Qona’ah

Salah seorang pembesar bani Umayyah menulis surat kepada Abu Hazim (seorang ulama) -rahimahullah- supaya menyampaikan kepadanya berbagai keperluannya. Maka Abu Hazim membalas surat itu seraya menulis, “Aku telah menyampaikan segenap hajatku kepada Maulaku (Allah), maka apa saja yang Dia berikan kepadaku aku menerimanya, dan apa saja yang Dia tahan dariku, maka aku bersikap qana’ah (merelakannya).” (dikutip dari buku al- qana’ah, mafhumuha, manafi’uha, ath thariq ilaiha hal 21, referensi asli al-Ihya’ 3/239)

Dalam kisah lainnya disebutkan ketika Abu Hazim melewati seorang penjual daging yang mempunyai sejumlah daging berlemak, si penjual berkata kepadanya, ‘Ambillah sedikit, wahai Abu Hazim, karena daging ini berlemak!” Abu Hazim menjawab, ‘Aku tidak membawa uang.” Sipedagang berkata, ‘Aku beri engkau waktu untuk membayarnya.” Abu Hazim menjawab, “jiwaku masih lebih baik menunggu daripadamu.” (Abu Hazim tidak mau berhutang, hanya karena makanan).

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah telah bersabda:

“Jadilah orang yang wara’ maka engkau akan menjadi orang yang paling berbakti kepada Allah. Jadilah engkau orang yang menerima pemberian-Nya (qona’ah), engkau akan menjadi orang yang paling bersyukur. Cintailah manusia sebagaimana (kamu mencintai) dirimu sendiri, maka engkau menjadi orang yang beriman. Perbaikilah dalam hidup bertetangga dengan tetanggamu, engkau akan menjadi orang Muslim. Dan sedikitlah tertawa, sebab banyak tertawa itu mematikan hati.” (HR: Baihaqi).

Orang yang cerdas adalah orang yang menangani urusan dunianya dengan qana’ah dan tidak tergesa-gesa, tapi menangani urusan akhiratnya dengan penuh kerakusan dan ketergesaan, menangani urusan agamanya dengan ilmu dan ijtihad.

Qana’ah adalah meninggalkan keinginan terhadap apa yang telah hilang atau yang tidak dimiliki, dan menghindari ketergantungan kepada apa yang dimiliki. Allah berfirman dalam surat an-Nahl ayat 97: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.”

Ayat tersebut sebagai jaminan Allah akan kebahagiaan orang-orang yang beriman dan tekun mencari rezki yang halal. Menurut Ali bin Abi Thalib, arti ‘kehidupan yang baik’ dalam ayat itu adalah qona’ah. Sedang qona’ah merupakan bentuk kekayaan dan kebahagiaan sejati. Sebab kebahagiaan bukan semata-mata karena kaya karena harta.

Allah berfirman, “Jika kamu mengerjakan yang Aku wajibkan kepadamu maka kamu termasuk manusia yang paling tekun beribadah; dan jika kamu menjauhi apa yang Aku larang kepadamu maka kamu termasuk manusia yang paling memelihara diri dari keburukan, dan jika kamu qona’ah terhadap apa yang Aku berikan kepadamu maka kamu termasuk manusia yang paling kaya.” (Hadits qudsi riwayat al-Kharaithi).

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda, “Bukanlah kaya karena banyak harta, tetapi kaya itu adalah kaya hati.” (HR Bukhari dan Muslim) Demikianlah bimbingan Islam kepada umatnya terhadap rezeki yang dimiliki, tentunya setelah usaha yang optimal, terutama dalam krisis ekonomi yang masih terasa sampai saat ini, juga dalam menghadapi gejala naiknya harga kebutuhan pokok karena telah dinaikkannya harga BBM ongkos yang otomatis menaikkan harga operasional transportasi.

Lebih dari itu, Qona’ah adalah kemampuan diri dalam menerima dan mensyukuri setiap anugerah Ilahi. Dan demikian itu merupakan kebahagiaan sejati. Sebab bila seseorang mampu menyesuaikan dengan kondisinya maka semakin sedikit kesengsaraan dan kegundahannya. Ini berarti semakin bertambah tingkat kebahagiaannya. Sebaliknya, jika sikap qona’ah lenyap dari seseorang maka dia akan melangsa sepanjang hidupnya. Sebab orang yang tidak mengenal qona’ah dalam hidupnya maka dia tidak akan merasakan bahagia meskipun memiliki banyak harta.

Dalam suatu kisah disebutkan, “Seorang laki laki melihat seorang yang bijaksana sedang mengunyah potongan-potongan sayur yang dibuang di tempat air, dan berkata kepadanya, Jika saja Anda mau mengabdi kepada raja, niscaya Anda tidak perlu makan makanan begini. Orang bijak itu menjawab, ‘Dan Anda, seandainya saja Anda mau berqana’ah dengan makanan begini, niscaya Anda tidak perlu mengabdi kepada raja.” Mengenai hal ini, Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan.” (QS. al-Infithar: 13).

Adapun kiat menanamkan qona’ah adalah tidak merasa iri bila Allah memberikan karunia kepada orang lain lebih banyak atau lebih baik dari pada yang dia miliki (QS An Nisa’: 32). Dan Nabi saw bersabda, “Lihatlah orang yang lebih bawah dari kamu dan jangan melihat orang di atas kamu, maka kamu tidak akan terdorong memandang remeh terhadap nikmat Allah kepadamu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Sungguh sangat banyak nikmat yang dianugerahkan Allah kepada kita, seperti ilmu, kesehatan, rezeki serta nikmat-nikmat lain yang tak terhingga nilainya. Semua kenikmatan tersebut, seharusnya disyukuri dengan sebaik-baiknya. Hingga Allah ridha kepada apa yang telah kita perbuat selama hidup di dunia ini. Sebab Allah, menempatkan lima perkara dalam lima tempat: Keagungan dalam ibadah, kehinaan dalam dosa, kekhidmatan dalam bangun malam, kebijaksanaan dalam perut kosong, dan kekayaan atau cukup dalam qana’ah. Semoga kita termasuk orang-orang yang berusaha bersikap qona’ah..

Tongkat leluhur dari Lereng Gunung Jati

Warisan peninggalan leluhur-nenek moyang, tidak selamanya membahagiakan anak cucu yang ditinggalkan. Apalagi kalau yang diwariskannya adalah benda-benda pusaka yang dianggap keramat dan memiliki kekuatan magic. Maksud hati ingin mewariskan benda pusaka yang dapat mendatangkan keselamatan, malah sebaliknya mendatangkan petaka bagi anak cucu yang masih ada. Hal ini dialami oleh seorang gadis yang tinggal di Jakarta Timur. Dengan diantar kakaknya, ia mendatangi kantor Ruqyah Syar’iyyah untuk menyembuhkan gangguan yang selama ini dirasakannya sangat menyiksa. Sang kakak menceritakan kisah awal dari semua gangguan yang menimpa adiknya kepada Majalah Ghoib melalui saluran telepon.

Sudah tiga tahun, di rumah kami terdapat sebuah tongkat peninggalan nenek. Setelah nenek meninggal, tongkat tersebut berada di rumahnya, tidak dititipkan kepada siapa-siapa. Setelah itu, rumah nenek ditempati oleh tante-adik mama. Kemudian, tante pindah dan tinggal di rumah kami, dengan membawa serta tongkat itu. Setelah tante pindah rumah lagi, tongkat itu tidak dibawanya, tetapi tetap tersimpan di rumah karni. Konon tongkat itu adalah benda kesayangan nenek. Katanya, bila tongkat ini diletakkan miring, nenek bisa merasakannya, walaupun ia berada di tempat yang sangat jauh. Badan nenek merasa tidak enak, kalau tongkat itu ditaruh di sembarang tempat. Tongkat ini harus digantungkan di atas paku, tidak boleh disandarkan sembarangan. Lebih dari itu, konon setiap malam satu Syura, tongkat ini selalu dimandikan oleh tante.

Awalnya, kami tidak merasa terganggu dengan adanya tongkat tersebut. Oleh keponakan saya, tongkat itu dibuat untuk mainan pedang-pedangan. Namun, beberapa bulan ini, adik saya yang perempuan mulai merasakan gangguan aneh. Pada suatu malam, tepatnya jam 23.00. adik saya bertingkah aneh. la ingin sekali menginjak-nginjak kitab suci al Qur’an. la selalu diganggu mimpi melakukan hubungan intim, hampir setiap malam. Setelah diruqyah, adik saya baru menceritakan hal-hal seperti itu. Anehnya, adik saya selalu teringat dengan tongkat itu. Sampai akhirnya saya memutuskannya untuk menyerahkan kepada Majalah Ghoib. Lebih aneh lagi, adik saya bisa melihat gambaran- gambaran tentang dua orang manusia yang mencoba mengirim sihir kepada keluarga kami. Setelah diruqyah 4 kali, adik saya berangsur baik. Walaupun ia masih harus menjalani terapi ruqyah secara berkala. Yang membuat hati saya bahagia, setelah menjalani terapi ruqyah ia mengenakan jilbab. Semoga ia menjadi muslimah yang shalihah.

 

BENTUK JIMAT

Jimat ini berbentuk tongkat berukuran 60cm. Pada bagian pangkal dan ujung tongkat ini, terbuat dari besi berwarna silver. Sementara bagian tengahnya, terbuat dari kayu jati berwarna coklat. Pada bagian tongkat yang terbuat dari kayu, terdapat ukiran-ukiran bercorak tumbuhan. Pada bagian pangkalnya, terdapat 4 buah benda mirip mutiara berwarna putih menyala. Pada bagian tengahnya, terdapat dua buah gambar kepala. Yang satu dalam keadaan tertawa yang lainnya dalam suasana bersedih

 

‘KESAKTIAN JIMAT’

Khasiat dari tongkat ini, tidak diketahui secara jelas oleh pemiliknya. Karena merupakan warisan leluhur. Tongkat ini menurut sejarahnya ditemukan di bawah pohon beringin di lereng Gunung Jati. Kalau dilihat dari sejarahnya, tongkat ini secara sengaja dicari sampai ke tempat-tempat yang sulit dijangkau oleh manusia pada umumnya.

 

BONGKAR JIMAT

Warisan terindah yang diberikan Rasullah kepada umatnya adalah sunnah-sunnahnya yang menjadi acuan dasar bagi kita dalam menapaki kehidupan yang terjal dan mendaki ini. Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk meninggalkan generasi-generasi yang kuat, baik secara iman dan ilmu. Untuk itulah diperlukan suri tauladan dari para orangtua atau nenek moyang mereka, agar anak-anak kita memiliki contoh yang konkrit dalam pelaksanakan sunnah-sunnah Rasulullah tersebut. Karena itu, Allah memperingatkan dalam al- Quran agar setiap Mukmin tidak sampai meninggalkan generasi penerus yang berkualitas rendah. Firman-Nya, “Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Maka, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS 4:9).

Setiap manusia pasti akan mati dan mewariskan apa yang dimilikinya pada generasi sesudahnya. Adalah sunatullah jika generasi yang datang kemudian melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya. Permasalahannya kemudian, sudahkah generasi yang lebih dahulu mempersiapkan warisan berharga untuk kepentingan generasi berikutnya? Dalam kasus ini, para pendahulu dari keluarga si gadis, mewariskan sebuah tongkat yang didapatkan dari Gunung Jati. Secara budaya, nenek moyang kita atau para leluhur kita pada jaman dahulu kala, sering mengadakan ritual-ritual yang secara syar’i tidak dibenarkan. Mendapatkan tongkat dari Gunung Jati ini, contohnya. Mungkin alasannya sederhana, untuk kedigjayaan atau kewibawaan.

Tongkat yang diwariskan ini juga membawa pengaruh pada sang nenek. Bisa merasakan hal- hal buruk saat tongkat diletakkan sembarangan, merupakan sebuah kejanggalan. Darimana perasaan tersebut muncul, jika tidak ada hubungannya dengan jin yang bercokol pada tongkat tersebut. Mencuci tongkat ini pada malam satu Syuro, merupakan amal yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah. Dan itu merupakan kegiatan yang mengada-ngada. Kita tidak mengerti, mengapa pada tongkat tersebut terdapat 4 buah benda semacam mutiara. Mengapa juga terdapat gambar 2 kepala sesembahan yang berlainan suasana. Biasanya ini adalah simbol-simbol yang dapat mengundang kekuatan ghaib, yang dimaksudkan oleh para pembuat tongkat ini. Kita semua tentu faham. kalau tongkat ini tidak memiliki kekuatan apapun. Hanya Allah lah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Perlawanan yang harus kita lakukan kepada syetan adalah dengan terus meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah. Karena syetan akan terus berusaha menjerumuskan manusia pada setiap generasi. Kalau dulu, syetan memperdayai para leluhur kita dengan ritual-ritual yang menyesatkan. Maka sekarang, mereka akan memperdayai anak cucu manusia dengan berbagai cara. Seperti ingin menginjak-nginjak al-Qur’an. Semoga Allah memaafkan dosa-dosa kita dan orangtua yang telah membesarkan kita. Semoga gadis ini, memperoleh kesembuhan dan menjadi seorang muslimah yang taat kepada Allah.

Kartu ‘Ajaib’ Pembuka Pintu Rezeki

Kartu AjaibMenderita penyakit yang berkepanjangan, memang tidak enak. Apalagi, penyakit itu datangnya kambuhan. Berbagai macam cara telah diusahakan oleh seorang bapak berusia 52 tahun ini, untuk menyembuhkan penyakitnya. Terjerembab pada dunia perdukunan, pernah dialaminya selama beberapa tahun. Hingga akhirnya ia memperoleh jalan yang lurus, setelah membaca Majalah Ghoib. Sambil menyerahkan jimat-jimat yang pernah dimilikinya, ia menceritakan kisahnya secara langsung kepala Majalah Ghoib.

Sejak tahun 1997, saya mengalami gejala sakit kepala dan sakit perut yang tak kunjung sembuh. Sakitnya tidak dapat diprediksi kapan datangnya. Kadang hilang, kemudian timbul lagi. Karena sakitnya nggak ketulungan, saya mencoba mencari cara untuk memperoleh kesembuhan. Saya pulang kampung di daerah Jawa Tengah. Di sana, saya mendatangi beberapa ‘orang pintar yang katanya bisa menyembuhkan segala jenis macam penyakit.

Sambil komat-kamit, perut saya diusap menggunakan daun kelor. Kemudian diusap memakai air kembang 7 rupa. Dari perut saya, tiba-tiba keluar potongan-potongan paku yang sudah karatan. Ada juga besi, dan benda semacam metal. Namun, penyakit tetap saja bercokol. Karena penasaran, saya terus mendatangi beberapa ‘orang pintar’ yang lainnya di berbagai daerah hingga akhir tahun 2002. Untuk melengkapi ikhtiar tersebut, saya juga mendatang beberapa rumah sakit untuk berobat. Setelah tes labolaturium untuk memeriksa darah dan air seni. Semua hasil diagnosa dokter menyatakan negatif.

Awal tahun 2003, saya membaca sebuah majalah misteri yang memuat alamat dan iklan mengenai sebuah kartu yang dapat menyembuhkan segala jenis macam penyakit. Tempat praktik mereka masih di sekitar Jawa Tengah. Setelah mengisi formulir, saya diberikan sebuah kartu mirip kartu ATM. Nama saya juga tertera pada kartu tersebut. Kalau ingin menggunakan kartu ini, ada password khusus yang harus disebutkan. Saya mencoba menggunakan kartu ini untuk meminta kesehatan akan penyakit yang saya derita, serta memperoleh tambahan rezeki dari sebuah undian yang saya ikuti. Tetapi semua iklan itu hanya tipuan saja. Hasilnya sama sekali nihil.

Alhamdulillah, Allah mempertemukan saya dengan Majalah Ghoib. Begitu membaca pertama kali, saya langsung jatuh cinta. Saya terus berlangganan sampai beberapa edisi, hingga akhirnya memutuskan untuk datang menjalani terapi ruqyah. Luar biasa, baru 2 kali saya menjalani terapi ruqyah saya langsung merasa lebih enak. Saya langsung berhenti minum obat-obatan dari dokter.

Untuk menyembuhkan penyakit ini secara total, saya akan terus menjalani terapi ruqyah di Majalah Ghoib. Saya berharap bisa sembuh total, agar ibadah saya bisa meningkat lagi. Maklum. saya inikan mualaf. Dulunya non muslim, jadi banyak hal yang belum saya ketahui tentang Islam. Semoga, saudara-saudara kaum muslimin, jangan mudah tertipu dengan iklan-iklan yang menyesatkan.

 

Bentuk Jimat

Benda yang diklankan pada sebuah majalah misteri tersebut, berbentuk seperti kartu ATM. Pada sisi muka, tertulis surat Ali Imran ayat 26. Di sebelahnya 27 buah kotak kecil yang betuliskan satu huruf hijaiyyah. Nama dan nomor registrasi juga tertera pada sisi muka ini. Pada sisi belakangnya, terdapat 5 buah gambar yang menggambarkan khasiat dari kartu ini. Kartu ini tidak boleh dipindahtangankan dengan cara apa pun, begitulah pesan yang tertulis di situ.

 

KESAKTIAN’ JIMAT

Benda ini diyakini bisa meningkatkan kecerdasan, kunci pembuka rezeki, penyembuhan berbagai macam penyakit, menurunkan kadar nikotin dan menurunkan kadar kafein kopi. Posswordnya, “Ya Allah, dengan kartu ini saya ingin mendapatkan hadiah, rizqi, kesembuhan, menghilangkan penyakit dan sebagainya. Tinggal disebutkan saja apa maunya kita. Katanya, dengan kartu ini nama kita sudah disetting ada kekuatan energinya. Untuk mendapatkan benda ini, si Bapak harus mengeluarkan uang Rp. 250.000 serta membayar uang Rp.75.000 untuk sebotol air yang disertakannya.

 

BONGKAR JIMAT

Dalam banyak penjelasan (hadits), Rasulullah sering menyingkap kedok kehebatan dukun yang membuat banyak orang terkagum-kagum bahkan cenderung mengkultuskannya. Oleh kebanyakan orang, ocehan dukun dijadikan acuan dalam mencari kesembuhan. Bualan dukun dijadikan panduan dalam menentukan langkah. Padahal para dukun itu tidak bertindak sendirian dalam berpraktik. Mereka mempunyai Perewangan atau pembantu yang selalu siap membantu saat dibutuhkan. Seperti dalam kasus bapak ini yang diusap memakai daun kelor dan kembang 7 rupa. Keluarnya benda-benda semacam paku dan besi merupakan sihir yang dilakukan para pembantu dukun. Pembantu mereka tidak lain

 

adalah makluh ghaib yang bernama jin. Jin dan dukun adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, tidak ada dukun hebat tanpa bantuan jin. Seperti juga kisah taubat dukun pada zaman Rasulullah yang bernama Sawad bin Qarib ad-Dausy, la diberitahu oleh jinnya bahwa telah diutus Muhammad sebagai nabi dan rasul, lalu dia datang ke Madinah menemui Rasulullah dan para sahabatnya. Setelah berjumpa Nabi Muhammad, dia masuk Islam. Rasulullah dan para sahabatnya sangat gembira. Umar mendekati mantan dukun tersebut dan bertanya, “Apakah jinmu datang hari ini?” dia menjawab, “sejak saya membaca al-Qur’an dia tidak datang lagi, Sebaik- baik pengganti adalah al- Qur’an.” Terapi ruqyah yang memperdengarkan ayat-ayat al-Qur’an dan doa-doa dari Rasulullah, terbukti lebih efektif menyembuhkan penyakit pusing dan perut Bapak ini.

Kalau kita perhatikan kinerja orang yang mengaku ‘orang pinter’, semuanya sama atau tidak jauh beda dengan kinerja dukun zaman dahulu. Hanya saja para dukun pada z

aman millenium ini memoles diri dengan penampilan necis, keren dan tidak seram. Bahkan ada juga yang berpakaian layaknya seorang ulama besar. Lengkap dengan sorban dan jubahnya serta tasbih gede-gede yang mengalungi lehernya atau dimainkan di jarinya. Kemudian ditambah lagi dengan alat-alat ca

nggih semisal kartu ini, yang sebenarnya tidak mempunyai kekuatan apa-apa. Kita tidak bisa mengerti. mengapa ayat-ayat al-Qur’an harus dituliskan pada sebuah kartu mirip kartu ATM ini. Mengapa pula, harus menggunakan password yang tidak sesuai syari’at. Dan yang lebih penting, energi apa yang digunakan dalam kartu ini, sehingga bisa dirasakan manfaatnya sangat tidak jelas. Perlu kita ingat, bahwa rezeki dan kesembuhan, datangnya hanya dengan berdoa secara langsung kepada Allah. Bukan menggunakan media kartu seperti ini. Penggunaan ayat-ayat suci al-Qur’an merupakan teknologi baru para dukun dalam menggaet pasien. Dengan begitu banyak kaum muslimin yang salah duga, dikiranya praktik pengobatan islami. Padahal jelas-jelas bertent

angan dengan syari’at.

Apa yang dilakukan Bapak ini, dengan menjalani terapi ruqyah serta menyerahkan benda-benda yang pernah diberikan para dukun kepadanya, semoga menjadi pengantar kemudahan baginya, dalam memperoleh kesembuhan..

Orang Tua Terpikat Dukun Berbaju Kyai

Assalamualaikum

Apa yang harus kita lakukan, apabila kedua orangtua kita suka hal yang mistik. Datang ke seseorang yang dianggap Kyai, tapi kyai itu memberikan rajah, jimat dan air kesembuhan. Saya pernah diajak ke sana, tapi saya menolok. Ibu sering marah kalau diingatkan bahwa memakai jimat itu syirik dan dilarang Islam. Bahkan saya dianggap sebagai anak bandel dan tidak menurut orangtua. Saya takut ‘disumpahin’ Ibu. Bagaimana cara saya untuk mengingatkannya ustadz?

Yuni R, Malang Jawa Timur

Bismillah wal Hamdulillah, Kami sangat salut atas semangat dakwah Yuni dan sifat kritis terhadap adanya penyimpangan yang ada di sekitar. Yang benar memang harus dikatakan benar, dan yang salah harus dinyatakan salah, agar masing-masing tampak jelas dan tidak membingungkan orang lain. Termasuk tindakan kedua orangtua kita sendiri. Walaupun begitu kita harus mengambil langkah yang tepat dan bijak, agar kebenaran yang kita sampaikan bisa diterima oleh obyek yang kita tuju. Lalu penyimpangan yang ada bisa terkikis atau hilang.

Kyai adalah sebutan terhadap seseorang yang dipandang dan diakui sebagai ulama’ Islam, begitulah Prof. Dr. J.S Badudu mendefinisikannya dalam kamus Bahasa Indonesia. Namun dalam kehidupan bermasyarakat, sebutan kyai penggunaannya telah melebar dan meluas. Tidak hanya diberikan kepada orang yang mumpuni dalam ilmu agama, tapi juga disandangkan kepada yang lainnya.

Di Jawa Tengah ada seekor kerbau yang dijuluki kyai Slamet. Dan sering kali kita jumpai dalam masyarakat kita, apabila ada orang yang tingkah lakunya bak ‘preman’, lalu prilakunya berubah dan rajin ibadah, teman-temannya pun memanggilnya kyai. Begitu juga ketika ada orang yang berjubah, bersorban atau berpeci putih, orang sekitarnya pun terkadang memanggilnya kyai, walaupun pengetahuan agamanya minim. Karena penggunaan kata kyai yang meluas itulah akhirnya sebutan kyai menjadi bias, bahkan sering disalah gunakan dan dijadikan obyek canda, dan ada juga yang memanfaatkan sebagai kedok bisnis.

Tapi yang jelas, kita sebagai umat Rasulullah telah diwarisi dua parameter, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Siapa pun orangnya, santri atau kyai, murid atau ustadz, masyarakat awam atau terpelajar, tingkah lakunya harus ditimbang dengan keduanya. Kalau apa yang dia katakan atau yang dia lakukan ternyata menyimpang dari dua parameter tersebut, maka kita tidak boleh mengikutinya. Mereka juga manusia biasa, bukan nabi atau rasul yang ma’shum (terjaga dari dosa). Kemungkinan salah dalam tindakan atau perkataan pasti ada.

Yang benar-benar kyai atau ulama’ saja terkadang bisa salah, apalagi kalau ternyata sebutan kyai yang disandangnya ternyata hanya kamuflase atau kedok saja. Dukun berbaju kyai, atau peramal bergaya ulama’. Sosok seperti itulah yang harus kita waspadai, sebagaimana yang dipesankan KH. Yusuf Hasyim, anak KH. Hasyim Asy’ari (Pendiri NU) kepada kami. Dalam masalah penggunaan rajah atau jimat.

Rasulullah telah tegas melarang umatnya untuk memakainya. “Barangsiapa yang memakai jimat, maka ia telah berbuat syirik.” (HR. Ahmad dan Thabrani). Jadi penolakan Anda sudah benar, hanya saja cara penolakannya itu yang harus bijak dan tidak kasar. Kalau Anda ingin memberi penjelasan tentang dilarangnya penggunaan jimat, Anda bisa minta bantuan orang ketiga. Seorang kyai atau ulama’ yang nasihatnya didengar oleh orangtua. Karena terkadang orangtua mengedepankan egonya, saat mendengar nasihat dari anaknya sendiri. Sehingga ia gengsi menerima nasihat meskipun isinya benar.

Dalam masalah yang berkaitan dengan sesuatu yang bisa merusak tauhid, kita harus tegas dalam mengambil sikap, namun tetap santun dan elegan. Sebagaimana yang Allah  pesankan, “Dan jika keduanya (orangtua) memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentangnya, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Dan hanya kepada-Ku lah kembalimu, lalu Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Luqman: 15). Rasulullah bersabda, “Tidak ada ketaatan bagi makhluq bila (dalam perintahnya) ada unsur kemaksiatan terhadap Sang Khaliq.” (HR. Ahmad, Thabrani)

Cintai, sayangi dan berbaktilah pada kedua orangtua. Berikan pencerahan dengan penuh hormat dan kecintaan. Iringilah dakwah Anda dengan do’a, sebagaimana yang telah dilakukan oleh seorang shahabat yang bernama Abu Hurairah. Dengan pendekatan lembut dan cinta serta do’anya dan do’a Rasulullah akhirnya sang ibu tercinta sadar dan masuk Islam seperti yang diharapkannya. Semoga Allah segera membuka pintu hati orangtua Anda tercinta untuk menerima kebenaran yang ada.

 

Oleh Ustadz Hasan Bishri, Lc.

Dzikir itu Mudah, Tapi Luar Biasa Manfaatnya

Suatu hari, Abdullah bin Yasrah datang kepada Rasulullah SAW. seraya berkata,”Ya Rasulullah, aku adalah seorang yang sudah tua renta. Aku sudah sangat lemah. Aku telah banyak mengamalkan syariat lslam. Sekarang tunjukkan kepadaku suatu amalan yang dapat memperkokoh iman dan amalku.” Rasulullah SAW. menjawab, “Sebutlah terus nama Allah sampai lidah dan bibirmu tidak sempat kering.” (HR. AtTirmidzi, Ahmad, lbnu Maiah dan Baihaqi. Dishahihkan oleh Al-Albani)

Itulah tips yang diberikan Rasulullah SAW. kepada orang yang sudah renta dan lemah fisik itu. Berdzikir memang merupakan aktifitas fisik yang mudah dilakukan namun memiliki keutamaan yang luar biasa. Mudah dilakukan karena kapanpun dan di manapun, umumnya setiap orang bisa melakukan dzikir. Bisa di saat seseorang bepergian di atas kendaraan, saat ia bekerja, saat ia mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya. Bisa dilakutan ketika posisi duduk, berbaring, berjalan dan sebagainya.

Berbeda dengan aktifitas sholat yang hanya bisa dilakukan pada saat saat yang telah ditentukan, tidak bisa dilakukan di sembarang tempat, dan harus dilakukan dengan gerakan tertentu. Begitupun dengan ibadah lain, seperti puasa yang terkadang sulit dijalankan oleh seseorang. Meskipun sholat dan puasa tentu merupakan kewajiban yang harus dilakukan setiap Muslim. Bayangkanlah betapa banyaknya kemudahan dalam dzikir. Maka, sering-seringlah berdzikir.

Orang-orang yang berdzikir dalam segala keadaan, disebutkan oleh Allah SWT. sebapi ulul albab, atau orang-orang yang cerdas. Allah SWT. berfirman, “(yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptaka inidenpn sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imron : 191)

Ada banyak faidah-faidah dzikir bagi seseorang, antara lain:

Pertama, menjadikan Alah ridha dan mengusir syaitan.

Tak ada yang dapat mempengaruhi, menandingi dan melawan kekuatan syetan kecuali dengan dzikir (mengingat) Allah SWT. lbnu Abbas mengatakan, ”Syetan itu laksana ular yang menunggui hati. Apabila seorang hamba berdzikir (mengingat) Tuhannya yang Matra Suci lagi Maha Luhur, maka ia akan jinak dan diam saja. Tapi apabila si hamba tadi lengah dari berdzikir kepada Allah, maka ia akan membikin hamba itu was-was.”

Kedua, memperbanyak amal sholeh, Meningkatkan derajat dan membuat wajah berseri.

