Pendusta Ayat-ayat Allah

“Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan?”

Ayat di atas terdapat pada surat al-Ghafir yang disebut dengan surat al-Mu’min ayat 69. Dalam ayat ini Allah berfirman kepada Rasulullah agar tidak heran dengan tingkah polah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Kemana gerangan mereka akan dikembalikan. Ini merupakan bentuk tasliyah kepada Rasulullah, agar tidak berkecil hati menghadapi para penentangnya.

Ayat di atas dilanjutkan dengan penafsiran siapa sebenarnya orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah itu. Mereka adalah orang- orang yang tidak beriman kepada al-Qur’an dan kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi sebelum Rasulullah. “(Yaitu) orang-orang yang mendustakan al-Kitab (al-Qur’an) dan wahyu yang dibawa rasul-rasul Kami yang telah Kami utus.”

Bagi orang kafir yang sama sekali tidak beriman kepada Allah dan Rasulullah sebagai utusannya, mereka telah jelas hukumnya. Masalahnya kemudian, ada sebagian umat Islam yang dengan berani mengotak-atik hukum yang telah diterangkan dengan jelas di dalam al-Qur’an. Padahal hukum yang dipermasalahkan itu bersifat qath’i dan tidak membutuhkan penjelasan ulang.

Sekian banyak ayat yang telah jelas makna dan pemahamannya diotak-atik kembali, dengan alasan bahwa penafsiran al-Qur’an harus sesuai dengan perkembangan zaman. Bahkan ada yang berani menolak melaksanakan hukum- hukumnya karena dianggap sudah tidak layak pakai. Naudzubillah.

Sebutlah contoh yang paling mudah bagaimana mereka mengotak-atik hukum waris yang telah jelas pembagiannya di dalam al-Qur’an antara laki-laki dan perempuan. Atau penolakan mentah-mentah terhadap hukum poligami yang dianggap melecehkan kaum perempuan. Sekian deretan masalah masih bisa dikemukakan sebagai daftar penolakan mereka kepada al-Qur’an. Padahal notabenenya mereka mengaku sebagai bagian dari umat Islam yang katanya intelek.

Bila demikian halnya, tidakkah mereka tergolong kepada orang yang disindir dalam al- Qur’an. Yaitu orang-orang yang beriman kepada sebagian isi al-Qur’an dan menolak sebagian yang lain. Apakah penerimaan kita terhadap al-Qur’an sesuai dengan selera kita? Bila menguntungkan kita ambil dan bila tidak sesuai dengan logika dan perkembangan zaman harus dibuang? Lalu apakah kita menjadikan apa yang terjadi di masyarakat sebagai kerangka untuk menghakimi al-Qur’an.

Allah mengancam orang-orang yang mendustakan al-Qur’an dengan ancaman yang pedih. “… Kelak mereka akan mengetahui, ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api.” Kemudian dikatakan kepada mereka, ‘Manakah berhala-berhala yang selalu kamu persekutukan, (yang kamu sembah) selain Allah?’ mereka menjawab, ‘Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah sesuatu’. Seperti demikianlah Allah menyesatkan orang-orang kafir.” (QS. al-Ghafir: 70-74)

Keyakinan kepada Al-Qur’an tidak bisa parsial. Menerima sebagian dan menolak sebagian yang lain. Hati-hatilah dengan merebaknya pemahaman yang menyimpang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN