Si Cicak Mendatangkan Sial?

Katanya, cicak si binatang melata itu melambangkan sial. Meski menurut si empu katanya, tidak setiap saat cicak menjadi alamat datangnya petaka. Ya, hanya cicak yang jatuh kepada seseorang. Bila itu terjadi, katanya akan ada anggota keluarganya yang meninggal.

Entahlah, orang-orang yang percaya dengan katanya itu memang aneh. Apa sih sebenarnya hubungan antara cicak dengan kematian? Jelas tidak ada hubungannya sama sekali. Lalu, apakah sudah ada perjanjian antara malaikat pencabut nyawa dengan cicak? Istilah kerennya tuh, tanda tangan Mou bahwa si cicak akan menjadi kurir, sebelum sang malaikat benar- benar datang. Wah, kalau sampai terjadi perjanjian itu, berarti si cicak benar-benar binatang yang memiliki keistimewaan. Ia menjadi binatang pilihan yang harus dilestarikan. Hebat dong.

Lho, kok dilestarikan? lya, khan bila ada cicak yang jatuh kepada seseorang, maka seluruh keluarganya bisa mawas diri. Jangan sampai melakukan perbuatan tercela yang bisa menghantarkannya ke neraka. Sehingga siapapun yang akan meninggal, maka dia tidak mengakhiri kontraknya di dunia dengan su’ul khatimah. Alias mati dengan cara yang tidak baik.

Bila demikian halnya, berarti cicak bukan binatang pembawa sial, justru ia adalah pembawa keberuntungan. Tuu, jadi bingungkan menentukan mana yang benar.

Apalagi si cicak itu memang menarik perhatian. la dengan asyiknya merayap di dinding, berlarian kesana kemari mencari mangsa. Menakjubkan, cicak itu tidak jatuh, ia memiliki suatu kelebihan dari binatang lainnya, lengket dengan dinding. Kelebihan itulah yang mengilhami seorang pengarang menciptakan lagu yang enak di dengar di telinga anak-anak,

Cicak-cicak di dinding. Diam-diam merayap. Datang seekor nyamuk. Hap. Lalu ditangkap.

Dalam kacamata agama, memang ada perintah langsung dari Rasulullah untuk membunuh cicak. Tapi, bukan karena si cicak itu pembawa sial. Ada alasan lain yang lebih menarik. Mau tahu?

Ini dia alasannya, dahulu pada saat nabi Ibrahim alaihis salam dibakar hidup-hidup oleh raja Namrudz dan antek-anteknya, semua binatang melata berusaha mati-matian untuk memadamkan api yang berkobar-kobar. Menurut riwayat, api itu menyala selama tujuh hari. Nah, dalam suasana demikian ada satu jenis binatang yang mbalelo, la lebih suka menjadi antek Namrudz dan meniup api agar terus menyala. Itulah dia, si cicak.

Seperti diriwayatkan Imam Bukhari dari Syuraik bahwa Rasulullah memerintahkan (umat Islam) untuk membunuh cicak. Rasulullah mengatakan bahwa dahulu cicak itu ikut meniup api yang membakar nabi Ibrahim. (HR. Bukhari)

Tapi kalau mau membunuh cicak, bunuhlah dengan cara yang baik. Jangan dibuat mainan. Mentang-mentang ada perintah, terus dengan seenaknya saja kita mengambil karet dan “ceplak”. Karet itu melayang menghantam cicak hingga jatuh ke tanah. Pas sudah jatuh malah geli dan tidak jadi membunuh. Ya, karena si cicak cepat pergi lagi dengan meninggalkan ekornya yang bergerak-gerak.

Kesimpulannya, cicak adalah binatang yang tidak baik untuk lingkungan kita. bukan karena ia membawa sial. Tapi karena alasan lainnya. Ya. kalau tidak percaya, coba cium bau kotoran cicak. Dijamin pasti kita akan cengar-cengir karena kebusukan aromanya. Waspadalah bila iman telah terkena noda cicak.

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 17 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

HUBUNGI ADMIN