Pada hari kiamat, dzikir kepada Allah akan menjadi amalan yang akan memperberat timbangan dan meninggikan derajat di sisi Allah, bagi manusia. Abu Darda pernah mengatakan, “Barangsiapa yang senantiasa berdzikir kepada Allah, maka ia akan masuk syurga dengan tertawa.”

Ketika hari kiamat nanti, wajah orang-orang yang senang berdzikir pada Allah akan kelihatan berseri-seri. Allah SWT. berfirman, “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang meniadi putih berseri dan ada pula muka yang meniadi hitam muram.” (QS. Ali lmron : 105) Dan wajah orang-orang yang biasa berdzikir adalah wajah-wajah yang putih berseri cemerlang

Hal ini sebenarnya sudah bisa dirasakan sejak kehidupan di dunia. Orang yang dekat dengan Allah, selalu ingat kepada Allah dan bibirnya selalu basah dengan dzikir, selalu tampak tenang, simpatik dan berwibawa. Sebaliknya orang yang hidupnya dipenuhi dengan kesenangan duniawi, kepuasan materi, melakukan sesuatu yang bisa memuaskan nafsunya, maka wajahnya akan kelihatan muram, kerap dilanda kegundahan, dan tidak simpatik.

Ketiga, membantu bersikap tabah dalam menghadapi persoalan hidup

Banyak sekali makna kalimat-kalimat dzikir yang diajarkan Rasulullah, yang sangat menggugah hati. Misalnya saja, Rasul mengajarkan ketika kita menaiki jalan yang menanjak, kita mengucapkan, “Laa haula wa laa quwwata illa billah” yang artinya, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.

Ketika kita menghadapi suatu tantangan kita dianjurkan mengatakan, “Hasbiyallaj wa ni’mal wakil ni’mal maula wa ni’man nashir,” yang artinya, Allah-lah yang mencukupi ku dan Dia adalah sebaik-baik yang Dipercaya, sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik yang memberi pertolongan. Ketika teringat sebuah dosa, kita dianjurkan untuk mengucapkan, “Astaghfirullahal ‘azhiim..” yang artinya, aku mohon ampun kepada Allah yang Maha Agung. Ketika mendapat mushibah dianjurkan untuk mengucapkan, “lnna lillaahi wa inna ilaihi rooii’uun,” yang artinya, sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali. Dan sebagainya.

Semua makna kalimat-kalimat yang diucapkan dalam dzikir dan do’a yang dianjurkan oleh RasuIuIlah itu bila dihayati akan menambah rasa optimism dan ketabahan dalam hati seseorang dan dapat membuatnya lebih tabah menghadapi berbagai persoalan dalam hidup.

Keempat, menjauhkan rasa was-was

Dzikir adalah benteng yang sangat kokoh untuk menghadapi serangan was-was. la laksana gunung yang berdiri tegar, dan tak mudah digoyahkan oleh kekuatan apapun. Pada hakikatnya, penyakit-penyakit psikolgis seseorang timbul karena ia jarang melakukan dzikir kepada Allah, enggan melaksanakan sholat, membaca Al-Qur’an atau tidak mau mempelajari sunnah Rasulullah dan tidak mau berdo’a. Akibatnya, orang seperti itu akan mudah ditimpa kebingungan. Laksana seorang pelaut yang terombang ambing oleh ombak dan arah angin tanpa tujuan, hingga akhirnya terdampar atau karam di tengah laut. ltulah kondisi orang yang kemudian menderita tekanan batin, stress, depresi, kecewa berat, frustasi menghadapi berbagai problema hidup yang mensguncangnya.

Semoga Allah memberi kita petuniuk dan pertolongan-Nya, agar kita senantiasa termasuk dalam golongan hamba-hamba-Nya yang berpredikat adz-dzaakiriin dan adz-dzaakiroot, yakni orang laki-laki dan perempuan yang senantiasa berdzikir. Allah SWT, berfirman, “Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35)

 

Ghoib Ruqyah Syar’iyyah

Sumber : Majalah Ghoib Edisi 1/1

Ruqyah Massal di Grand Hyatt

Ruqyah Massal di Grand Hyatt

Mau parkir di mana?” “Terserah sajalah” itulah sepenggal percakapan dua karyawan hotel Grand Hyatt yang menjemput tim Ruqyah Majalah Ghoib. Kedua orang itulah yang rajin menggerakkan aktivitas keagamaan di hotel tersebut. Seberkas sinar yang menggembirakan, di tengah bayangan buruk perhotelan yang menjadi tempat berbagai bentuk pelanggaran moral. Kita bisa berharap banyak dari karyawan seperti mereka yang rajin menggerakkan kajian keislaman.

Hotel Grand Hyatt terletak di kawasan strategis, bersebelahan dengan Hotel Indonesia dan menghadap ke Tugu Selamat Datang dengan kitaran air mancur dan hembusan percikannya yang menyejukkan wajah. Di puncak Tugu Selamat Datang berdiri kokoh patung dua sosok manusia menantang langit dengan tangan terangkat ke atas. la adalah simbol selamat datang kota jakarta, tempat yang sering dijadikan ajang demontrasi para mahasiswa, buruh LSM maupun partai politik. Di hotel mewah itulah kali ini, tim Ruqyah Majalah Ghoib mengadakan acara ruqyah massal. Menurut H. Wanto seorang pengurus musholla Ash- Shomad yang menyelenggarakan ruqyah massal di Hotel Grand Hyatt, “Para pengurus musholla menjalin kerjasama dengan pihak manajemen hotel dan diberi dukungan penuh untuk menyelenggarakan berbagai kajian keislaman. Baik pekanan ataupun pengajian bulanan. Ada juga kegiatan keislaman yang khusus untuk karyawan atau khusus karyawati.”

Seperti sore itu, saat kemacetan di depan Hotel Grand Hyatt tidak lagi terelakkan ratusan karyawan rela menunda kepulangannya. Kali ini mereka menghadiri acara yang lain dari biasanya. Pihak pengurus musholla Ash-Shomad mengun- dang tim Ruqyah Majalah Ghoib mengadakan ruqyah massal. Mulai pukul 17.00 peserta ruqyah yang tidak lain adalah karyawan Hotel Grand Hyatt, SOGO dan beberapa perkantoran di sekitar Hotel Grand Hyatt mulai berdatangan.

Seorang ibu berkaca mata duduk santai di samping rak buku di lorong gang Musholla Ash-Shomad. la datang bersama dengan adiknya yang menjadi karyawan di hotel Grand Hyatt. Dengan tawa renyah adiknya bercerita bahwa teman kantornya sempat berkelakar, “Mbak mau diruqyah emang banyak susuknya?” ujar sang adik yang sengaja mengajak kakaknya mengikuti ruqyah massal.

Tanggapan bernada gurauan terhadap ruqyah bisa jadi tidak hanya dialami oleh kedua orang Iwanita tersebut karena informasi tentang ruqyah yang memang masih belum menjangkau seluruh karyawan. Sebagaimana terungkap dari pernyataan Masruri, seorang karyawan berseragam jas. Dari gaya pakaian, nampaknya ia bukan karyawan biasa. “Saya baru pertama kali dengar istilah ruqyah. Dan saya penasaran ingin tahu bagaimana sebenarnya ruqyah itu.”

Walau sebenarnya tidak semua peserta ruqyah merasa asing dengan terapi gangguan jin yang sesuai syariat ini. Seperti dikatakan seorang pemuda berkaos biru yang memperkenalkan dirinya bernama Ari. la adalah seorang perantauan dari Ponorogo. Ari mengaku bahwa orangtuanya adalah seorang Warok Ponorogo. Dan seperti orangtua lainnya, ia sangat berharap bahwa pada suatu saat anaknya akan mewarisi ilmunya. Untuk itu semenjak masih sekolah di TK orangtuanya sudah mengajarinya ilmu-ilmu dasar penguasaan reog Ponorogo.

Sekarang Ari mengaku memiliki kemampuan menarik benda pusaka dari alam gaib “Saya pernah beberapa kali menarik keris dari kali Ciliwung,” ujarnya. Ari merasakan benar akibat dari berhubungan dengan jin. la mudah tersulut emosinya. Untuk itu tiga bulan yang lalu, dia berusaha mengikuti terapi ruqyah dan alhamdulillah sekarang sudah mulai membaik. la hadir hari itu untuk mengetahui lebih jauh apakah memang ia sudah terbebas dari gangguan jin yang mengikutinya sejak kecil.

Ruqyah massal rupanya juga dihadiri oleh bayi-bayi mungil, sebut saja Syauqi. Bayi yang baru berumur tiga bulan dibawa serta oleh bapaknya, Asep. Sambil menggendong bayinya, Asep bercerita bahwa beberapa minggu yang lalu Syauqi selalu menangis setiap menjelang maghrib. Ini adalah suatu kebiasaan yang mengkhawatirkan. la takut kalau anaknya juga mendapat gangguan syetan.

 

Ratusan Karyawan Memadati Acara Ruqyah

Beragam alasan telah membawa karyawan hotel Grand Hyatt dan SOGO mengikuti kajian alam ghoib yang dilanjutkan dengan ruqyah massal. Sementara waktu terus beranjak senja dan peserta pun telah memenuhi musholla. Cukup mengesankan, peserta yang hadir lebih dari 250 orang. Sebuah pengajian yang bisa dibilang sukses, mengingat waktu pengajian yang mengambil sisa-sisa tenaga setelah seharian kerja.

Dalam ceramahnya, Ustadz Sadzali menyampaikan, “Beriman kepada yang ghoib bagi kita, ummat Islam, tidak perlu menunggu hasil penelitian dan tidak perlu menyaksikan tayangan-tayangan seputar keghoiban, karena informasi yang ghoib bagi ummat Islam bersumber dan barometernya hanya al-Qur’an dan as-Sunnah.

Sedemikian antusiasnya peserta sehingga ketika tiba sessi tanya jawab mereka langsung berebutan angkat tangan. Nampak seorang ibu berjilbab biru segera mengangkat tangannya, “Ustadz, anak saya yang berumur tiga tahun tidak mau dibacakan doa menjelang tidur. Dia berontak, “Sudah ma. Jangan baca doa ma,” keluh ibu itu. Ada juga peserta yang pernah melihat orang kesurupan tapi jinnya mengejek bahwa bacaannya jelek “Ustadz, jinnya mengaku bisa membaca lebih baik dari itu dan bahkan tertawa. Lalu apa yang harus dilakukan?”

Saat sessi tanya jawab itu sebenarnya sebagian besar peserta sudah ingin langsung. masuk pada ruqyah massal mengingat waktu yang semakin malam. Sementara sudah seharian mereka tidak bertemu dengan keluarga. Dan tepat pada jam tujuh ruqyah pun dimulai.

Sebelum pembacaaan ruqyah, ustadz Sadzali memberikan wejangan, “Kalau ada yang bereaksi tidak perlu ditertawakan. Karena yang tidak bereaksi sekarang tidak ada jaminan bahwa dia terbebas dari gangguan jin,” kata ustadz Sadzali. Selanjutnya lantunan ayat-ayat al-Qur’an yang dibaca dengan tartil segera menghentak jin yang telah menyatu dalam tubuh pasien.

Beberapa menit kemudian seorang pemuda berbaju kuning langsung bereaksi keras. Dia menjerit di susul dengan seorang ibu yang tadi sempat bertanya. Setelah selesai ruqyah ibu tersebut berkeluh kesah bahwa kedua anaknya juga mengalami gangguan. Anaknya yang masih berumur enam tahun mengaku sering diikuti anak kecil yang tidak terlihat oleh orang lain. Sementara sang ibu sendiri merasa agak malas beribadah Sebenarnya untuk kasus semacam ibu tersebut yang hampir semua keluarganya mendapat gangguan dari jin sangat memungkinkan bahwa rumah si ibu perlu untuk diruqyah.

Selain itu ada seorang peserta yang berontak ketika diruqyah. la segera dikerubuti dan dipegang ramai-ramai. Dua jam lebih ia masih menjadi permainan jin. Ternyata jin pengganggu itu mengaku cinta kepadanya.

Mendengar cerita itu tidaklah mengherankan bila ia bereaksi cukup lama. Karena pengalaman ruqyah di Majalah Ghoib juga menunjukkan bahwa orang yang dicintai oleh jin akan membutuhkan ruqyah beberapa kali sampai jin tersebut semakin melemah dan pada akhirnya menyerah.

Waktu terus merambat memecah malam dan tanpa terasa jarum jam menunjukkan angka 9, ruqyah pun berakhir dengan menyisakan pekerjaan rumah bagi panitia. Pekerjaan untuk membersihkan aqidah jamaah pengajian musholla Ash- Shomad dan karyawan hotel, SOGO dan perkantoran di sekitar hotel secara bertahap. Mereka dituntut untuk bersabar dan tidak terburu-buru dalam berdakwah sehingga cita-cita untuk memperbaiki wajah perhotelan sedikit demi sedikit menuai buah yang manis.

 

 

 

 

Ghoib, Edisi No. 19 Th. 2/ 1425 H/ 2004 M

WASPADAI 6 BAHAYA WAS-WAS

WAS-WAS, kata tersebut disebut dalam al-Qur’an N sebanyak lima kali. Dua kali  dalam bentuk fi’il madhi (kata  kerja yang sudah berlalu), yaitu dalam surat al-A’raf ayat 20 dan surat Thaha ayat 120. Dua kali dalam bentuk fi’il mudhari’ (kata kerja yang berlaku sekarang dan yang akan datang), yaitu dalam surat Qaf ayat 16 dan surat an-Nas ayat 5. dan sekali dalam bentuk isim mashdar (kata benda), yaitu dalam surat an-Nas ayat 4.

Dalam surat al-A’raf dan Thaha, Allah menceritakan kembali kepada kita (ummat Muhammad) tentang was-was syetan yang telah menimpa Bapak-Ibu kita, Adam dan Hawa alaihimassalam. Dengan was-wasnya, Iblis atau syetan berhasil mengeluarkan Adam dan Hawa’ dari surga. Dengan sangat liciknya ia berpuara-pura menjadi sosok yang baik, sebagai ‘penasihat spiritual’ dan akhirnya Adam dan Hawa terpedaya. Setelah sadar, keduanyapun segera bertaubat kepada Allah. Dan Allah pun menerima taubat kedua- nya. (Lihat surat al-A’raf ayat 20-23).

Sedangkan dalam surat Qaf dan surat an-Nas, Allah mengingatkan kita agar senantiasa waspada dengan was-was syetan yang mengintai diri kita, sebagai keturunan anak-cucu Adam ‘alaihissalam. Waspada, agar was-was syetan tidak selalu hadir dan mempengaruhi kehidupan kita dengan berlindung kepada Allah melalui dzikir, do’a dan wirid harian, pagi dan sore. Begitu juga saat was-was syetan hadir, hanya kepada Allah semata, kita memohon bantuan dan per- tolongan. Bukan kepada antek- antek syetan, dukun dan orang pinter dan orang sejenis mereka.

WAS-WAS SYETAN ADA DUA MACAM

Was-was syetan dalam kehidupan manusia ada dua macam. Was-was dari luar dan was-was dari dalam. Was-was dari luar itu datangnya dari syetan. Syetan datang kepada- nya kemudian menimbulkan was-was atau membisikkannya. Rasulullah bersabda, “Salah seorang dari kalian bisa saja didatangi syetan seraya ber- tanya kepadanya, ‘Siapa yang menciptakan kamu?’ Maka dia menjawab, Allah’. Lalu syetan bertanya lagi, ‘Siapa yang menciptakan Allah?’ Apabila salah seorang di antara kalian mendapati hal itu pada dirinya, hendaknya ia berkata, ‘Saya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya’. Ucapan itu akan menghilangkan (was-was) ter- sebut. (HR. Ahmad dan di- shahihkan al-Albani).

Sedangkan was-was dari dalam juga bisa disebabkan oleh syetan. Was-was jenis ini pernah dialami oleh salah seorang shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Utsman bin Abil Ash. Dia menceritakan fenomena was-was syetan yang ada dalam dirinya melalui hadits berikut.

Utsman bin Abil ‘Ash bercerita: “Ketika Rasulullah menugaskanku ke Thaif, aku mengalami suatu gangguan dalam shalatku. Sehingga aku tidak tahu shalat apa yang sedang aku laksanakan. Ketika aku menyadari gangguan tersebut aku segera pergi menemui Rasulullah (di Madinah). Beliau bersabda: ‘Ibnu Abil ‘Ash?’. Aku menyahut: ‘Ya, wahai Rasulullah!’. Beliau bertanya, ‘Apa yang mebuatmu datang ke mari?’. Aku menjawab: ‘Wahai Rasulullah aku mengalami suatu gangguan dalam shalatku, sehingga aku tidak tahu shalat apa yang aku laksanakan’. Rasulullah besabda, ‘Itulah syetan, mendekatlah ke mari’.

Maka aku pun mendekat kepadanya, dan aku duduk di atas kedua telapak kakiku Rasulullah memukul dadaku dengan tangannya, dan melu dahi mulutku seraya berkata, Keluarlah musuh Allah! Beliau tafsirnya. melakukan hal tersebut tiga Banyak sekali bahaya was- kali, kemudian mengatakan, Sekarang lanjutkanlah tugas- mu! Utsman berkata, “Demi Allah, setelah itu saya tidak siatan pernah mengalami gangguan lagi”. (HR. Ibnu Majah, dan Imam al-Haitsami dalam Kitab az-Zawaid menyatakan sanad hebohkan haditsnya shahih dan perawinya terpercaya). Dari sabda Rasulullah, “Keluarlah musuh Allah!”, kita bisa memahami bahwa syetan tersebut telah berada dalam diri Utsman bin Abil Ash. Sehingga Rasulullah menyuruhnya keluar dari dalam jasad Utsman bin Abil ‘Ash.

Pemahaman itu diperkuat oleh sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat shahih lainnya, “Sesungguhnya syetan mengalir dalam tubuh manusia melalui aliran darah.” (HR. Muslim). Dalam riwayat lainnya, “Adapun menguap itu datangnya dari syetan, maka hendaklah sese orang menahannya selagi bisa Apabila ia bekata hah…, berarti kita terpana syetan tertawa dalam mulut. nya.” (HR. Bukahri dan Muslim). Dua hadits di atas memberitahukan bahwa syetan bisa masuk ke tubuh manusia melaul peredaran darah atau melalui mulut saat menguap dan tidak ditutup.

BAHAYA WAS WAS

“Was-was adalah biang kejahatan, sangat kuat pengaruhnya dan sangat luas dampak negatif yang ditimbulkannya.” Begi- tulah Ibnul Qayyim menggam barkan bahaya was-was pada diri manusia dalam kitab tafsirnya.

Banyak sekali bahaya was-was, diantaranya :

1.  Menjerumuskan manusia dalam kemaksiatan

Apabila yang bersangkutan tidak segera menepisnya. Sudah banyak kejadian yang meng- suasana dan membelalakkan mata kita. Ada orang yang kita kenal sebagai orang baik-baik, pendiam dan tidak banyak ulah. Lalu tiba-tiba terdengar berita bahwa orang tersebut telah melakukan kemaksiatan atau tindakan kriminal. Seorang pimpinan pesantren melakukan pele- cehan seksual pada muridnya sendiri Seorang bapak menodai anaknya sendiri. Seorang ulama besar terjerumus dalam kasus bau mistik dan sarat syirik. Pejabat pemerintah yang selama ini dikenal baik, tiba-tiba skandalnya terkuak. Kejadian demi kejadian itu terjadi dengan begitu cepatnya dan membuat kita terpana.

Was-was syetan yang bisa menjungkirbalikkan kondisi manusia dalam sesaat jug pernah dialami oleh dua orang shahabat Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kau Anshar. Menurut Ibnul Athtahr nama kedua shahabat itu adalah Usaid bin Hudhair dan ‘Abbad bin Bisyr. Inilah cerita langsung dari Istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Shafiyyah binti Huyai.

 

Ketika Rasulullah  melakukan I’tikaf, pada suatu malam Shafiyyah mendatanginya untuk membicarakan sesuatu. Lalu aku bangkit dan mau pulang, Rasulullah juga bangkit dan mengantarkanku. Rumahku berada di rumah Usamah bin Zaid. Tiba-tiba lewatlah dua orang Anshar. Ketika keduanya melihat Rasulullah, keduanya mempercepat langkahnya. Lalu Rasulullah bersabda, ‘Berhenti!’ Yang bersamaku adalah Shafiyyah binti Huyal’. Keduanya pun mengucapkan. ‘Maha suci Allah, wahai Rasulullah…. ‘(Rasulullah memotong ucapan keduanya) dengan sabdanya, “Sesungguhnya syetan mengalir dalam tubuh manusia melalui aliran darah. Saya khawatir kalau (syetan itu) telah membisikkan yang negatif kepadamu, atau deritanya berkata sesuatu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ya, sebelum keduanya berprasangka negatif terhadap Rasulullah dan seorang wanita yang lagi bersamanya, Rasulullah menjelaskan duduk perkara- nya, bahwa wanita itu adalah istrinya sendiri, Shafiyyah. Karena melihat langkah keduanya yang dipercepat, Rasulullah khawatir kalau keduanya telah diberi was-was oleh syetan (bisikan negatif), lalu berburuk sangka kepada Rasulullah. Karena syetan itu bisa bercokol dalam diri manusia, dan bisa melakukan was-was setiap waktu.

2. Mengurangi dan mengacaukan aktifitas penderitanya

Orang yang dalam didupnya dijangkiti was-was, yang paling dirugikan adalah jadwal aktifitasnya. Bila jadwal aktifitas amburadul, bisa jadi mengakibatkan kerugian secara materi. Seharusnya dia bisa melakukan perbuatan itu lima belas menit. Akhirnya bisa molor sampai dua jam atau tiga jam.

Kalau ada karyawan kantor yang menderita was-was dalam mengambil air wudhu misalnya. Yang mana ia punya waktu istirahat sekitar satu jam untuk makan siang dan shalat Dhuhur. Bagi orang yang normal, proses berwudhu membutuhkan  waktu tidak lebih dari lima menit. Tapi bagi orang yang was-was, proses wudhu bisa memerlukan waktu lebih panjang. Karena ia harus mengulang-ngulang basuhan anggota badannya saat berwudhu. Belum lagi kalau air yang tersedia habis, karena ia selalu mengulang-ulang wudhunya.

