogor, Jakarta. Dan ada juga yang datang dari Bandung. bahkan Malang, Jawa Timur.

Dua tempat ini hanya sebagai contoh bahwa tempat-tempat keramat di pelosok Indonesia menjadi tumpuan harapan bagi para caleg. Seperti juga yang dilakukan oleh jurkam sebuah partai yang mengaku titisan asli Pak Harto. Ketika mereka berkunjung ke Kediri mereka berniat hadir ke Pesarehan Agung Kramat Sentono Gedong. Tempat mbah Wasil dimakamkan. Tokoh yang diyakini sebagai pembawa Islam pertama ke kota itu. Makam yang berada di gang kecil sepanjang 100 m itu telah ramai dikunjungi oleh orang-orang sekitar tempat itu. Karena kabarnya tokoh tersebut akan membagikan sembako. Tetapi baru sampai pertengahan gang, rombongan kembali lagi pulang. Tidak jelas yang membuat mereka kembali.

Dan masih banyak tempat yang dianggap keramat lainnya. Dari mulai gunung, kawah, kuburan para wali, kuburan tokoh di masa lalu dan sebagainya. Untuk meloloskan para caleg ke gedung dewan mewakili rakyat. Dengan cara apapun. Cara syirik sekalipun.

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 15 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN