Dalamnya Neraka

Neraka itu bertingkat. Ada tujuh tingkatannya. Semakin ke bawah semakin berat siksanya. Semakin ke atas semakin ringan siksa yang mereka dapatkan. Ibarat gedung semakin banyak tingkatannya, tentu semakin tinggi menjulang.

Neraka itu tujuh tingkat. Pertanyaannya seberapa dalamkah neraka itu? Sebelum menjawab masalah ini ada baiknya, bila kita mengutip sekilas postur tubuh penghuni neraka. Dengan harapan sedikit menambah gambaran seberapa dalamkah neraka itu.

Dalam hadits riwayat Muslim disebutkan bahwa gigi geraham penghuni neraka itu sebesar gunung Uhud. Sementara untuk melintasi dadanya yang bidang dibutuhkan waktu tiga hari. Bila demikian sungguh sangat mencengangkan bentuk tubuh mereka. Mereka adalah raksasa yang merana.

Gambaran dalam hadits itu baru untuk satu orang. Padahal penghuni neraka jelas lebih banyak dari penghuni surga. Satu berbanding seribu. Jumlah mereka yang melimpah itu pun dibagi-bagi dalam tujuh tingkatan. Masing-masing tingkatan diisi raksasa yang tinggi menjulang.

Dalamnya neraka jelas tidak bisa diukur dengan alat ukur manusia. Karena itu dibutuhkan penjelasan langsung dari Rasulullah. Biarlah Abu Hurairah yang menjelaskan kepada kita apa kata Rasulullah berkaitan dengan kedalaman neraka.

Abu Hurairah berkata, ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah, tiba-tiba terdengar suara benda yang jatuh. Kemudian Rasulullah bertanya, ‘Suara apa ini?’ Kami menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu’. Rasulullah bersabda, ‘Ini adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka selama 70 tahun, belum mencapai dasarnya.” (HR. Muslim)

Batu itu tidak sebesar kepalan tangan atau ukuran kepala manusia. Tapi jauh lebih besar. Karena ia seukuran dengan tujuh ekor unta. Tujuh ekor unta yang gemuk-gemuk itu melayang jatuh. Batu itu tidak akan terbakar seperti halnya meteor yang makin lama makin mengecil hingga pada akhirnya mengurangi kecepatannya meluncur ke bawah.

Batu itu tetap utuh sebesar tujuh unta dan meluncur dengan kecepatan yang stabil. Saat Rasulullah bertanya kepada sahabat batu itu telah meluncur ke dasar neraka selama tujuh puluh tahun, tapi belum juga mencapai dasar neraka. Entah berapa lama dibutuhkan untuk mendarat di kerak neraka.

Abu Hurairah dan Thabrani dari Muadz dan Abu Umamah bahwa Rasulullah bersabda, “Andaikata sebuah batu sebesar tujuh ekor unta dilempatkan ke dalam neraka Jahannam, maka ia jatuh di dalamnya selama 70 tahun, belum mencapai dasarnya.” (HR. Hakim)

Dalamnya neraka tidak ada yang tahu. Sampai kiamat pun tetap menjadi rahasia kebesaran Allah. Sebagai seorang muslim, hendaknya kedalaman neraka menjadi peringatan tersendiri. Seperti yang pernah disampaikan Umar bin Khattab. “Perbanyaklah mengingat neraka. Karena panasnya tiada terkira, jarak dasarnya sangat dalam, dan tali kekangnya terbuat dari besi.” (Takhwif minannari: 53)

Dalamnya neraka, menjadi pelajaran berharga. Jangan pernah menantang untuk merasakan kedalamannya. Karena gambaran postur penghuninya saja sudah menyeramkan. Manusia raksasa yang tinggal dan menetap di tujuh tingkatan neraka. Semuanya dengan ketinggian yang tetap menjadi rahasia Allah.

Mimpi Melihat Neraka

Bagi sebagian orang mimpi bisa jadi dianggap bunga tidur. la tidak memiliki makna apa-apa. Tapi dalam kaca mata agama, mimpi ada yang benar dan ada yang tidak. Mimpi seorang nabi dan rasul misalnya. Kebenarannya jelas tidak bisa disangsikan. Karena mimpi bagi mereka merupakan bagian dari wahyu. Kisah Nabi Ibrahim menjadi bukti yang tidak terbantahkan. la diperintah untuk menyembelih anaknya. Ibrahim seorang utusan Allah , sehingga perintah yang muncul di dalam mimpi tetap harus direalisasikan.

Demikian juga dengan orang shalih, tidak sedikit mimpi mereka yang menunjukkan tingkat keshalihan mereka. Di zaman Nabi, sahabat terbiasa menceritakan mimpi mereka kepada Rasulullah. Lazimnya, mimpi yang mereka ceritakan itu adalah mimpi yang baik. Karena Rasulullah mimpi buruk. melarang menceritakan.

Keinginan menceritakan mimpi kepada Rasulullah itu juga menghinggapi jiwa anak- anak. Sebut saja Ibnu Umar. Anak Umar bin Khathab ini memiliki angan-angan bermimpi sesuatu yang layak disampaikan kepada Rasulullah.

Ibnu Umar yang saat itu masih remaja dan belum menikah, terbiasa tidur di dalam masjid. Hingga suatu malam, apa yang dicita-citakannya itu terwujud. Ibnu Umar bermimpi. Tapi kali ini, apa yang dilihatnya di dalam mimpi itu sungguh mengerikan. la bermimpi diajak dua malaikat jalan-jalan.

Bukan mall atau tempat pariwisata yang menjadi tujuan malaikat. Tempat itu tidak lain adalah neraka. Ya, Ibnu Umar bermimpi melihat neraka. Biarlah Ibnu Umar menceritakan mimpinya sendiri.

“Aku bermimpi dua orang malaikat datang kepadaku. Salah satu dari keduanya membawa cambuk dari besi. Kemudian malaikat yang membawa cambuk dari besi menemui aku. Mereka berkata, ‘Janganlah kamu takut. Sungguh engkau seorang yang baik, andaikata engkau banyak melakukan shalat di waktu malam. Kemudian mereka membawaku hingga menghentikanku di tepi Jahannam. Ternyata neraka terlipat seperti melipat sumur.

la mempunyai banyak tanduk (tepi) seperti tanduk sumur. Di antara setiap dua tanduk ada seorang malaikat yang di tangannya membawa cambuk dari besi dan di dalamnya ada orang-orang yang digantung dengan rantai dan kepala mereka berada di bawah. Aku mengenal orang-orang dari Quraisy. Mereka melewati aku dari sebelah kanan. Kemudian aku menceritakannya kepada Hafshah, lalu Hafshah menceritakan- nya kepada Rasulullah. Maka Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya Abdullah seorang laki-laki yang shalih’. (HR. Bukhari)

Pada satu sisi, cita-cita Ibnu Umar terwujud. Tapi pada sisi lain, ada pelajaran berharga dari mimpi ini. Ibnu yang tidur di masjid saat itu belum terbiasa shalat tahajud. Hingga ia pun mendapat teguran.

“Sungguh engkau seorang yang baik, andaikata engkau banyak melakukan shalat di waktu malam.”

Pelajaran berharga dari mimpi Ibnu Umar adalah bahwa shalat tahajud menjadi sarana yang efektif untuk menghindarkan diri dari sengatan neraka. Karena itu, Ibnu Umar tidak meninggalkan shalat malam..

Pendusta Ayat-ayat Allah

“Apakah kamu tidak melihat kepada orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah? Bagaimanakah mereka dapat dipalingkan?”

Ayat di atas terdapat pada surat al-Ghafir yang disebut dengan surat al-Mu’min ayat 69. Dalam ayat ini Allah berfirman kepada Rasulullah agar tidak heran dengan tingkah polah orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah. Kemana gerangan mereka akan dikembalikan. Ini merupakan bentuk tasliyah kepada Rasulullah, agar tidak berkecil hati menghadapi para penentangnya.

Ayat di atas dilanjutkan dengan penafsiran siapa sebenarnya orang-orang yang membantah ayat-ayat Allah itu. Mereka adalah orang- orang yang tidak beriman kepada al-Qur’an dan kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi sebelum Rasulullah. “(Yaitu) orang-orang yang mendustakan al-Kitab (al-Qur’an) dan wahyu yang dibawa rasul-rasul Kami yang telah Kami utus.”

Bagi orang kafir yang sama sekali tidak beriman kepada Allah dan Rasulullah sebagai utusannya, mereka telah jelas hukumnya. Masalahnya kemudian, ada sebagian umat Islam yang dengan berani mengotak-atik hukum yang telah diterangkan dengan jelas di dalam al-Qur’an. Padahal hukum yang dipermasalahkan itu bersifat qath’i dan tidak membutuhkan penjelasan ulang.

Sekian banyak ayat yang telah jelas makna dan pemahamannya diotak-atik kembali, dengan alasan bahwa penafsiran al-Qur’an harus sesuai dengan perkembangan zaman. Bahkan ada yang berani menolak melaksanakan hukum- hukumnya karena dianggap sudah tidak layak pakai. Naudzubillah.

Sebutlah contoh yang paling mudah bagaimana mereka mengotak-atik hukum waris yang telah jelas pembagiannya di dalam al-Qur’an antara laki-laki dan perempuan. Atau penolakan mentah-mentah terhadap hukum poligami yang dianggap melecehkan kaum perempuan. Sekian deretan masalah masih bisa dikemukakan sebagai daftar penolakan mereka kepada al-Qur’an. Padahal notabenenya mereka mengaku sebagai bagian dari umat Islam yang katanya intelek.

Bila demikian halnya, tidakkah mereka tergolong kepada orang yang disindir dalam al- Qur’an. Yaitu orang-orang yang beriman kepada sebagian isi al-Qur’an dan menolak sebagian yang lain. Apakah penerimaan kita terhadap al-Qur’an sesuai dengan selera kita? Bila menguntungkan kita ambil dan bila tidak sesuai dengan logika dan perkembangan zaman harus dibuang? Lalu apakah kita menjadikan apa yang terjadi di masyarakat sebagai kerangka untuk menghakimi al-Qur’an.

Allah mengancam orang-orang yang mendustakan al-Qur’an dengan ancaman yang pedih. “… Kelak mereka akan mengetahui, ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api.” Kemudian dikatakan kepada mereka, ‘Manakah berhala-berhala yang selalu kamu persekutukan, (yang kamu sembah) selain Allah?’ mereka menjawab, ‘Mereka telah hilang lenyap dari kami, bahkan kami dahulu tiada pernah menyembah sesuatu’. Seperti demikianlah Allah menyesatkan orang-orang kafir.” (QS. al-Ghafir: 70-74)

Keyakinan kepada Al-Qur’an tidak bisa parsial. Menerima sebagian dan menolak sebagian yang lain. Hati-hatilah dengan merebaknya pemahaman yang menyimpang.

Sungai Nanah

Sungai nanah? Mungkin Anda terperanjat ketika ditanya keberadaannya. Tanpa pikir panjang muncul keluar jawaban bahwa sungai itu tidak ada. Pasalnya, yang disebut dengan sungai berarti ia merupakan sekumpulan air yang mengalir dalam jumlah byang banyak. Aliran air itu pun bertahan cukup lama.

Sedang yang dinamakan dengan nanah adalah cairan yang keluar dari tubuh yang terluka. Hasil dari pertempuran darah putih dengan kuman atau bakteri yang berada di daerah terluka. Bila kemudian dua gambaran ini disatukan, berarti sungai nanah adalah sungaiĀ  dengan aliran nanah yang sedemikian banyak. Jelas tidak akan pernah ditemukan.

Tapi tunggu dulu. Sesungguhnya sungai nanah itu memang ada. Keberadaannya nyata dan memang sungai itu berisi nanah. Bukan air biasa. Hanya saja, sungai nanah itu tidak ada di dunia. la adalah sungai yang berada di neraka.

Neraka. Itulah tempatnya. Sumber mata air sungai ini adalah tubuh-tubuh penghuni neraka sendiri yang terbakar oleh panasnya neraka. Jumlah mereka yang sedemikian banyak serta didukung oleh bentuk tubuh mereka yang tinggi besar maka sungai neraka menjadi aliran sungai tersendiri di neraka.

Jangan lagi ditanya bagaimana baunya, karena sumbernya saja neraka. Tajamnya bau aliran sungai di beberapa titik di Jakarta tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan sungai neraka.

Ironisnya, sungai nanah bukan sekadar sebagai muara nanah-nanah penghuni neraka, tapi sungai ini juga berperan sebagai sumber air minum bagi sebagian penghuni neraka.

Dalam beberapa hadits disebutkan secara khusus siapa penghuni neraka yang akan meminumnya. Dialah para peminum minuman keras. Orang-orang yang keras kepala. Orang- orang yang tahu bahwa minuman keras itu terlarang, lalu dia bertobat. Tapi karena suatu peristiwa yang mengguncang jiwanya, ia kembali terbawa arus dan menenggak minuman keras untuk kedua kalinya.

la pun kembali bertobat. Masalahnya, ia tidak benar-benar bertaubat. la hanya bertaubat sambal. la pun mengulang minum khamr untuk ketiga dan keempat kalinya. Bila sudah empat kali bertaubat lalu mengulang kesalahan yang sama, maka sungai nanah akan menjadi ganjaran yang setimpal untuknya.

la akan merasakan betapa menjijikkannya minuman itu. Abdullah bin Umar mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa meminum khamr (minuman keras), maka Allah tidak menerima shalatnya selama empat puluh hari. Bila ia bertaubat, Allah menerima taubatnya. Dan jika ia kembali mengulang minum khamr, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari. Bila ia bertaubat, Allah menerima taubatnya. Jika mengulang minum khamr, maka Allah tidak menerima shalatnya selama empat puluh hari. bila ia bertaubat, Allah menerima taubatnya. Tapi bila ia mengulanginya untuk yang keempat kali, maka Allah tidak menerima shalatnya selama empat puluh hari. dan bila ia bertaubat, Allah tidak menerima taubatnya. Allah akan memberinya minum dari sungai Khabal. Dikatakan, wahai Abu Abdul Rahman, apakah sungai Khabal itu? la menjawab sungai yang bersumber dari nanah-nanah penghuni neraka.” (HR. Tirmidzi) Tirmidzi menyebut hadits ini hadits hasan. Hadits tentang sungai nanah, juga diriwayatkan imam Ahmad dalam musnadnya.

Karena itu, hentikan minum khamr sebelum diganti Allah dengan sungai nanah.

Minuman yang Dingin dan Busuk

MEREKA TIDAK merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, selain air yang mendidih dan nanah.” “Begitulah Allah menggambarkan minuman penghuni neraka dalam surat an-Naba’ ayat 24-25.

Mereka terkurung dalam balutan api neraka yang panas. Tidak ada kesejukan. Tanpa kehangatan. Tanpa air. Sungguh malang nasib mereka. Di tengah panasnya cuaca, air menjadi harta yang tidak ternilai harganya.

Yang tersedia bagi mereka hanya empat hal. Semuanya tidak ada yang menyenangkan. Hamim (air yang panas), shadid (nanah), Muhli (air hitam pekat dan berbau busuk) dan Ghassaq.

Ghassaq inilah yang kita bahas kali ini. Dalam menafsirkan makna Ghassaq terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Namun, apapun pendapat mereka, pada akhirnya mengerucut pada satu kesimpulan. Betapa mengerikannya minuman penghuni neraka yang disebut dengan Ghassaq ini.

Simaklah apa yang dikatakan Abdullah bin Amr. la berpendapat bahwa Ghassaq adalah nanah yang kental. Seandainya setetes nanah dari Ghassaq jatuh di negeri timur, niscaya bau busuknya akan menyebar ke negeri barat. Begitu pula sebaliknya. Bila setetes Ghassaq jatuh di negeri barat, bau busuk akan tersebar di negeri timur. Itu baru setetes. Bila yang dituangkan itu adalah satu ember, entahlah apa yang terjadi dengan penghuni bumi ini.

Lain halnya dengan Qatadah, ia mengatakan bahwa minuman Ghassaq berasal dari cairan yang keluar dari alat kelamin para pezina. Serta nanah yang meleleh dari kulit dan daging penghuni neraka.

Pendapat Qatadah dan Abdullah bin Amr tidak jauh berbeda. Keduanya masih bertemu pada satu titik, yaitu nanah. Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Ka’ab. la berkata, Ghassaq adalah mata air di neraka Jahannam. Tapi jangan berbaik sangka dulu. Mata air neraka seperti yang diungkapkan oleh Kaab sangat mengerikan. Mata air yang tidak ditemukan di dunia.

Menurut Ka’ab, mata air itu menjadi muara racun dari binatang berbisa dari jenis kalajengking maupun ular. Padahal setetes racun ular berbisa sudah bisa membunuh manusia. Tentu lebih mengerikan bila racun-racun berbisa itu menyatu dalam satu mata air. Betapa mengerikannya Ghassaq itu.

Lihatlah apa yang terjadi. Menurut Ka’ab, penghuni neraka didatangkan ke mata air tersebut dan diceburkan ke dalamnya kemudian diangkat. Hanya dengan sekali celup, kulit dan dagingnya langsung terkelupas dan terpisah dari tulang. Kulit dan daging itu kemudian meleleh dan menggantung di kedua tumitnya kemudian dagingnya ditarik kembali ke atas, sebagaimana pakaian (celana) ditarik oleh pemakainya. (at- Takhwif minan Naar: 1/111)

Ibnu Abbas dan Mujahid punya pendapat yang berbeda. Mereka mengatakan bahwa Ghassaq adalah air yang paling dingin sedemikian dinginnya sehingga tidak seorang pun bisa meminumnya.

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya mentarjih pendapat yang mengatakan bahwa Ghassaq adalah minuman yang sangat dingin dan berbau busuk. Air itu berasal dari nanah, keringat, air mata maupun luka-luka penghuni neraka.

Asal Ghassaq sudah mencerminkan jatidirinya. Karena itu Rasulullah bersabda, “Seandainya satu timba air ghassaq ditumpahkan ke dunia, niscaya bau busuknya akan tercium semua penghuninya.” Hadits riwayat Ahmad, Tirmidzi, dan Hakim dari Abu said al- Khudri.

Ghassaq, minuman neraka itu sungguh mengerikan. Karena itu jangan pernah bermimpi untuk mencicipinya.

Tinggalkan Darul Kufr Sebelum Terlambat

EMPAT BELAS abad yang lalu, Allah menceritakan kisah tragis nasib orang-orang muslim yang gugur di medan perang. Orang-orang muslim yang bergabung dalam kelompok orang kafir Quraisy memerangi Rasulullah. Tepatnya dalam peperangan Badar.

Badan mereka terbujur kaku bersimbah darah. Mereka gugur dalam sebuah peperangan besar. Dua kalimat syahadat telah mereka ikrarkan sebagai tanda keislaman mereka. Tapi nasib berbicara lain. Mereka masuk ke dalam neraka bersama kelompok yang mereka ikuti. Menjadi bahan bakar neraka Jahannam.

Sungguh tragis nasib mereka. Perhatikan firman Allah dalam surat an-Nisa’ ayat 97. “Sesungguhnya orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: ‘Dalam keadaan bagaimana kamu ini?’ mereka menjawab, Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)’. Para malaikat berkata, Bukankah negeri Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di negeri itu?’ orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”

Malaikat mempertanyakan komitmen keislaman mereka. Perintah hijrah telah dikeluarkan Rasulullah dua tahun sebelumnya. Tapi mereka enggan keluar. Mereka tetap saja berada di negeri Mekah yang kala itu masih dalam cengkeraman orang-orang kafir Quraisy. Meski mereka telah masuk Islam, tapi mereka tidak mau menyatakannya secara terbuka. Mereka menyembunyikan keislamannya, demi mencari keselamatan dari rongrongan dan siksaan orang- orang kafir Quraisy.

Padahal, saudara seiman mereka sudah banyak yang meninggalkan Mekah. Mencari ketenangan dalam menjalankan syariat agamanya di kota Madinah. Ironisnya, tatkala orang-orang kafir Quraisy memobilisasi mereka untuk memerangi Rasulullah, mereka pun bergabung. Mereka tidak berani menolak, karena takut keislaman mereka terbongkar.

Takdir menentukan mereka meninggal dalam peperangan. Bergabung bersama orang-orang yang menentang Rasulullah. Pantas bila mereka menjadi penghuni neraka. Hanya orang-orang yang memiliki udzur syar’i yang dimaafkan Allah . Yaitu orang-orang yang sudah tua, anak-anak atau orang- orang lemah yang tidak menemukan cara untuk keluar dan tidak menemukan petunjuk pada jalan yang menyampaikan mereka ke negeri Islam.

“Kecuali mereka yang tertindas, baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah).” (QS. an-Nisa’ ayat 98). Merekalah orang-orang yang dimaafkan Allah.

Berdasarkan ayat di atas ulama berpendapat bahwa hijrah dari darul kufri itu hukumnya wajib, bila orang Islam tidak dapat melaksanakan ajaran agamanya dengan baik. Bila mereka mendapat ancaman dan intimidasi dalam melaksanakan agamanya. Bumi Allah masih luas. Masih banyak negara lain yang menjamin kebebasan mereka dalam beragama.

Potret perang Badar masih banyak kita temukan di zaman sekarang. Karena itu hijrah tetap ada sepanjang masa. Namun, ada hal lain yang tidak kalah pentingnya dari makna hijrah. Selain hijrah badaniah ada juga yang disebut dengan hijrah qalbiyah. Yaitu meninggalkan apa yang dilarang Allah dan melaksanakan perintah-Nya. Hijrah ini berlaku umum. Baik di darul kufri maupun darul Islam.

“Orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan sesuatu yang dilarang Allah.” (HR. Bukhari)
Ghoib, Edisi No. 58 Th. 4/ 1427 H/ 2006 M

Matahari dan Bulan Bahan Bakar Neraka

Seorang narapidana tertunduk lesu memasuki sel berjeruji besi. la sama sekali merasa tidak bersalah, namun apa boleh buat vonis delapan bulan penjara telah dijatuhkan. Palu hakim telah diketok. Hanya karena ia menerima titipan sepeda motor temannya. Ternyata sepeda motor tersebut adalah barang curian, sehingga dia dituduh ikut membantu pencurian. Hatinya geram, giginya sampai bergeretak ketika ia dimasukkan dalam sel yang sama dengan pencuri sepeda motor yang notabenenya masih temannya sendiri. Ingin rasanya dia melumat dan menelannya. mentah-mentah.

Kemarahan yang memuncak hingga ke ubun- ubun dalam diri sang narapidana adalah sesuatu yang wajar. Wajar karena ia menjadi korban atas kesalahan orang lain. Begitulah kehidupan dunia. Terkadang jauh dari keadilan.

Dalam kehidupan akhirat, kisah sang narapidana akan terjadi kembali. Kali ini penghuni neraka juga dibuat gemas dan geram dengan kemarahan yang tidak lagi terbayangkan. Dengan kasus yang sama, yaitu dia disatukan dengan sesembahan yang telah menyebabkannya masuk neraka. Yang membedakan antara sang narapidana dengan penghuni neraka hanyalah karena penghuni neraka secara sadar melakukan penyembahan kepada selain Allah.

“Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah, adalah umpan jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya. Andaikata berhala-berhala itu tuhan, tentulah mereka tidak masuk neraka. Dan semuanya akan kekal di dalamnya. (QS Al-Anbiya’: 98-99)

Allah akan mempertemukan pemuja berhala dengan sesembahan mereka di neraka, sebagai bagian dari siksa itu sendiri. Sebagaimana ungkapan Ibnu Rajab, “Ketika orang-orang kafir menyembah kepada selain Allah, dan mereka meyakini bahwa apa yang mereka sembah akan memberi syafaat dan mendekatkan diri mereka kepada Allah, maka mereka akan disatukan dengan sesembahan mereka di neraka sebagai bentuk penghinaan dan agar mereka semakin sedih dan menyesali atas perbuatan mereka. Karena sesungguhnya bila seseorang disatukan dengan orang yang menyebabkan mereka hina dan tersiksa, tentu akan lebih menyakitkan mereka.” (Attakhwif minannar: 105)

Itulah mengapa di hari kiamat, matahari dan bulan akan digulung dan dimasukkan ke dalam neraka. Matahari dan bulan menjadi bahan bakar neraka. Dalam sebuah hadits, “Matahari dan bulan akan digulung (dan dimasukkan) ke dalam neraka.” (HR. Baihaqi)

“Sesungguhnya dikumpulkannya matahari dan bulan di neraka karena keduanya telah disembah. Bukanlah api neraka menyiksa matahari dan bulan. Hal ini untuk semakin memperdalam penyesalan orang-orang kafir.” Demikianlah Imam Qurthubi menjelaskan hadits di atas dalam kitab Tadzkiratul Qurtubi

Penyembahan matahari sampai detik ini masih terus berlangsung di beberapa tempat. Matahari dan bulan hanyalah satu dari sekian banyak berhala yang menjadi sesembahan selain Allah. Sesembahan yang akan menyertai mereka di neraka.

Waspadalah! Waspadalah! Jangan sampail bersatu dengan berhala, matahari dan bulan atau sesembahan lainnya di neraka.

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 20 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Neraka dan Para Wanita

Neraka menjadi ladang penyiksaan yang tidak bisa dibandingkan dengan penjara manapun di dunia. Tidak di Guatemala dan tidak pula penjara Abu Ghuraib di Iraq. Meski berita yang tersebar di internet dan berbagai media elektronik dan cetak telah menggoncang dunia. Sekian banyak penjara di dunia itu ternyata dipenuhi oleh kaum laki-laki. Dan bila ada wanita yang masuk penjara karena alasan tertentu ternyata jumlahnya masih kalah jauh dengan narapidana laki-laki.

Dalam hal ini kaum wanita boleh berbangga diri. Namun, apakah itu menjadi jaminan bahwa penghuni neraka juga dipenuhi kaum laki-laki? Ternyata jawabannya tidak demikian. Ini tentu bukan pelecehan jender, karena surga dan neraka itu berhubungan dengan amal. Rasulullah mengatakan secara terbuka tanpa ada yang disembunyikan bahwa sebagian besar penghuni neraka adalah wanita. Sebagaimana terungkap dalam hadits riwayat Ibnu Abbas bahwa Rasulullah bersabda dalam khutbah shalat gerhana matahari, “Diperlihatkan kepadaku neraka. Dan kulihat sebagian besar penghuninya adalah kaum wanita”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini adalah realita yang cukup mengguncang kaum wanita. Sehingga tidaklah mengherankan bila di antara shahabat ada yang langsung bertanya kepada Rasulullah mengapa bisa terjadi demikian. Seperti terungkap dalam riwayat Abu Said al-Khudhri bahwa Rasulullah bersabda, “Hai para wanita bersedekahlah yang banyak, karena kulihat sebagian besar penghuni neraka adalah wanita.” Mereka berkata, “Mengapa bisa begitu ya Rasulullah?” Nabi menj wab, “Kalian banyak mengumpat dan mengingkari kebaikan suami.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah menyebutkan beberapa alasan mengapa bisa demikian. Yang pertama adalah tabiat dari kaum wanita sendiri yang suka mengumpat dan mencela orang lain.

Memang, mengumpat tidak masuk dalam kategori dosa besar, tapi justru di sinilah bahayanya. Sesuatu yang dianggap sepele dan bila dilakukan secara terus menerus pada akhirnya akan menjadi besar dan bisa mengalahkan kebaikan yang ditanam selama ini. la bagaikan bola salju yang terus membesar dan melibas apa saja.

Penyebab lainnya adalah karena pudarnya rasa hormat seorang istri kepada suaminya. “Jika kamu (suami) berbuat baik kepada istri selama satu masa, kemudian istrimu melihat sesuatu (tidak baik) dari dirimu dia berkata: aku tidak pernah melihat kebaikan sedikit pun darimu,” begitulah rinci Nabi. Penyakit ini sudah semakin merebak di masyarakat, seiring dengan semakin berkurangnya pemahaman seorang istri atas hak dan tanggung jawabnya sebagai istri dari suaminya. Padahal dalam sebuah hadits Rasulullah menegaskan seandainya manusia dibolehkan bersujud kepada yang lain. Niscaya Rasulullah akan memerintahkan seorang istri sujud kepada suaminya.

Sungguh menyakitkan memang, bila seorang suami tidak lagi menjadi raja di istananya sendiri Hanya karena ketidakpatuhan sang ratu kepadanya. Karena kecenderungan wanita mengikuti hawa nafsunya dan condong kepada kesenangan duniawi. Menurut imam Qurtubi hal ini karena wanita memiliki akal yang kurang hingga pandangan mata hatinya tidak menembus akhirat. Mereka lebih condong kepada dunia dan suka berhias untuk dunia. Selain itu wanita berperan besar dalam menjauhkan laki-laki dari akhirat.

Karenanya tidak ada pilihan lain bagi kaum wanita selain memperbanyak amalan yang dapat menghapus kesalahannya. Di antaranya adalah dengan banyak bersedekah. Sebagaimana diperintahkan Rasulullah dalam hadits riwayat imam Bukhari dan Muslim di atas. Dan sesungguhnya wanita lebih mudah masuk surga daripada kaum laki-laki seperti sabda Nabi dalam hadits yang lain. Di mana salah satu syaratnya adalah keridhoan suami kepada istri saat sang istri meninggal.

 

 

 

 

Ghoib. Edisi No. 19 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Seterika Neraka

Baju lusuh setelah dicuci? Tidak perlu khawatir. Tinggal ambil seterika, gosok sebentar. Bisa dijamin langsung beres. Bila perlu semprotkan sedikit bahan pewangi maka masalah yang mengganjal pun segera hilang, berganti dengan keceriaan. Ceria karena pakaian sudah tidak lusuh dan sudah siap pakai.

Itulah kegunaan seterika. Bahan yang terbuat dari tembaga, ataupun kuningan. Seterika yang model kuno berbahan bakar arang. Sedang yang lebih maju maka tidak perlu lagi repot-repot membakar arang. Cukup dengan menghubungkannya dengan aliran listrik. Maka seterika itupun siap pakai. Mengalirkan hawa panas. Itulah seterika dunia, yang banyak membantu peningkatan rasa percaya diri.

Tapi jangan heran bila neraka juga menyimpan seterika. Di neraka seterika itu berbeda dengan apa yang kita gunakan selama ini. la bukan lagi terbuat dari tembaga atau kuningan. Bahan bakunya adalah perak atau emas. Bukan main. Apakah sedemikian terhormatnya penghuni neraka sehingga dia memperoleh seterika dari emas dan perak? Tidak. Logikanya bukan demikian. Karena seterika itu merupakan bagian dari siksa. Dengan demikian, terbuat dari bahan apapun seterika itu tetap merupakan bentuk siksa tersendiri.

Secara khusus, Allah memperuntukkan seterika buat orang-orang yang tidak sempat mengeluarkan zakat emas dan perak selama di dunia. “… Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengan- nya dahi mereka, lambung dan punggung mereka…” (QS. At-Taubah: 34-35)

Sungguh tak terbayang betapa panasnya seterika itu, bila ia terbuat dari emas dan perak. Jenis logam yang cepat membara dan bahkan memercikkan bola api bila terus dibakar. Sedang ia berada di neraka, maka tidaklah mengherankan bila dalam sebuah hadits dikatakan bahwa bahan bakunya bukan lagi emas dan perak, tetapi api yang membara.

Mengerikan adalah kata yang tepat untuk menggambarkan saat-saat seterika itu menghanguskan kulit dan melelehkan daging hinggal terkelupas. “Tidak seorangpun pemilik emas dan perak yang tidak menunaikan zakat keduanya melainkan ia akan dibuatkan seterika dari api pada hari kiamat. Kemudian pinggang, dahi dan punggungnya diseterika. Setiapkali seterika itu menjadi dingin akan dipanaskan kembali pada hari yang lamanya sama dengan lima puluh tahun… (HR. Muslim).

Seterika itulah balasan atas kebakhilan orang yang tidak mengeluarkan zakat dari emas dan perak. Padahal di dalamnya ada hak orang lain. Suatu bentuk tanggung jawab yang masih tetap diminta walau sudah berganti alam dan tidak lagi di dunia. Sehingga dengan jelas Allah menyebutkan dalam kelanjutan ayat 35 surat at-Taubah, “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”

Karenanya, mengeluarkan zakat dari emas dan perak bukan saja mampu membersihkan harta dan diri kita, tetapi juga menjaukan diri kita dari panasnya seterika di neraka.

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 18 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Sandal Neraka

Sandal neraka? Tidak perlu heran mendengarnya. Di neraka memang tersedia sandal untuk orang tertentu. Bukan untuk setiap penghuninya.

Meski benda itu disebut dengan sandal dan tempatnya juga di telapak kaki, tapi jangan pernah membayangkan bahwa sandal neraka itu berfungsi seperti sandal dunia. Ya, kita bisa memakai sandal untuk melindungi kulit dari duri atau terik panas matahari yang membakar jalan beraspal dan batu. Panas dan membuat kulit kaki melepuh. Dengan sandal di telapak kaki kita, maka tidak perlu lagi takut pada duri yang melintang di jalan. Atau tajamnya batu cadas.

Tapi… Sandal neraka? Jauh berbalik 180 derajat. Alih-alih melindungi kaki dari panas dan duri. Justru sandal itu sendiri menjadi bagian dari siksa yang tiada terkira. Dialah sumber aliran panas. Dari sandal aliran panas terus menjalar naik, merambat ke mata kaki. Terus ke betis, lutut, perut, dada dan… aliran panas itu terus menjalar hingga akhirnya otak pun mendidih.

“Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksanya adalah yang memakai sepasang sandal dari api hingga mendidih otaknya lantaran kehebatan panas sandalnya.” Demikianlah Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Hudhri.

Fantastis. Sandal yang mendidihkan otak itu masih tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan aneka siksa lainnya. Sandal itu hanyalah siksa yang paling ringan di neraka. Lalu terbuat dari bahan apakah sandal itu?

Terbuat dari kulit harimau? Jelas tidak. Di neraka tidak ada harimau. Terbuat dari besi? Mungkin itu yang cocok untuk tapak kaki kuda. Tapi sandal neraka bukanlah seperti itu. Juga tidak terbuat dari bahan yang sama dengan cambuk neraka. Tapi, sandal neraka terbuat dari api. Ya, bara api membaras.

“Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan siksaannya pada hari kiamat adalah orang yang di bawah kedua telapak kakinya terdapat dua bara api, hingga otaknya mendidih seperti panci mendidih di atas tungku” (HR. Bukhari). Hadits riwayat Imam Bukhari ini, memberikan gambaran kepada kita, bagaimana otak bisa mendidih.

Setiap orang yang pernah berurusan dengan dunia masak memasak, tanpa penjelasan ilmiah pun dia akan paham. Bahwa air dalam panci akan mendidih bila terus dipanaskan. Padahal jarak antara kayu bakar dengan tungku itu tidak bersentuhan langsung. Ada sekat udara yang memisahkan antara keduanya. Tapi panas itu akan terus meningkat dan dalam waktu tertentu air itupun mendidih. Orang bilang dalam derajat seratus derajat celcius.

Di neraka ukuran derajat itu tidak lagi menjadi penting. Karena sebenarnya hadits di atas hanya ingin mendekatkan obyek dengan benak kita. Dan secara lebih jauh sandal penghasil panas itu menjadi siksa yang paling ringan. Secara eksplisit hadits riwayat Imam Muslim berikut menjelaskan bahwa siksa yang paling ringan ini diperuntukkan buat Abu Tholib, paman Rasulullah.

Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya siksa yang paling ringan di neraka itu akan dialami Abu Thalib. Dia akan memakai dua buah sandal yang akan membuat otaknya mendidih.” (HR. Muslim).

Bagi kita. tidak menjadi soal, apakah sandal itu hanya untuk Abu Thalib. Karena toh: hakekatnya ia masih siksa yang tidak terbayangkan perihnya, bagaimana seseorang memakai sandal dari bara api. Justru seharusnya kita manfaatkan waktu yang tersisa untuk dapat menikmati sandal surgawi. Bukan dengan sandal neraka, sumber bencana.

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 17 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

HUBUNGI ADMIN