Ayam Terkapar Bersamaan dengan Dukun yang Muntah Darah

Sudah berhari-hari Rinto menderita sakit yang tidak kunjung sembuh. Menurut penuturan orang pintar yang sempat didatanginya, katanya sakit itu karena guna-guna. Selain itu, ia juga merasakan keanehan di rumahnya. la sering melihat bayangan-bayangan yang menyeramkan.

Untuk itu, Rinto memanggil dukun ke rumahnya. Beberapa saat kemudian dukun itu mulai mengobati Rinto dan mendeteksi gangguan jin di dalam rumahnya. Sebuah tontonan yang menggetarkan, dukun itu seakan-akan diserang oleh makhluk ghaib. Pergulatan itu semakin seru dan diakhiri dengan keluarnya darah dari mulut sang dukun.

Darah muncrat membasahi lantai ruangan. Rinto pun semakin gelagapan dibuatnya. la tidak tahu apa yang harus dilakukan. Masih beruntung, dukun itu tidak mati seketika, sehingga dia masih punya kesempatan untuk bertaubat.

Selang beberapa saat kemudian, Rinto mendapat kabar dari tetangganya bahwa puluhan ekor ayam yang dirawat di kandang di belakang masjid yang berada di depan rumah Rinto terkapar. Kata tetangganya, kematian puluhan ekor ayam itu bersamaan dengan dukun yang muntah darah di rumah Rinto. Makanya jangan pergi ke dukun!

 

 

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 40 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Gimana Mau Menang, Panglimanya Kamu Injak

Seorang lelaki berperawakan tinggi besar layaknya berkebangsaan Arab, terlihat tidak nyaman berada di ruang ruqyah. Panggil saja Zulfikar, ia nampak tidak betah berlama-lama di sana, sehingga meminta didahulukan. Benar saja, ketika dibacakan ayat-ayat ruqyah, ia langsung berteriak, “Oe, berisik. Saya tidak takut. Saya akan menang. Umat Islam akan kalah.”

Ayat-ayat al-Qur’an semakin keras dibacakan dan Zulfikar pun semakin kewalahan. Saat itulah ia melolong meminta bantuan, “Yesus. Yesus.” Selanjutnya ia berubah dan menurut pengakuan jin yang merasuk ke dalam dirinya, ia dikirim oleh paranormal dari Jawa Timur dengan bayaran 500 juta.

Jin yang mengaku bernama Shidiq itu mengancam akan menghancurkan semua yang berada di ruang ruqyah. Mulutnya meraung dan tangannya mencakar seperti macan. Gerakan-gerakan itu dilawan Ustadz Aris dengan bacaan ‘hasbiyallahu‘ tak lama kemudian Zulfikar lemas.

Jin Shidiq dipaksa untuk keluar, tapi ia tetap membandel. Bahkan menantang. “Tidak ada yang bisa mengeluarkan saya” teriak jin Shidiq dengan geram berulang-ulang. “Bisa. Allah yang akan mengeluarkanmu. Wong baru dengan ayat-Nya saja kesakitan, bagaimana mau menantang Allah?” kata Ustadz Aris.

Jin Shidiq kembali mengancam dan akan mengerahkan pasukannya dalam jumlah ribuan. Tapi Ustadz Aris menanggapinya dengan tenang, “Wong pasukan tidak kelihatan saja kok ditakuti. Sudah sama kamu saja lawannya,” kata Ustadz Aris balik menantang sambil menginjak dadanya.

“Yaa, bagaimana mau menang. Panglimanya saja kamu injak,” ujar jin Shidiq dengan suara lemah. Seketika itu pasien yang belum diterapi ‘geerr’ tertawa terpingkal-pingkal.
Ghoib, Edisi No. 39 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Dikerjai Dukun

Ini kisah nyata dari perjalan Pak Karmanto yang mencari kesembuhan buat anaknya dengan pergi ke dukun. Suatu hari, ia menyempatkan diri datang ke orang pintar yang cukup terkenal di Jawa Barat. Sebut saja namanya Ki Diyo. Pak Karmanto menyampaikan semua unek-uneknya tentang penyakit yang diderita anaknya. “Coba mana fotonya!” itulah yang diminta Ki Diyo.

Dengan ragu Pak Karmanto mengeluarkan foto anaknya dari balik kantong baju. Selembar foto itu telah berpindah tangan dan Ki Diyo pun segera mengambil gelas kaca bening. Bak, seorang pesulap, Ki Diyo menempelkan lembaran foto. Langkah selanjutnya, Ki Diyo mengambil senter dan menunjukkan keahliannya.

la menyorot foto dari belakang dan nampaklah goresan tulisan di wajah foto anaknya. “Lihat garis merah di wajahnya!” ujar Ki Diyo serius. “Itu adalah gangguan jin yang mengalir di aliran darahnya,” selorohnya lagi.

Pak Karmanto penasaran dengan penjelasan Ki Diyo apakah memang demikian adanya. Begitu Ki Diyo masuk ke dalam, Pak Karmanto tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. la mengambil lembaran foto anaknya dan melihat ada apa di baliknya. Ternyata di sana tertera nama dan alamat anaknya dengan bahasa Arab. Pantas saja ketika disorot dengan senter nampak adanya goresan di wajah.

Sekembalinya Ki Diyo dari belakang, Pak Karmanto berpura-pura tidak terjadi apa-apa. maka ketika disuruh membeli minyak dan dioleskan ke badan anaknya Pak Karmanto mengiyakan saja. la baru berani tertawa ketika sudah keluar dari rumah Ki Diyo dengan menyisakan keraguan akan kebenaran pengobatannya Ki Diyo. Emang enak dikerjain dukun..
Ghoib, Edisi No. 37 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Emang Enak Dikerjain

Tidak banyak pemuda seperti Eki. Bisa diterima di berbagai kalangan. Hitam maupun putih bagi Eki semuanya mudah ditembus. Sudah tidak terbilang dukun dan paranormal kondang yang ia datangi. Bukan untuk berobat atau mencari kesaktian. Tujuan Eki ke sana hanya untuk menguji kebenaran apa yang disampaikan dan diajarkannya.

Seperti yang terjadi pada suatu hari, Eki menyatroni rumah seorang paranormal kondang di Jakarta Timur, Ki Brewok namanya. Seperti biasa, ia disambut Ki Brewok dengan baik. Eki tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. la mondar-mandir di dalam rumah Ki Brewok.

“Awas! Jangan ke pojok itu di sana ada Gondoruwonya,” tegur Ki Brewok dengan lantang menghentikan langkah Eki. Tapi Eki bukan anak kemarin sore yang mudah diperdaya. la pun berbalik dan berkata, “Ki, itu ada anak kecil yang mau kencing. Awas Ki.”

Ki Brewok terperangah. Dengan cepat ia bergeser dan berpindah tempat duduk. Padahal Eki hanya berpura-pura melihat anak kecil. Di samping Ki Brewok tidak ada siapa- siapa.

Yah, emang enak dikerjain.
Ghoib, Edisi No. 36 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Bergetar, Saat Membaca Majalah Ghoib

Suatu siang, Ronald (nama samaran) seorang praktisi hipnotis jalan-jalan ke sebuah toko buku. Niatnya iseng mencari kesibukan. Setelah berjalan ke sana kemari, akhirnya ia menemukan rak buku yang memajang berbagai jenis majalah.

Mata Ronald yang tajam tertuju kepada sebuah majalah yang dari namanya telah tergambar apa isinya. Majalah Ghoib. Majalah yang berbau klenik, itulah asumsinya pertama kali. Dengan iseng pula ia mengambil majalah tersebut dan membaca satu halaman.

Belum lama matanya terpaku pada lembaran majalah itu, ia dikejutkan dengan getaran di tangannya yang sedang membaca. Semakin lama, getaran di tangan terus menjalar ke seluruh tubuh. Dadanya berdebar. Jiwanya gelisah. Ronald pun meletakkan Majalah Ghoib Setelah merenung sejenak, ia semakin penasaran atas apa yang terjadi dan demi menghindari sesuatu yang tidak diinginkannya, Ronald membeli Majalah Ghoib dan membacanya di rumah.

Hikmahnya, perkenalannya dengan Majalah Ghoib akhirnya mengantarkan Ronald untuk mengikuti terapi ruqyah, untuk membuang jauh-jauh ilmu hipnotis yang telah menghalanginya memperoleh keturunan padahal ia telah menikah sepuluh tahun.

Kembali keanehan terjadi begitu kakinya memasuki halaman kantor Majalah Ghoib. Apa yang dirasakan dulu kembali terasa. Dadanya semakin sesak. Dan kian tak tertahankan. la pun muntah-muntah. Padahal belum diterapi. Belum diapa-apakan. Satu hal yang semakin menambah keyakinan bahwa ia harus membuang ilmu hipnotisnya.
GHoib, Edisi No. 35 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Rebutan Jin

Sudah belasan kali Irwan mengikuti terapi ruqyah di kantor Majalah Ghoib. Sudah banyak pasien dengan berbagai reaksi yang ia temukan. Namun pengalaman ruqyah kemarin (Kamis 27/12/05) sangat di luar dugaannya. Hendro (nama samaran) yang kebetulan diterapi lebih dulu membuat Irwan terheran-heran.

Hendro hanya tertawa dan tertawa ketika diruqyah. Jin yang merasuk ke dalam dirinya bahkan sering kali mengajak santai kepada ustadz yang menterapinya. Entah kesalahan apa yang dilakukan Hendro, sehingga jin yang bersarang dalam dirinya begitu kukuh.

Nah, ketika tiba giliran Irwan untuk diterapi, sementara Hendro sendiri juga masih ditangani oleh ustadz yang lain, tiba-tiba Hendro berteriak sambil tangannya menunjuk kepada Irwan “Itu yang di pinggang bisa jadi anak buah saya. Itu jin paling kafir. Sini-sini.”

Jin yang bersarang dalam diri Irwan pun tidak tinggal diam. Mereka pun mengadakan perlawanan. Dengan gerakan tangan dan kaki Irwan mencoba melawan. “Ah tidak ada apa-apanya. Nih kaki kanan dicoba dulu. Kalau kamu bisa, baru kamu bisa jadi bos saya,” ejek Hendro.

Lima belas menit kemudian, Irwan lemas. la merasakan seperti ada sesuatu yang ditarik dari pinggangnya. “Yang di pinggang ke sini-sini menjadi anak buah saya,” teriak Hendro lagi. Tak lama kemudian, Irwan merasakan seperti ada sesuatu yang keluar dari dirinya. la benar-benar tidak berdaya. “Tuh. Sudah sekarat tuh,” celoteh Hendro lagi.

Setelah jin yang di pinggang keluar, Irwan merasakan bahwa tinggal jin yang di dada yang masih mbandel. Tapi itu pun tidak berselang lama. Jin yang mengaku bernama Kholiq itu pun bertaubat dan keluar setelah berganti nama menjadi Abdul Kholiq.
Ghoib, Edisi No. 34 Th. 2/ 1426 H/ 2005 M

Takut Mati Saat Diruqyah

Seorang bapak yang sedang mengikuti pembacan ruqyah massal di ruangan. Tiba-tiba keluar. la mengeluhkan kepalanya yang pening, berat. Perutnya mual. la merasakan ada sesuatu yang akan keluar melalui kepalanya.

Setelah dibujuk oleh Heri, petugas satpam, akhirnya ia mau masuk lagi. Tak lama kemudian, ia keluar lagi, ia dikerubungi oleh ibu-ibu yang sedang menunggu pasien. ‘Memang reaksinya begitu, pak. Nggak usah takut,” kata seorang ibu memberi pengertian.

“Saya merasakan ada sesuatu yang mau keluar dari kepala. Saya takut ruh saya ikut keluar,” bapak itu menambahkan.

Dia dibujuk lagi, dan akhirnya mau masuk ke ruang ruqyah. Tapi, sepuluh menit kemudian ia keluar lagi dengan raut wajah pucat, ketakutan, gugup, dan nada bicaranya terbata-bata. ‘Sa.. ya.. takut ruh saya ikut keluar.’

Untuk kesekian kali dia dibujuk lagi oleh orang-orang yang ada di sekitarnya. Setelah terjadi perdebatan, akhirnya dia berkenan masuk lagi dengan perasaan berat. Namun, apa yang terjadi. Hanya bertahan beberapa menit saja. Bapak itu keluar lagi dengan raut muka pucat, seakan-akan dia menyerah kalah menghadapi lawan dalam suatu pertandingan. Apa boleh buat, petugas pendaftaran pun memaklumi; ya terserah bapak, karena kami tidak berhak memaksa bapak. Memang mengikuti terapi ruqyah harus ada kemauan dari orang yang bersangkutan. Bapak itu pun mengambil tasnya dan langsung pulang dengan membawa rasa pening di kepala dan perut mual, tidak jadi diterapi ruqyah. Ada-ada saja, sudah dewasa kok takut mati saat diterapi ruqyah!.
Ghoib, Edisi No. 33 Th. 2/ 1425 H/ 2005 M

Rumah Bekas Penggilingan Padi

Mas Bambang (nama samaran) adalah seorang pengusaha penggilingan padi asal Kulon Progo, Yogyakarta. la berniat untuk mencari perutungan baru. Usaha penggilingan padi yang telah dijalanınya bertahun-tahun mengalami kendala hingga akhirnya gulung tikar.

Bagunan bekas penggilingan padi itu rasanya sia-sia bila tidak dimanfaatkan lagi. Sementara tempatnya cukup luas dan bisa dibilang strategis untuk bisnis. Setelah merenung cukup lama, Mas Bambang menemukan ide segar. ‘Wah, beternak telur puyuh saja ya’ pikirnya.

la masih ketar-ketir bila langsung melaksanakan niatnya lantaran bangunan penggilingan padinya menurut kata orang itu angker dan dihuni oleh sekawanan jin.

Singkat cerita, Mas Bambang akhirnya mengundang Ustadz Fadhlan untuk meruqyah tempat bekas penggilingan padi sebelum dimanfaatkan lebih jauh. Tak lama setelah diruqyah, keluar seekor ular kecoklatan yang berlari ke pojok ruangan. Ustadz Fadhlan segera mengejarnya, tapi ular itu hilang secara misterius. la seperti ditelan bumi. Tidak ada bekas dan tidak ada lobang.

Malam harinya, warga yang tinggal tidak jauh dari rumah penggilingan padi, geger. Mereka berlarian keluar rumah. Katanya, malam itu mereka mendengar seperti suara rumah terbakar. Suaranya berasal dari rumah penggilingan padi yang pagi harinya diruqyah.

Tapi mereka kecele. Rumah kayu itu masih berdiri kokoh. Tidak ada api. Tidak ada asap. Rupanya kegaduhan itu berasal dari sekawanan jin yang mengungsi dari rumah penggilingan padi karena kepanasan setelah diruqyah.

 

 

Ghoib, Edisi No. 32 Th. 2/ 1425 H/ 2005 M

Badan Gatal dan Bernanah Sembuh dengan Ruqyah Mandiri

Saya Khoiriyah kelas 2 di SMU I Suruh Salatiga Jawa Tengah. Saya pernah mengalami kondisi yang sangat menyedihkan, suatu malam saya tidak bisa tidur, badan saya terasa panas tanpa sebab. Kemudian keesokan harinya bagian tangan dan kaki saya gatal-tagal berdarah dan bernanah begitu cepat. Saya sudah berobat ke dokter, tetapi setelah obat diminum, badan saya terasa panas dan gatal-gatal itu berubah menjadi koreng yang bertambah banyak.

Kemudian saya dibawa ke seorang paranormal atau orang pinter, saya sebenarnya tidak percaya. Dia bilang: nggak apa-apa. Tetapi dia tidak mengobati saya dan saya disuruh mengobati sendiri.

Selanjutnya ada teman saya yang memberi saran untuk ruqyah. Awalnya saya tidak tahu apa itu ruqyah? Ternyata membaca ayat-ayat Al-Qur’an dan doa-doa yang diajarkan Rasulullah. Saya : tertarik sekali dengan ruqyah karena tidak ada unsur penyimpangan aqidah.

Akhirnya saya dipinjami kaset dan buku ruqyah terapi serangan jin karya ustadz Fahdlan oleh Ibu Diah pembina Rohani Islam di sekolah. Saya lakukan ruqyah sendiri selama satu minggu terus menerus, dengan menjalani nasehat-nasehat di dalam buku itu. Yaitu dengan menggunakan kurma Madinah 7 butir dimakan tiap pagi, habbatus sauda’ dihaluskan diberi air segelas kemudian saya ruqyah dan saya minum sebagian. Kemudian sebagiannya saya oleskan bagian yang sakit. Di samping itu saya juga minum air zamzam yang telah saya ruqyah, setiap hari.

Alhamdulillah, setelah satu minggu gatal-gatal, korengan yang bau dan bernanah telah Allah sembuhkan. Kulit tubuh saya kembali normal seperti semula.. Saya semakin yakin dengan kebenaran syariat Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 20 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

Walikota Ditipu Pawang Hujan Palsu

Ini kisah nyata. Pada suatu hari di musim penghujan, salah seorang walikota Jakarta menyelenggarakan resepsi pernikahan. Kebetulan sudah berhari-hari kota Jakarta diguyur hujan cukup lebat. Bapak Walikota pun ketar-ketir. la khawatir kalau pada saat resepsi hujan lebat tanpa dapat ditahan mengucur dari langit.

“Sedia payung sebelum hujan,” pikir pak Walikota Maka dengan segera ia pun merealisasikan rencananya. Dan seperti biasa ia menyuruh pegawai walikota segera mencari pawang hujan dengan dibekali uang 250 ribu rupiah.

Sang pegawai pun kebingungan, kemana gerangan harus mencari pawang hujan. Sudah beberapa jam ia mencari informasi, namun hasilnya tetap sama, nihil. Sejenak, ia pun merenung dan … oo, ia menemukan ide. Dengan langkah mantap ia mendatangi seorang pedagang asongan dan terjadilah transaksi kilat sambil menyelipkan uang 50 ribuan ke tangan pedagang.

Pada hari yang telah dijanjikan, si pedagang asongan datang ke tempat resepsi dengan pakaian hitam-hitam dan topi caping nangkring di kepalanya la segera mencari tempat di pojok lokasi dengan kepala menunduk dan tongkat tidak lepas dari tangannya. Sesekali mulutnya nampak komat-kamit, entah apa yang ia baca.

Secara kebetulan pula pada hari itu udara Jakarta sangat bersahabat dan tidak nampak mendung bergelayut di angkasa. Dan hujan pun enggan turun.

Selesai acara bapak walikota menghampiri pegawainya, “Hebat benar dukun kamu.” mendengar pujian itu si pegawai hanya bisa bergumam dalam hati. “Emang enak dikerjain.”

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 19 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

HUBUNGI ADMIN