Kalaupun ia masih punya waktu yang tersisa, maka shalatnya tidak akan tenang karena ia harus kembali masuk kantor lagi tepat pada waktunya. Begitu juga makan siangnya, ia tidak akan bisa menikmatinya dengan nyaman, karena harus berburu waktu. Itu kalau karyawan biasa. Kalau dia seorang pimpinan yang harus berjibaku dengan jadwal meeting atau pertemuan dengan relasi yang sangat padat. Tak ayal ia harus rela melepaskan tender proyek, karena amburadulnya jadwal agendanya. Dan orang  lain akan menyerobotnya. Pernah ada seorang sopir  pribadi yang datang ke kantor Majalah Ghoib, dan ia bercerita  bahwa bosnya telah memecatnya, gara-gara penyakit was- was yang dideritanya saat berwudhu dan shalat. Sehingga  ia sering telat.

3. Membuat hidup penderitanya tidak tenang

Di samping jadwal waktunya yang kacau, was-was bisa juga mempermalukan penderitanya. Bisa kita bayangkan, kalau ada orang yang menderita was-was dalam shalatnya, lalu ia shalat berjama’ah di masjid besar, yang jamaahnya memenuhi ruangan. Saat imam sudah takbir, dan makmum lainnya segera mengikutinya dengan takbir. Kemudian mereka berusaha khusu’ dan berusaha memahami bacaan Iftitah atau al-Fatihah yang lagi dibaca.

Tiba-tiba si penderita was- was mengulangi takbir pertamanya yang dirasa tidak sah. Lalu takbir lagi dan takbir lagi, karena merasa belum pas. Pastia ia akan menjadi tatapan mata jamaah lainnya saat shalat usai. Majalah Ghoib pernah bertemu dengan seorang laki- laki paruh baya, yang tidak mau lagi shalat berjamaah di masjid karena penyakit was-was yang ia derita saat memulai shalat. Dan ia pun merasa sangat tertekan dalam hidupnya dengan kondisi yang dialaminya.

4. Mengganggu dan  menyakiti hati orang lain

Kita bisa bayangkan, kalau lagi antri panjang untuk (Kita berwudhu, lalu di ujung sana, orang yang lagi berwudhu adalah orang yang terjangkiti was-was. Durasi wudhunya lama, air pun yang seharusnya pa cukup buat orang sepuluh, hanya cukup untuknya. Dan ketika tiba giliran kita, air itu b ternyata stoknya habis.

Atau ketika sedang shalat, persis di samping kita melafazhkan niat dengan diulang berkali- kali, lalu saat takbir pun diulang beberapa kali. Pasti konsentrasi kita akan buyar, kekhusu’an kita akan terganggu, begitu juga bacaan shalat kita.

Ibnul Qayyim pernah bercerita dalam kitabnya, bahwa ada orang yang terjangkiti was- was sedang shalat berjama’ah. Saat imam sudah takbir, orang tersebut melafazhkan niatnya. Dan ia adalah orang yang terjangkiti was-was dalam pengucapan kalimat. Sepertinya tidak cukup baginya untuk melafazhkan “Ushalli” dengan satu kali. la selalu mengulang- ngulangnya.

Dan ketika ia mengucapkan lafazh “Ada-an lillahi ta’ala” (Melaksanakan karena Allah ah ta’ala), dia salah mengucapkannya dengan kata, “Adza-an  lillahi ta’ala” (Untuk menyakiti Allah ta’ala). Lalu makmum yang disampingnya merasa terganggu dan membatalkan shalatnya seraya berucap di dekat telinganya, “Wali rasulihi wa malaikatihi wa jamaatil mushallin” (Juga menyakiti Rasul-Nya, Malaikat-Nya dan  jamaah lain yang sedang shalat). (Kitab Ighaatsatul Lahfan: 1/ 135).

5. Meninggalkan sunnah  Rasul dan mengikuti was-was syetan

Dan inilah dampak yang a paling membahayakan. Misalnya orang yang terjangkiti rasa was-was dalam wudhunya. Ia merasa bahwa membasuh anggota wudhu dengan air tiga kali merasa tidak cukup. Akhirnya ia mem-basuhnya berkali-kali melebihi yang disunnahkan Rasulullah, yaitu tiga kali. Karena terjangkiti rasa was-was itu, akhirnya terpola dalam pikirannya bahwa cara wudhu seperti itulah yang lebih utama. Padahal itu adalah bentuk dari pem-borosan dalam meng- gunakan air, walaupun untuk berwudhu atau bersuci.

Perhatikanlah bagaimana para shahabat Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa sallam menjauhi penggunaan air yang boros. Abdullah bin Umar berkata, Kami dan sekelompok laki dan perempuan pernah berwudhu (bergantian) dan membasuh tangan-tangan kami dalam satu wadah air pada zaman Rasulullah.” (HR. Ibnu Khuzaimah). Dan dalam riwayat lain, Amr bin Syueib bercerita dari kakeknya bahwa, “Ada seorang Arab badui datang ke Rasulullah, ia bertanya tentang wudhu. Lalu beliau memberinya contoh tiga kali tiga kali. Kemudian beliau bersabda, “Beginilah cara berwudhu, barangsiapa yang melakukan lebih dari itu, berarti ia telah menyalahi (sunnahku), zhalim dan melampaui batas.” (HR. Ibnu Majah).

6. Menyeret penderitanya pada jurang kekufuran

Apabila was-was yang diderita seseorang itu adalah was- was dalam keimanan atau akidah, maka was-was tersebut akan menjadikannya keluar dari iman dan akidah yang benar. Inilah dampak yang paling membahayakan dan fatal. la bisa meragukan ke-Esaan Allah , meragukan kebenaran ayat- ayat Allah. Bahkan akan meragukan bahwa hanya Allah- lah sebagai Tuhan yang berhak disembah, karena ia juga mengakui tuhan-tuhan lainnya yang disembah pengikut agama lain, dengan membenarkan ajaran agama lain tersebut.

Maka dari itu, Rasulullah memberikan solusi yang tegas, apabila seseorang mengalami was-was dalam akidah atau keimanannya kepada Solusi sedini mungkin untuk menghentikannya dan berlindung kepada Allah, agar bisikan jahat dan pikiran yang merusak itu tidak punya ruang gerak untuk menggelincirkan iman pemiliknya.

Dalam hadits, Rasulullah menegaskan, “Syetan akan selalu mendatangi salah seorang dari kalian seraya bertanya, ‘Siapa yang menciptakan ini?’ ‘Siapa yang menciptakan ini?’ Sampai pada pertanyaan: ‘Siapa yang menciptakan Allah?’ Barangsiapa yang mendapati dalam dirinya pertanyaan tersebut, maka berlindunglah kepada Allah (baca Isti’adzah), dan hendaklah menghentikan- nya (mengakhirinya)’.” (HR. Bukhari)

Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari penyakit was-was syetan, dan melindungi kita semua dari dampak buruk yang diakibatkan oleh was-was, apa pun bentuknya dan dari mana-pun sumbernya, syetan jin atau syetan manusia. “Katakanlah! Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang mem- bisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia (QS. an-Nas: 1-6).

 

Ghoib Edisi 58 Th.4/22 Muharram 1427 H/23 Februari 2006 m

HUBUNGI ADMIN